(S2) Lima: In Searching

346 45 10
                                    

Semua orang mengumpat ke rumah-rumah sekitar, dan sayangnya, secara terpisah. Winter sekarang ini sedang bersama Newt dan Minho di dalam sebuah lumbung, mengumpat sambil terengah-engah.

"Great. Kita terpisah," Gumam Winter, mendesah frustasi. "Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Kita perlu memanggil yang lain ke sini." Ujar Minho sambil menatap ke sekeliling. "Di sini tidak bau, dan tak ada jendela bagi para crank untuk bisa melihat kita."

"Kuharap kita bisa cepat keluar," Newt menyandarkan punggungnya ke tembok, menepuk lantai di sebelahnya sembari menatap Winter, mengundangnya untuk bergabung. "Biar kulihat lukamu."

"Aku baik-baik saja, Newt." Jawab Winter, mendaratkan badannya di sisi anak laki-laki itu.

"Pipimu bengkak, bodoh. Itu yang kau sebut baik-baik saja?" Minho menyambar, rahangnya mengencang. "Cecunguk itu.. Jorge. Aku takkan memaafkannya."

"Dia sedang frustasi, Min. Brenda terinfeksi." Jelas gadis itu. Tapi ketika melihat tatapan Minho terhadapnya mengeras, Winter langsung mengangguk dan meninju lantai. "T-Tentu saja aku nggak akan memaafkannya begitu saja!"

"Bagus." Ucap Minho dengan ketus. Dia lalu beranjak ke arah pintu untuk memastikan keadaan di luar. "Aku akan mencari semuanya, dan menyuruh mereka ke sini."

"Kau akan baik-baik saja?"

"Di luar sudah kosong--" Minho berhenti sejenak. "Sebenarnya ada satu crank, sekitar lima puluh meter dari sini."

"Min, jangan bodoh. Kita bisa menunggu."

"Jangan cemas."

"Berusahalah sebaik mungkin agar tak ketahuan."

"Hey," Minho menepuk bahu gadis itu. "Aku akab kembali."

"Kau janji?"

"Aku janji." Minho lantas beranjak dan berjalan menuju pintu lagi. Sebelum menghilang, dia menoleh sedikit ke arah Winter dan memberinya kedipan.

"Dasar bodoh." Meski nadanya mengejek, terdengar jelas ada kekhawatiran dalam perkataan gadis itu.

"Dia selalu punya cara gila untuk kembali, tenanglah." Newt berbicara dengan lembut, setenang dirinya yang biasa.

Saat mata mereka bertemu, Winter meraih tangan Newt dan memeluknya. Anak laki-laki itu membalasnya meski terkejut setengah mati, tetapi dia tak ingin melepas gadis itu.

"Kenapa semua orang begitu kejam.." Winter menarik diri untuk mengambil napas. "Pertama Gally, Brenda, lalu Jorge."

Newt tak bisa mengalihkan pandangannya dari gadis itu, tak tahu apa yang harus dipikirkan atau dirasakannya. Sesuatu yang sangat kuat telah mengaliri tubuh Newt ketika tadi mereka berpelukan.

Kilasan-kilasan kenangan ketika dia bersama Winter di Glade memenuhi kepalanya. Anehnya, dia merindukan tempat itu. Rindu berada hanya berdua dengan gadis itu di sana.

"Winter, kita tidak akan mengkhianatimu, paham?"

"Yeah?"

"Kita semua menyayangimu, Winter." Bisik Newt. Dia berbisik lagi dengan begitu pelan, nyaris tak terdengar. "Aku menyayangimu."

"...Terima kasih." Winter tersenyum samar. "Aku percaya padamu, Newt."

Suara langkah-langkah kaki bergegas terdengar dari luar. Thomas dan Frypan menghambur masuk ke lumbung, penampilan mereka kacau. Penuh lumpur dan bau. Winter tak bisa menahan diri untuk tak meringis.

"Kami terjebak di kandang babi." Frypan mengomeli Winter atas reaksi anehnya. "Salahkan Thomas untuk itu."

"Sama-sama, Fry." Sahut Thomas, masih mengumpulkan napas.

Heaven Above Us (TMR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang