21: Dendam kelam

270 15 1
                                    

Malam panas antara Abell dan Mizou berlalu begitu saja. Ini merupakan pertama kalinya bagi Abell merasakan kenikmatan yang hakiki. Bahkan Dariel yang super bajingan saja belum pernah menjamah Abell hingga sepening ini.

"Apartemen Kediaman Abell Dorothy"

Saat Abell sedang berada di apartemen kediamannya, Abell terus saja teringat semua adegan demi adegan bahkan secara mendetail. Semua yang Mizou bersama dirinya lakukan.

"Sial! Apa-apaan ini, sangat memalukan dan murahannya diriku ini.." ucap Abell, sembari merapikan semua peralatan makeup miliknya.

Bzzttt... Panggilan dari Tuan Mizou terlihat jelas di layar ponsel milik Abell.

Abell berusaha untuk mengabaikan Mizou, Abell merasa sangat malu dan canggung. Tak ada yang perlu disalahkan, karena Abell sendiripun turut menikmati semua yang terjadi malam itu.

Mizou masih saja menelepon Abell dan membuat Abell akhirnya menyerah.

Abell: "Yah, hallo?"

Mizou: "Apa kau baik-baik saja?"

Abell: "Yah, aku baik-baik saja. Ada apa, Tuan Mizou?"

Mizou: "Aku tiba-tiba merindukanmu, Abell.. malam itu, malam yang sangat indah, bukan?"

Abell: "Hentikan, Tuan Mizou. Kau tahu, jika Dariel mencurigai kita, maka tamatlah semua!"

Mizou: "Aku siap untuk itu semua. Lagipula, Dariell tidak bisa terus memaksakan kehendaknya. Semua perlakuannya bahkan obat-obatan yang telah diberikannya padamu dulu, dapat menjadi bukti kejahatannya."

Abell: "Hentikan, Tuan Mizou.. jangan bertindak terlalu jauh. Aku tidak ingin membahas hal ini lagi. Jika tidak ada yang penting, aku akan menutup panggilan ini.."

Setelah Abell memberikan penegasan itu, suara ketukan pintu pun menyusul.

Abell beranjak dari tempat duduknya, dengan earphone kecil yang masih menempel di telinga kirinya. Sepertinya, Abell belum sempat mengakhiri panggilan mereka berdua.

"Sayang, mengapa saat aku menelepon selalu sibuk?" tanya Dariel yang spontan saja, setelah Abell baru saja membuka pintu.

"Kau, mengapa tiba-tiba datang?" jawab Abell terkejut.

"Tentu saja aku merindukan tunanganku. Mommy mengajak kita untuk makan malam bersama, malam ini. Tidak hanya mommy saja, tapi juga daddy dan ibu tiriku."

"Aku belum ada persiapan apapun, lagipula aku sedang cukup sibuk." Abell berusaha untuk mencari alasan mengindari pertemuan keluarga itu.

"Sayang, mengapa masih saja memikirkan hal-hal sepele seperti itu. Jika perihal gaun, aku sudah memesannya dari designer kepercayaan kita sejak dulu."

"Aku tidak pernah memintamu untuk melakukan itu semua, bukan?" tegas Abell yang terlihat kesal dengan semua tindakan dari Dariel.

Dariell pun duduk di atas kursi ruanh tamu bersama Abell.

"Honey, semua yang telah terjadi dimasa lalu, tidakkah kita bisa lupakan? Tak ada gunanya terus hidup di bayang masa lalu." Dariel membujuk Abell.

"Kau sudah tahu seperti itu, seharusnya kau tidak lagi berkeliaran di sekelilingku, karena kau adalah masa lalu yang sangat buruk!"

"Honey, jangan emosi seperti terus, wajahmu akan lekas keriput." Ucap Dariel membujuk lalu mengecup bibir Abell sekilas.

"Dariel, hubungan kita sudah lama berakhir, seharusnya kau tahu malu. Aku tidak akan pergi, apapun itu, tidak akan." Tegas Abell yang sudah sangat kesal.

"Kau sangat suka melihat mommy menderita, hmm? Ayolah, lembutkanlah hatimu, honey.."

"Cukup Dariel! Kau selalu saja menggunakan cara rendahan seperti itu untuk mengancam. Apapun yang terjadi pada bibi, itu bukanlah urusanku. Aku juga bisa bertindak diluar batas, jadi jangan coba-coba terus memanfaatkan aku!" Tegas Abell..

Melihat kemarahan dari Abell, sepertinya Dariel tidak bisa terus menerus menggunakan tameng ibunya. Bukan Dariel namanya, jika tidak memiliki sejuta cara dan upaya licik di otaknya.

