Gally POV
Hari ini benar-benar terasa mengerikan. Pusat kota penuh sesak seperti biasanya, namun di tempatku berdiri, keramaian tidak terlalu terasa buruk, tapi udara dengan hawa panas dan lembab yang bercampur dengan bau badan orang-orang yang bersimbah keringat di bawah terik matahari sungguh membuatku mual. Genangan-genangan sisa badai semalam pun terasa panas.
Pusat kota tidak pernah sepi karena semua orang lebih memilih untuk berkumpul disini dibandingkan di pinggiran kota yang masih tersedia banyak bahan pangan, hal itu membuat kami, para penjaga kesulitan karena harus bekerja sebagai penjaga sekaligus tukang antar barang-barang dari pinggiran menuju pusat kota.
Lawrence menunjukku sebagai pemimpin tim patroli di pusat kota, sedangkan Winter bekerja di pinggiran kota untuk menggeledah bangunan-bangunan yang belum di geledah bersama para rekannya yang bernama Andrew dan Damon.
"G-Gal." Suara Gadis itu terdengar melengking dari walkie-talkieku.
"Apa yang kau temukan?" Balasku sambil menyodorkan mulutku ke arah wakie-talkie.
"Arah terowongan di atas bukit." Ucapnya, membuatku seketika menoleh ke arah yang dimaksud. "Awasi mereka."
Ada sebuah mobil bak yang berjalan menuju perkotaan, mereka masih berada di bukit dan akan tiba kurang lebih dalam tiga puluh menit. Tim keamanan yang lain sibuk berpencar, mengawasi di setiap rute yang diperkirakan akan mereka lalui.
"Itu mereka." Winter berbisik. "Damon, kau bisa melihat ada berapa orang di dalam mobil itu? Aku kesulitan sekali karena mengawasinya dari atap gedung."
"Y-Ya, kurasa ada lima orang, tiga orang laki-laki, satu perempuan, dan satunya mirip si tua Lawrence." Dia menyembur tawa.
"Aku bisa mendengarmu, anak kecil tidak tahu sopan santun." Lawrence menyahut. "Jangan banyak bercanda dan bekerjalah dengan benar."
"Ah! Mereka sudah mendekati pusat kota!" Kata Andrew, suaranya terdengar kusut dari walkie-talkieku, seperti ia tengah berlari.
"Ok, sekarang berkumpul dan pergi lah ke pusat kota." Kata Lawrence. "Winter, Andrew, Damon, kembali ke pusat kota. Regu B, regu C dan regu lainnya, tetap berpatroli dan mencari persediaan."
"Baik." Kata Winter sebelum walkie-talkieku menjadi hening.
Tak lama Drone milik WICKED berhenti di atas kerumunan di pusat kota, seketika perasaanku tidak enak, jantungku berdebar kencang. Winter dan kedua bocah gila itu belum sampai ke titik kumpul, padahal sudah lima belas menit Lawrence dan lainnya menunggu, bahkan tidak ada tanda-tanda apapun yang keluar dari walkie-talkie.
"Ah, gila. Baru kali ini ada seseorang yang berani membiarkanku menunggu lebih dari tiga menit." Keluh Lawrence sambil bermain dengan tanamannya.
"Kau selalu membuat kami menunggu, maka terima lah bayaran dari kebiasaan burukmu." Aku menyembur tawa.
Tak lama kemudian pintu terbanting, Winter berlari terengah-engah dengan wajah yang merah seperti paprika. Mulutnya membuka, menutup, dan membuka lagi. Dia nampaknya masih memperjuangkan kata-kata yang ingin dia ucapkan.
"G-Gally!!"
"Apa, sih? Kau ini baru datang tidak ada basa basi ingin meminta maaf? Begitu kau memperlakukan orang yang lebih tua, huh?" Lawrence menarik telinga gadis itu, membuatnya meringis kesakitan.
"Ah, ini serius, Lawrence!" Gadis itu menepis jemari Lawrence yang menjepit telinganya.
"Ada apa?" Tanyaku, mengamati rautnya, berusaha membaca apa yang ia pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heaven Above Us (TMR)
Random[HIATUS] Sebenarnya Teresa bukanlah benar-benar perempuan pertama di Glade. Ada seorang gadis yang dikirim bertahun-tahun sebelum kedatangan Thomas dan Teresa, yang 'mati' satu hari pasca kedatangan Chuck. Namun tidak satupun Glader yang ingin memba...