Abell benar-benar diambang kehancuran, tak ada lagi keluarga yang dapat menjadi tempat bersandar dikala sedang berada di situasi sulit. Akankah Abell menyerah atau justru melawan?
"Jika sudah seperti ini, apa lagi yang dapat ku perbuat. Dariell menggunakan kekuasaannya, maka aku juga akan menggunakan otakku yang tak seberapa ini.." Abell berusaha untuk tetap tenang, hingga akhirnya Abell memilih untuk memberi hidupnya pada Dariell namun tentu tak cuma-cuma.
Abell mengaduk-aduk kopi di dalam cangkir menggunakan sendok mini.
Bzzttt...
Abell melihat layar ponsel miliknya, dan Dariellah yang kini kembali mengusik ketenangannya yang sedang mee time di sebuah cafe.
Dariel: "Aku sedang berada di luar cafe tempatmu berada. Bisa kau temui aku?"
Abell memandangi sekeliling, dan benar. Dariel sudah berdiri dengan setelan has rapi, layaknya seorang billioner.
Abell: "Masuk saja kemari, aku sedang menikmati makan siangku." Ucap Abell lalu mengakhiri panggilan.
Setelah beberapa saat kemudian...
Keduanya duduk berhadapan tepat di meja bundar yang hanya diperuntukkan untuk dua orang saja.
"Sekarang, katakan saja, apa yang keinginanmu, Tuan Dariel." Ucap Abell, memulai percakapan di tengah keheningan mereka.
Keduanya saling tatap, namun Abell terlihat menatap datar ke arah Dariel. Sementara itu, Dariel menatapnya dengan tatapan yang sangat tajam.
"Jadilah kekasihku, dan tetaplah berada disisiku. Aku akan segera mengumumkan hubungan kita ke publik."
"Baiklah. Lalu, apa lagi?"
Mendengar jawaban dari Abell, sontak membuat Daril cukup terkejut, meski ini yang dinantikannya.
"Kau hanya akan mendengarkan ucapanku, dan hanya aku pria yang kau lihat."
"Lalu, apa yang akan aku dapatkan, jika aku menjalankan tugasku dengan baik?" pertanyaan Abell seakan menjadi pisau tajam, Dariel masih tak habis pikir dengan sikap Abell kali ini.
"Aku akan memberikanmu fasilitas mewah dan semua yang kau inginkan tidak sulit untuk dapat dikabulkan."
Tsk.. Abell menyeringai, "jika kau bisa memenuhi semua itu, maka aku akan sangat bahagia. Walaupun, mungkin.. aku hanya akan menjadi boneka mainanmu saja." Ucap Abell, lagi-lagi dengan tatapan datar.
"Namun, jika kau melanggar semua aturanku. Aku tidak akan segan-segan menghancurkanmu hingga tak tersisa sedikitpun." Tegas Dariel.
Perasaan Abell sedikit goyah, mengingat mereka dulu pernah saling mencintai dan saling tak ingin kehilangan. Namun kini, yang tersisa hanyalah perasaan benci tak berujung. Lebih parahnya lagi, Dariel seakan memandang rendah pada Abell, dengan menggunakan semua kekuasaan dan kekuatan materi.
"Aku akan berusaha yang terbaik. Jika bisa, tolong kembalikan bisnis lamaku yang sudah kau hancurkan. Karena, untuk mencapai semua itu tidaklah mudah."
"Baiklah, besok kau bisa mendapatkan semua yang pernah kau miliki dulu. Namun, satu lagi aturan dariku. Kau harus tinggal di apartemen yang sudah ku tentukan."
"Baiklah, sayangku Dariel." Ucap Abell tanpa bibir yang gemetar. Sikap cuek dan dingin dari Abell juga menunjukkan bahwa kini Abell bukan lagi wanita yang lemah.
"Hari ini kuberi kau waktu untuk berkemas, atau tinggalkan saja barang-barang lamamu. Karena, aku sudah menyiapkan semua kebutuhanmu. Karena aku tidak ingin pasangan seorang Dariell dari keluarga terpandang menjadi cacat, hanya karena penampilan dari kekasihnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjerat NAFSU [END]
Romance⚠️Mature Romance 21+ 🌹Sudah tersedia versi E-Book, silakan kontak saya, bagi yang ingin membeli E-Book🤗 Harapan besar Abell harus ia kubur dalam, tatkala mendapati sang kekasih sedang bersama wanita lain. Bercumbu mesra, bahkan sang wanita juga se...