Kata orang untuk mencapai suatu kebahagiaan itu, maka ada banyak rintangan. Banyak kerikil yang bisa sesekali membuat kaki tersandung sehingga tubuh bisa saja tersungkur karena tidak bisa ditopang oleh kaki dengan kuat.
Maka untuk mendapatkan kebahagiaan itu perlu kesabaran juga perjuangan yang ekstra untuk mencapai semuanya. Seperti yang didapatkan oleh Athalla usai menikahi Kanaya. Banyak perjuangan, mulai dari menghadapi sikap cuek istrinya. Kanaya yang bertingkah, Kanaya yang perlahan mulai berubah.
Menghargai suami menjadi lebih lembut. Memang pernikahan di awal selalu saja diwarnai dengan penyesuaian. Maka, selama menjalaninya pun Athalla selalu sabar menghadapi sikap istrinya yang sering sekali keterlaluan. Kanaya banyak melakukan kesalahan. Banyak juga membuat kekesalan di hatinya Athalla, tapi sama sekali tidak menyakiti hati sang pria untuk menyerah mencintai istrinya.
Mencintai lalu menyentuh hati orang itu akan sedikit membuat mereka menjadi luluh. Maka, itu yang dilakukan oleh Athalla membuka hatinya Kanaya sampai istrinya bisa dia miliki seutuhnya.
Kanaya mencintainya, memiliki anak dari istrinya. Pernikahan keduanya penuh lika-liku. Pernikahan pertama diuji dengan istri yang enggan memberikan keturunan. Istri yang dari pernikahan kedua memiliki sifat keras kepala. Tapi bisa melunak karena kasih sayangnya Athalla.
Butuh pemaksaan untuk bisa mengajak Kanaya serius dengan hubungan mereka. Sebagai suami istri memang selayaknya mendapatkan reaksi yang baik dari pasangan.
Mempertahankan rumah tangga berdua. Bukan hanya satu orang yang berjuang.
Tiga detik kemudian. "Daddy." Peluk Kanaya dari belakang mengejutkan pria yang sedang berkutat dengan laptopnya untuk melihat banner tentang kelas hamil untuk istrinya nanti.
Cintanya bertambah sejak Kanaya mengatakan siap memiliki anak. Saat ini mengandung buah cinta mereka dengan baik. Dirawat dengan baik, juga dengan perhatian ekstra. "Ada apa sayang?"
"Hmmm, jadi beli tas yang hitam kemarin?"
Athalla mengusap pipi istrinya, menarik pelan tangan itu untuk dituntun agar sang istri duduk di pangkuannya Athalla. "Beli aja. Kamu sudah pertimbangkan beli yang itu ya aku izinkan," tidak pernah pelit terhadap istri.
Tahu kalau rezeki suami mengalir juga karena istri yang bahagia. Rumah tangga yang baik adalah ketika sang suami menjadikan istrinya ratu di dalam istana. Menikah bukan tentang bisa diurus oleh wanita yang menjadi pasangannya. Tapi tentang siapa yang akan menua dengannya hingga tutup usia.
Perlahan tangannya Athalla turun ke perut istrinya. "Aku lagi lihat kelas ibu hamil. Nanti kamu diajarin yoga, diajarin cara mandiin anak, diajarin bagaimana kamu nanti jadi ibu yang bisa buat anak kamu mandiri."
Athalla menjelaskan perlahan. "Temani, ya!"
"Pasti."
Dia sedang berada bersama dengan sang istri untuk membicarakan kelas ibu hamil yang berbeda dari sebelumnya. Athalla carikan yang terbaik untuk sang istri. "Kalau nanti kamu maunya yang ini. Aku pasti bakalan setuju juga."
"Kalau kelasnya di rumah, boleh nggak sih?"
"Kamu kenapa nggak mau pergi?"
"Aku pegal jalan, Mas. Jadi maunya di rumah saja. Datangkan gurunya."
Pria itu menghela napas mendengar permintaan sang istri. Jadi Athalla tersenyum meski permintaan berat. Sebab akan membuat gurunya itu harus ekstra sabar menghadapinya nanti.
Demi anak dan istri, demi buah hati yang paling disayangi oleh Kanaya. "Oke, aku bakalan minta nanti gurunya ke sini. Tapi kamu janji sama aku. Setelah melahirkan, kamu harus bisa jadi ibu yang punya didikan baik buat anak."
"Aku mau minta sesuatu boleh?" tanya Kanaya dengan ekspresinya yang terlihat sedikit serius.
