Tiga: Past of Her Own

1.6K 238 13
                                    

Winter POV

Hari itu, Aku merasa tidak ingin berlari untuk beberapa waktu, karena pikiranku sedang kacau. Kau tahu, aku ini satu-satunya perempuan di antara hampir enam puluh orang laki-laki seusiaku. Aku sudah banyak mempelajari mereka. Hal itu sulit bagiku karena terkadang aku juga membutuhkan seseorang yang meresponku dengan perasaan, bukan sekedar pemikiran yang logis, seperti semua laki-laki itu. 

Terlebih, aku adalah pemimpin kedua di Glade ini, sekaligus pelari. Aku bertanggung jawab atas banyak hal, terhadap Glade, Glader, dan hampir semua hal. Namun pada hari itu aku merasa semuanya sia-sia saja. Sudah dua tahun kami berlari, dari terbit matahari hingga terbenam setiap harinya, namun kabar baik tak kunjung kami temukan.

Newt dan Alby menolak permohonanku, soalnya beberapa hari lalu aku juga tidak pergi berlari karena sakit. Sampai sekarang pun, mengingat hari itu membuat hatiku sakit. Aku berjuang demi mereka semua setiap hari dengan nyawa sebagai taruhannya, kemudian mereka bahkan tidak memberiku waktu istirahat. Semua semakin menggila rasanya, hal itu membuatku benar-benar muak dengan segalanya.

"Tiga hari, Winter. Kau sudah libur selama itu, dan kini kau mau skip kerja lagi?" Tanya Alby sambil menggeleng.

"Saat ini situasiku sedang buruk, kumohon mengertilah, Alby." Aku memohon.

"Kau nampak sehat-sehat saja, Winter." Newt merangkulku, meletakkan telapak tangannya di keningku. "Kau bahkan tidak demam. Ada apa?" Ia tersenyum.

"Bukan, maksudky bukan seperti itu.." Aku meringis. 

"Lalu?" Alby memberiku tatapan sinis. "Kau terlalu banyak alasan, pemalas."

Mataku seketika membesar, kalimatnya membuat darahku mendidih dibalik kulitku. "P-Pemalas? Kau mengerti apa, huh?!" Gertakku sambil mendorong tubuh bocah itu.

"Woah, tenanglah!" Minho terkesiap, ia menahanku. "Alby, dengarkan dulu dia, jangan menghakimi begitu saja!" 

"Aku hanya lelah, Alby.. Itulah yang ingin dia katakan, Minho!" Alby terdengar frustasi. "Tidak ada alasan! Pergi sebelum aku mengurungmu untuk satu minggu, Winter!"

"Apa itu sebuah ancaman?" Aku mengernyitkan gigiku. "

"Well, memang kalau ku bilang iya, kau bisa apa?" Alby menggenggam leherku dengan kedua telapak tangannya yang besar, seolah-olah ia ingin mencekikku. "Kau tidak bisa seenaknya, hanya karena kau berbeda, dasar kerempeng tak berguna." 

"Cukup!" Newt menarik tubuh Alby, sedangkan Minho melindungiku dengan punggungnya. 

"Alby kau keterlaluan!" Sambar Gally, berusaha memukulnya, namun Newt cukup gesit untuk mendorongnya.

"K-Kalian ini kenapa, sih?! Kalian berdua adalah pemimpin, seharusnya kalian tidak memperlakukan satu sama lain seperti ini!" Gertak Minho sambil menatapku untuk memastikan tidak ada luka, "Winter kau baik-baik saja?!"

"Aku baik-baik saja, Min." Balasku, kemudian aku melihat Newt yang ditarik oleh Alby menuju kebun. Gally dan Minho menemaniku, memastikan supaya aku baik-baik saja.

Alby selalu begitu. Hanya karena Newt dan aku ada sesuatu, dia jadi menumpahkan kekesalannya terhadapku kepada Newt yang seharusnya tidak dilibatkan sama sekali. Saat malam hari, Newt menghampiriku dengan pipi kanannya yang membiru, melihat itu membuatku ingin menyalahkan diriku sendiri.

Heaven Above Us (TMR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang