"Maaf nona, saya tidak bermaksud menolong ataupun membantu. Tapi saya hanya menjalankan tugas dari tuan saya untuk membeli nona," jawab sekretaris Adit membuat senyuman Annggia yang tadinya terukir kini kembali meredup, berubah menjadi lesu dan pasrah, saat mendengar ucapan malaikat penolongnya yang kini berubah menjadi seseorang yang akan mengantarkanya menuju neraka tempat barunya.
"Mari ikut saya, nona," ajak sekretaris Adit lagi lalu berdiri berjalan menuju sebuah kamar.
"Baiklah tuan," jawab Annin dengan pasrah mengekor dibelakang sekretaris Adit.
"Silahkan masuk, nona," ?ucap sekretaris Adit membukakan pintu kamar untuk Anggia. Tanpa menjawab Anggia langsung melangkahkan kakinya masuk ke kamar itu, dengan menundukkan wajahnya dalam-dalam. Ketika Anggia sudah berada didalam kamar, sekretaris Adit pun pergi dan langsung menutup pintunya rapat-rapat.
"Kau sudah datang," ucap presdir Aska, mendengar suara baritone milik presdir Aska, Anggia langsung mengangkat wajahnya. Pandangan mereka bertemu, ada perasaan aneh yang keduanya rasakan. Namun perasaan itu mereka anggap subuah perasaan jijik dan muak satu sama lain.
Anggia yang jijik menatap pria yang sayangnya tampan dihadapanya, dan presdir Aska yang jijik menatap wanita murahan yang sayangnya adalah satu-satunya perempuan yang direspon oleh senjata pusakannya.
"Kemarilah," kembali terdengar suara berat itu, kemudian pemilik suara berat itu meletakkan buku yang tadi dibacanya ke atas nakas.
Lalu menyandarkan punggunya dikepala ranjang dengan gagahnya. Bagaikan robot yang disetel tuanya, Anggia langsung melangkahkan kakinya perlahan dan duduk di tepi ranjang luas itu.
"Siapa yang mengizinkanmu duduk. Berdirilah buka pakaianmu dan segera lakukan tugasmu," titah presdir Aska. Anggia yang memang telah siap, mulai melucuti lingerie seksi itu dari tubuhnya.
Kini hanya cd dan bra yang melekat ditubuh S line nya yang seksi. Saat jemari lentiknya akan melepaskan tali branya, namun terhenti saat mendengar bentakan dari presdir shilin.
"Stop...." Bentaknya mengagetkan Anggia.
"Kau memang jal*ng," ucap presdir Aska tersenyum sinis.
Demi apapun, hati Anggia begitu hancur, sakitnya seperti teriris-iris saat mendengar langsung kata yang menjijikan itu. Anggia tau itu adalah profesi barunya saat ini, ia harus belajar dan terbiasa menerima kata itu agar nantinya tidak sesakit ini. Anggia kira ia bisa menerima hal itu dengan cepat. Tapi sepertinya ia salah, entah kenapa hatinya begitu sakit.
Saat wajah polos Aurel melintas dipikiranya, Anggia berusaha memantapkan hatinya untuk kebal dengan kata-kata, yang mungkin akan lebih kasar yang akan ia dengar selanjutnya.
Mulai saat ini juga, Anggia akan melakoni profesi barunya dengan sempurna dan akan menjadi seorang jal*ng yang sesungguhnya. Anggia memejamkan matanya, menahan sekuat tenaga agar tidak ada buliran-buliran bening yang lolos dari sudut matanya.Menghembuskan napasya berat, saat membuka matanya Anggia memulainya dengan tersenyum menggoda.
"Kenapa tuan, bukanya tadi tuan yang memerintahkan saya untuk melepaskan pakaian ini," ucap Anggia mendekati presdir Aska.
Dengan perlahan Anggia menaiki ranjang itu, dan semakin mendekati presdir Aska yang masih betah ditempatnya semula.
Belajar dari novel dewasa yang pernah ia baca, Anggia mulai memainkan jari-jari lentiknya di wajah sempurna presdir Aska.
Membuat presdir Aska memejamkan matanya menikmati sentuhan Anggia, yang membuatnya menarik napas berat karena hasratnya kian memuncak.
Presdir Aska menggenggam kedua tangan anggia dengan kasar, ketika ia mengingat siapa wanita yang berhasil menggodanya saat ini. Mata tajamnya menatap anggia seperti ingin menghancurkannya.
"Apa kau melakukan ini karena uang," Tanya presdir Aska menatap anggia dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BOSS IS MY HUSBAND
RomanceANGGIA NARA adalah seorang gadis yang rela melakukan apa pun demi adiknya yang begitu dia sayangi. Suatu hari, demi menyelamatkan nyawa sang adik.Anggia pun terpaksa meminjam uang kepada renternir. karna tidak sanggup membayar cicilan dan bunganya y...