Bisa dilihat dari raut wajahnya Kanaya. Hingga akhirnya Athalla mengiyakan. "Aku nggak mau pakai pengasuh nanti. Aku mau urus anak kita nanti sendiri. Aku mau ajari anak kita lakukan apa pun yang dia mau. Tapi aku nggak mau kerja."
Dengan senang hati Athalla menuruti jika itu kemauan istrinya urus anak sendirian tanpa ada bantuan dari pengasuh. Tidak perlu juga untuk memaksa Kanaya melakukan pekerjaan yang lain.
Apalagi untuk pekerjaan rumah akan diurus langsung oleh asisten. "Aku pasti menuruti kalau itu memang kemauan istriku."
Kanaya mencium pipinya Athalla. "Maaf selama hamil aku selalu mengabaikanmu, Mas."
"Kamu nggak pernah abai. Mungkin memang bawaan bayi kita. Tapi percayalah, kata Mama kalau kamu hamil dan benci sama aku. Anak kita bakalan nurut dan nempel sama aku. Bukan hanya mitos, tapi itu nanti kita iringi dengan didikan, ya."
Kanaya mengalungkan kedua tangannya di lehernya Athalla. "Aku nggak akan pernah bilang kalau aku takut menikah lagi. Tapi aku bahagia menikah sama, Mas."
"Bukan karena dituruti semua kemauannya?"
"Ya, aku sekarang sayang. Ada anak kita juga," ucapnya sambil mengelus perutnya yang buncit.
Ekspresi Athalla sudah bisa dipastikan berbunga sekali usai melihat kelakuan istrinya. "Ya sudah, kamu ke ranjang saja. Aku mau matiin laptop. Kita cerita malam ini."
"Kita mau cerita apa?"
Athalla memutar bola matanya. "Terserah kamu. Mau cerita apa saja akan aku bebaskan. Asalkan kamu jangan cerita mengenai orang lain. Aku bakalan larang kamu untuk cerita mengenai kehidupan orang lain, ya. Nggak akan pernah aku biarkan kamu lakukan itu."
Kanaya menganggukkan kepalanya. Dia beranjak dari pangkuannya Athalla. Pria itu juga mematikan laptopnya seperti yang dia katakan tadi.
Istrinya naik terlebih dahulu ke atas ranjang setelah Athalla mematikan laptop dan meletakkan kembali chargernya di dalam laci.
Menikah, istri hamil, melahirkan, punya anak yang lucu, adalah impian Athalla sedari dulu untuk menikah. Tapi sayang pernikahan pertama kandas. Tapi begitu menikah yang kedua. Dia diberikan istri yang pandai menghargainya.
Kanaya memeluknya sewaktu Athalla baru saja bersiap untuk merentangkan sebelah tangannya. "Mau tidur sambil dipeluk?"
"Mau. Jangan lepas sampai pagi."
Athalla mencium bibirnya Kanaya, hidung wanita itu mancung. Matanya indah. Perlahan lidahnya pria itu perlahan mendalami ciuman mereka berdua. "Sayang," ucapnya perlahan sambil mengusap bibir istrinya dengan ibu jari.
"Apa, Mas?"
"Kalau aku pengen. Kamu bisa turuti nggak?"
"Terserah, Mas. Kalau memang mau, aku bisa layani kok."
Athalla selalu menganggap bahwa Kanaya itu sangat cantik. Bahkan jauh lebih cantik lagi setelah hamil.
Dia mencium kening istrinya. "Nggak usah deh. Kasihan kamunya capek."
Athalla bisa tahan. Karena lihat istrinya yang matanya sudah berlipat dan terlihat mengantuk. "Ay, jangan berhenti mencintaiku, ya!"
"Aku nggak akan berhenti kalau kamu nggak berhenti duluan, Mas."
Athalla tidak berhenti mencintai Kanaya, bahkan sampai kapan pun. Bibir wanita itu terlihat terbuka. Athalla memajukan wajahnya lagi untuk mencium bibir itu dengan lembut. "Kita nggak jadi cerita?" tanya Kanaya waktu Athalla melepaskan ciuman.
Tapi mana tahan kalau istrinya menggigit bibir bawahnya seperti ini.
Segera dia bangun dari tidurnya dan membuka baju. "Ay, maaf. Aku tarik kata-kataku tadi. Nggak bisa tahan kalau lihat kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Duda
Teen FictionFOLLOW SEBELUM BACA!!!! 21+ Harap bijak pilih bacaan. Kanaya Prameswari menjadi wanita yang harus mengikhlaskan hidupnya menikah dengan seorang duda yang telah dijodohkan oleh orangtuanay. Sedangkan Kanaya memiliki seorang kekasih yang sudah pacara...