"Apa kau sadar, atas apa yang baru saja kau ucapkan? Apa kau lupa, tentang skandal dari seorang pria dewasa yang mencoba untuk memperkosa seorang gadis dibawah umur?"

Mendengar ucapan dari Dariel, sontak membuat seluruh tubuh Abell melemah. Abell bahkan terduduk lemas, melihat ke arah ponselnya yang masih memperlihatkan panggilan berlangsung. Abell pun bergegas untuk mengakhiri panggilan bersama Mizou, seperti tak ingin Mizou tahu lebih jauh mengenai latar belakang keluarganya.

"Jangan pernah ucapkan hal itu lagi di hadapanku!"

"Gadis itu sampai trauma hingga memilih untuk bunuh diri dengan terjun dari lantai lima. Lalu, dengan materi, kasus itupun ditutup begitu saja. Sangat disayangkan sekali, jika kasus keji macam itu dibiarkan tenggelam begitu saja. Pihak keluarga dari si gadis seharusnya mendapatkan keadilan, bukan?" Ucap Dariel, dan ternyata provokasi dari Dariel benar-benar mampu membuat Abell terbungkam.

Abell pun kembali teringat ke masa lalu. Karena pria dewasa yang dimaksud ialah mendiang ayahnya, Mr. Dorothy. Kasus tersebut pernah sangat menghebohkan seisi kota, namun tak lama setelahnya ditutup oleh pengadilan maupun penegak hukum.

Abell kala itu masih sangat kecil xan tidak paham urusan orang dewasa. Namun, Abell pernah mendengar rumor itu dalam pertengkaran antara mendiang ayah dan ibunya.

"Gadis itu adalah anak gadis sematang wayang di dalam keluarganya dan bagaikan permata indah. Sejak saat itu, ibu dari gadis itu pun mulai mengalami gangguan psikologis dan juga perlahan-lahan segala penyakit mulai menggerogotinya. Karena hal itu juga, kondisi rumah tangga mereka hancur, karena kondisi emosional ibunya tidak stabil. Sampai detik ini, rasa trauma itu sangat hebat.." ucap Dariel, dengan kedua mata berkaca-kaca, menahan air matanya.

"Cukup, hentikan.. kumohon.." isak Abell, karena kenangan itu sangat membekas di ingatan Abell, setiap kali mendiang ayah dan ibunya bertengkar, Abell bahkan memilih untuk melupakannya dengan berbagai macam daya upayanya.

"Gadis kecil itu, adalah adik perempuan kesayangan dari saudara laki-lakinya, gadis kecil yang malang itu sangat dimanja, sehingga tak banyak yang tahu keberadaannya. Karena kelemahan tubuh yang dialaminya.. semua hancur sesaat, setelah apa yang pria bajingan itu perbuat!" Dariel terlihat sangat emosi hingga menggebrak meja.

"Hentikan.. kumohon.." lirih Abell, sembari menahan rasa sakit di kepalanya yang tiba-tiba saja muncul.

"Apa kau ingin tahu, siapa gadis kecil itu? Hmm?" Dariel mencengkeram rahang Abell, tidak keras namun tatapannya kali ini penuh dengan dendam membara.

"Gadis kecil itu adalah adik perempuanku, gadis kecil semaya wayang di keluarga Herme.. dan penyakit mommy, semua berawal dari masalah itu.." Ucap Dariel dengan bibir bergetas hebat.

Setelah mendengar semua pengakuam dari Dariel, Abell benar-benar tak tahu harus berkata apa lagi. Kini, terjawab sudah, mengapa Dariel selalu saja menjadi iblis di dalam kehidupan Abell.

"Ayah dan ibumu mati dengan sia-sia. Mereka belum menerima balasan atas apa yang sudah ayahmu perbuat. Seharusnya, ayahmu melihat balasan yang harus diterimanya, atas tindakan kejinya." Kali ini, Dariel sudah tak lagi bersikap manis, Dariel memperlihatkan watak aslinya, yang selama ini jarang Abell ketahui.

"Kau, kau harus membayarnya. Menggantikan keberadaan mendiang adik perempuanku. Atau, aku akan buat hidupmu dikucilkan oleh seluruh umat di bumi ini." Tegas Dariel.

"Sebenarnya, aku tidak ingin cepat mengatakan semua ini, namun melihat sikap belagak jual mahalmu, membuatku sangat muak." Dariel bersikap, seakan selama ini hanyalah sandiwara, semua sikap manis lembutnya pada Abell.

"Hidupku benar-benar akan segera hancur di tangan pria bengis ini." batin Abell.

***

Terjerat NAFSU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang