(S2) Tiga: Second Wave

411 43 2
                                    

Minho's POV

Sudah berhari-hari lamanya. Sejak tahu tentang Gally, Newt menolak meninggalkan Winter. Saat ini dia lebih seperti seorang ayah yang mencemaskan anak gadisnya-- dan entah aku mesti merasa lega karena keamanannya jadi lebih terjamin, atau mesti merasa kesal karena Newt, rasanya, seperti sedang mencuri kesempatan.

"Min!"

Dari kejauhan, kulihat Winter sedang berlari secepat kilat ke arahku. Dia melihatku dengan raut wajah tegas dan serius, sangat serius, dan aku tanpa sadar mundur beberapa sentimeter seketika.

"Hey-- kau baik-baik saja?" Aku menepuk punggungnya begitu dia berhenti di depanku dan membungkuk untuk mengambil napas.

"Aku.. tidak apa-apa, tapi.." Kata anak itu di sela-sela napasnya, kemudian mendongak. "Aku punya kabar buruk."

"Kenapa?"

"Panggil Thomas, Newt, dan Fry." Gumam Winter, mencengkeram pundakku. "Sekarang."

***

Banyak orang dari wilayah timur yang mendadak terjangkit penyakit misterius. Gejala yang timbul, katanya, persis seperti gejala awal flare. Mulai dari demam tinggi dan sakit kepala yang menyiksa, gejala-gejala itu nantinya akan memburuk secara bertahap karena virus yang menginfeksi korteks serebral dengan cepat, mengakibatkan demensia, hilang memori sementara, dan gejala mirip Alzheimer pada penderitanya. Lalu dengan pembusukan otak menyebabkan gangguan mental psikotik muncul, menggerogoti insting kemanusiaan mereka, mengubahnya menjadi biadab, kanibalistik, seperti orang gila-- seperti crank.

Dan sekarang, Jorge beserta para wakilnya sedang dalam perdebatan sengit di balai pusat. Ada kemungkinan besar komunitas ini jadi terpecah belah dalam waktu dekat. Jika Frypan mengajakku taruhan untuk itu, well, tentu saja aku mau.

"Oh iya, bukannya Brenda--" Kata-kata Frypan terpotong oleh Winter yang mendadak berdiri. Wajah gadis itu pucat, dan dia melesat ke pintu keluar.

"Aku akan segera kembali."

"Ke mana?" Tanyaku.

"Brenda."

"Winter, tunggu!" Teriakku, spontan menarik tangannya. "Kau bodoh? Kau mau ke sana?"

"Tentu saja! Aku harus memeriksa apakah dia baik-baik sa--"

"Tidak boleh." Geram Newt.

"Newt-- Aku akan kembali, aku janji--"

Mendesah putus asa, aku menariknya menjauh dari pintu sebelum gadis itu dapat membantah lagi dan berlari sekencang mungkin semaunya.

Di belakangku, tiba-tiba saja pintu membuka, menampilkan Gally yang terlihat kacau, bingung, dan ketakutan. Matanya menandai Winter.

"Winter, apa kau baik-baik saja?" Tanyanya, mendesak.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Winter, mukanya tampak muak.

"Winter!" Gally menggeram, suaranya begitu keras hingga memantul di sepenjuru ruangan. "Jawab aku, ya ampun!"

Winter tahu semestinya kemarahan itu membuatnya kesal, tetapi dia terlalu lelah untuk marah-marah, sekaligus untuk melihat Gally sekarang. "Fine. Aku baik-baik saja."

"Bagus. Ayo tinggalkan tempat ini."

Sebelum Winter sempat bereaksi, Newt menyambar leher cecunguk itu. "Hey, dungu! Apa katamu?"

"Aku bilang," Gally menyingkirkan Newt dari hadapannya semudah menepis lalat,  membuat bocah kerempeng itu terhuyung ke samping. "Aku mau bawa Winter pergi dari sini."

Heaven Above Us (TMR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang