Sepuluh: Gally's First Kiss

801 93 10
                                    

Newt POV

"AAAAAARGH!!"

Aku mendengar suara raungan Winter, tak jauh dariku. Jika bukan halusinasi semata, aku berpikir, apa yang sedang dilakukannya? Bunuh diri? Dia tidak tampak seperti seseorang yang akan melakukan kebodohan yang sama, tapi aku tidak mau berharap banyak. Aku kehabisan waktu.

Sesuatu menusuk pinggulku. Seperti sebuah jarum suntik yang kemudian membuatku perlahan kehilangan kesadaranku. Aku tidak sempat melihat seseorang yang datang dan melakukan itu kepadaku. Apa ini? Aku tidak tahu. Mungkin aku akan mati? Atau mungkin aku akan bangun dari mimpi burukku? Ya. Mungkin. Aku harap begitu. Aku harap semua ini hanya mimpi. Aku harap diriku, Winter, kita semua, masih berada di dalam Glade yang aneh itu.

Ya.. Semoga saja.

***

3rd Person POV

Newt dan Winter berhasil keluar dari bangunan yang kini nyaris hangus terbakar itu. Semua orang menyambut mereka dengan hati gembira-- tunggu. Tidak semua.

Gally memandang Winter dari kejauhan dengan hati yang remuk. Bocah itu tidak tahu ekspresi seperti apa yang harus dia perlihatkan padanya. Senang karena Newt selamat, atau sedih karena besar kemungkinan perasaannya tidak akan tersampaikan.

Begitu Newt diamankan bersama Thomas dan Minho, Winter menghampiri Gally yang saat ini sedang duduk menyendiri. Dalam diam, Gally yang menyadari kalau perempuan itu semakin dekat darinya, tersenyum tipis.

"Hai." Sapa Winter, wajahnya tampak lelah, tapi dia tetap tersenyum. "Butuh teman?"

Gally tak membalas, menarik tangan Winter hingga anak itu terduduk di sebelahnya, kemudian memeluknya. Matanya terpejam, jantungnya berpacu. Gally benar-benar tidak tahu apa yang dirinya pikirkan sampai-sampai dia melakukan ini, dengan perlahan melepaskan Winter dari dekapannya. Alih-alih, Winter balik memeluknya dengan erat. Wajah mereka memerah.

Winter terpejam selagi menyandarkan dagunya di atas pundak Gally, tubuhnya gemetar. Peka, Gally melepas jaket kemudian menyelimuti punggung Winter dengan itu. Tapi alih-alih, Winter malah menggeleng dan kembali memeluknya.

"Ada apa?" Tanya Gally, cemas.

"Semuanya sudah selesai." Bisiknya, membalas. "Apa kita juga akan selesai?"

"Apa maksudmu?"

"Apa kita akan menjadi orang asing lagi pada satu sama lain?"

Oh, itu-- Gally menarik napas panjang, kemudian mengangkat satu tangannya ke atas kepala Winter. Entah kenapa anak perempuan itu malah menangis kencang sekarang.

"Gally, kumohon jangan mengabaikanku." Lirih Winter, nadanya penuh permohonan. "Kumohon, Gal. Aku tidak mau kehilangan seseorang lagi."

Gally tersenyum, menyeka air mata yang mengalir di pipi perempuan yang sangat dicintainya itu dengan jemarinya. Lalu berupa kejutan, Gally bergerak maju menciumnya dengan penuh desakan, seolah-olah sedang menegaskan kepada Winter betapa besar rasa cintanya.

Bukan tamparan, bukan juga pukulan yang diterimanya. Alih-alih, Winter malah membalas ciuman Gally dengan lembut, menerangkan pada bocah itu agar tidak perlu cemas, karena perasaannya sudah tersampaikan. Dan, bahwa gadis itu tidak menolaknya, gadis itu juga mencintainya.

Heaven Above Us (TMR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang