Part 14: Hanya milikku saja!

971 22 0
                                    

Setelah mengetahui kenyataan yang sebenarnya, Abell begitu kecewa bukan kepalang. Meski, yang ia tahu hanya sebatas obat saja, belum hal lainnya.

”Apa sebenarnya maksud dari tuan Dariel? Mengapa beliau tega melakukan hal ini padaku... Apakah beliau tidak tahu, hal itu akan memperburuk keadaanku..” Abell tak habis pikir.

Dengan penuh keresahan, akhirnya Abell memilih untuk pergi menemui Dariel dan berusaha untuk meminta penjelasan seterang-terangnya dari Dariel. Namun, Abell tidak mengetahui bahwa hal ini justru membuat dirinya berada di dalam hal yang cukup berbahaya. Mengingat, bagaimana perangai dari Dariel yang masih belum bisa Abell ingat.

”Tuan Dariel sudah sangat baik padaku, memberikan fasilitas yang luar biasa, pekerjaan yang luar biasa. Lalu, bagaimana mungkin tuan Dariel memberiku obat penekan untuk proses pemulihanku..”

Abelk terus bergumul dengan pikirannya sendiri sembari terus menyetir menuju mansion kediaman Dariel.

***

”Mansion Kediaman Dariel Herme”

Abell tiba di sana dengan penuh pertanyaan di kepalanya kini.

”Selamat sore, Nona Abell,” sapa beberapa pelayan mansion ketika menyambut kedatangan Abell.

”Aku ingin bertemu dengan tuan Dariel. Apakah tuan ada?” tanya Abell.

”Tuan...” para pelayan tersebut pun terlihat saling pandang.

”Silakan duduk terlebih dulu, nona. Kami akan memanggil tuan, kebetulan tuan baru saja kembali dari kantor.”

Abell duduk di ruang tamu, hatinya begitu resah gelisah tak menentu. Tak sabar menanti penjelasan dari Dariel.

...

”Abell, sudah lama menunggu?” tanya Dariel yang turun dari lantai atas.

”Baru beberapa saat, tuan.” Ucap Abell dengan wajah masam. Melihat ekspresi dari Abell, membuat Dariel bertanya-tanya.

”Maaf, jika kedatanganku lancang tanpa memberikan kabar terlebih dulu. Namun, ada hal penting yang ingin kutanyakan pada tuan.” Ucap Abell.

Melihat gelagat dari Abell, Dariel pun mengajak Abell untuk bicara di paviliun samping, agar lebih tenang.

•••

”Bicaralah, Abell. Apakah ada yang mengganggmu?” tanya Dariel tersenyum.

”Apa maksud dari semua ini, tuan Dariel?” Abell meletakkan obat-obatan miliknya beserta hasil laboratorium penelitian yang telah meneliti keaslian obat yang selama ini Dariel berikan padanya.

Perlahan Dariel meraih kertas keterangan dari lab tersebut. Seketika itu juga, pupil mata Dariel melebar, dadanya berdebar tak karuan.

”Lantas, apa yang kau ingin tahu?” ucap Dariel dengan tatapan tajam ke arah Abell.

”Tuan, tuan tahu bukan, jika aku berusaha keras untuk kembali mengingat semua memori lamaku dan siapa aku dimasa lalu. Berharap, dari obat-obatan tersebut, akan sangat membantuku. Namun nyatanya, tuan justu menekan keinginanku selama ini. Bahkan hal ini sudah berjalan cukup lama.. apa sebenarnya yang tuan rencakan untukku?” ucap Abell dengan berderai air mata.

Melihat Abell begitu kacau, Dariel sangat bersedih. Lalu, bagaimana jika Abell mampu mengingatnya dan semua memori mereka. Akankah Abell masih bersedia berbicara padanya.

”Aku hanya tidak ingin kau tersiksa dengan memori lamamu. Karena, setiap kali kau berusaha untuk kembali mengingat, kau pasti harus merasakan sakit, bukan? Oleh sebab itu, aku hanya ingin terbaik untukmu.” Ucap Dariel yang berusaha untuk menutupi segala perbuatan kejinya pada Abell selama ini.

Terjerat NAFSU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang