18. Dipaksa Bertemu

1K 106 4
                                    

"Athalla, please bantu aku." Rintih wanita dari seberang telepon sana. Mata Athalla yang baru saja terbangun karena dering ponselnya yang begitu keras membangunkan nyenyaknya pria itu barusan.

Telepon dari mantan istrinya secara tiba-tiba cukup mengejutkan di tengah malam seperti ini. Athalla yang mendengar permintaan tolong dari wanita itu terkesiap dengan suara wanita tersebut.

Dia menjauh dari tempat tidurnya karena khawatir Kanaya bangun dari tidurnya yang nyenyak. Belum lagi Kanaya yang tadi sempat melayani nafsunya Athalla.

"Kamu kenapa?"

"Bantu aku kali ini."

Pria itu mendengus kesal mendengar permintaan tolong dari wanita tersebut. "Aku nggak bisa, Ivana."

"Tapi aku butuh bantuan kamu."

"Tetap nggak bisa."

"Please," wanita itu menangis di sana. Athalla menghela napas panjangnya.

Dia mengambil jaketnya kemudian kunci mobil. "Kirimkan aku alamat tempat kamu sekarang." rumah tangga dengan wanita itu telah usai. Alangkah lebih baiknya Athalla sebenarnya tidak perlu ke sana. Tapi Ivana membutuhkan bantuannya. untuk sekarang. Maka, mau tidak mau dia akan ke sana untuk menemui wanita itu.

Alamatnya tidak begitu jauh menurut Athalla. Apalagi di jam seperti ini kendaraan tidak terlalu ramai, dia bebas untuk mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Alamat yang diberikan adalah sebuah apartemen di pusat kota. Meninggalkan Kanaya di rumah karena wanita itu tidur dengan sangat nyenyak. Maksud Athalla bertemu dengan mantan istrinya karena ingin membantu saja. Tidak ada maksud apa-apa lagi.

Hubungannya dengan Ivana telah selesai. Hanya hubungan baik antara mantan suami istri yang dijalankan oleh Athalla untuk wanita itu.

Dia diberikan pin oleh Ivana untuk masuk ke dalam kamar wanita itu. Begitu dia masuk, dilihatnya Ivana sedang duduk sambil merokok dan juga ada alkohol. "Kamu ngapain?"

"Athalla, kamu bahagia dengan pernikahanmu?" wanita itu tiba-tiba saja bahas mengenai pernikahan Athalla dengan Kanaya. Kali ini dia bahagia. Sangat bahagia malah. Ditambah waktu berita mengenai Kanaya sedang hamil. Itu menambah kebahagiaan di dalam rumah tangganya.

"Aku nggak bahagia." kata Ivana kemudian sebelum Athalla menjawab pertanyaan dari jandanya.

"Bukan urusanku lagi tentang hidupmu. Kalau nggak ada hal penting yang kamu sampaikan, aku pulang. Istriku menunggu di rumah."

"Bisa kita bicara sebentar/"

"Aku nggak bisa, Ivana. Istriku sedang hamil besar sekarang. Aku pikir kamu kenapa-kenapa. Kalau kamu baik-baik saja, aku pulang." ujarnya bangkit dari tempat duduknya.

Dia tidak suka bau alkohol yang menyengat seperti ini. Aromanya tidak menyenangkan, karena Athalla juga bukan pecandu alkohol. "Sebentar saja kita di sini, Athalla. Aku kangen."

Pria itu tidak mempan lagi dengan ucapan rindu dari mantan istrinya. "Andai dulu rindu kamu kayak gini, Ivana. Aku mungkin bisa pertimbangkan."

"Kamu nggak pernah ngasih aku kesempatan berubah."

"Nggak ada kesempatan untuk wanita pengkhianat."

Tapi Athalla justru kepikiran soal mantan istrinya yang agak nekat ini. Kalau diabaikan, khawatirnya akan membuat mental Kanaya hancur karena dulu sempat ada ancaman juga kalau Athalla menikah, wanita ini akan melakukan tindakan yang di luar batas. Wanita ini tidak pernah main-main dalam ucapannya. Memang bisa dikatakan dia sangat nekat, tidak peduli apa yang dirasakan oleh orang lain. Yang penting apa yang ada di dalam kepalanya itu harus dilampiaskan kepada siapa pun.

Pria itu duduk di sebelahnya Ivana dan kemudian menuangkan alkohol itu ke dalam gelas milik Ivana. "Minumlah, aku akan menemanimu."

"Kamu tidak minum?"

"Aku tidak pernah suka alkohol."

"Kamu sekarang sukses, Athalla."

"Berkat dikhianati. Aku jadi bahagia dan sekarang jauh lebih baik hidupnya. Dulu bukankah aku pernah jadi mayat hidup setelah denganmu?"

"Maafkan aku atas satu kesalahan itu."

Tapi Athalla tidak mau melanjutkan kisahnya juga dengan wanita ini. Tidak akan ada gunanya. Dia telah menyerah untuk bertahan dengan Ivana. "Kamu mencintai istrimu?"

"Aku mencintainya. Dia juga lagi hamil. Kamu tahu soal itu."

Memangnya siapa yang tidak tahu kehamilan istrinya Athalla? Tapi Athalla tahu sekali kalau mantan istrinya menyesal. "Aku ingin kembali, Athalla."

"Pasanganmu yang baik itu bukan aku. Karena kamu pernah bilang, aku nggak becus, Ivana. Aku bukan pria bertanggung jawab seperti katamu. Bahkan kamu dibelikan apartemen mewah ini oleh kekasihmu bukan? Aku sendiri nggak mampu belikan kamu itu."

"Buktinya sekarang kamu sukses."

"Semua itu atas doa istiriku. Anakku juga. Mungkin banyak hal yang nggak bisa aku katakan ke kamu mengenai dia. Tapi aku nggak pernah niat bandingin kamu sama istriku, Ivana. Aku berharap kamu akan bahagia dengan pria pilihanmu setelah ini."

"Aku nggak akan bahagia selain sama kamu."

"Katamu ... kamu nggak pernah bahagia sama aku. Nyatanya kamu selalu mencari pria lain sebagai alasan untuk cari kepuasan. Sedangkan aku bisa apa? Nggak ada hal yang bisa aku lakukan untuk itu, Ivana. Aku sekarang sudah bahagia sama rumah tanggaku. Istriku juga mencintaiku."

"Bukankah pacarnya Kanaya itu Saka?"

"Mantan kekasihnya. Bukan pacaran lagi."

"Mereka masih bertemu, Athalla. Mereka masih main di belakang kamu. Bahkan anak yang dikandung sama Kanaya itu bukan anak kamu."

Dia terkekeh dengan jawaban itu. Memberitahu kalau kehidupannya sekarang jauh lebih baik. Tapi justru membuat Ivana semakin meradang dengan jawaban barusan. "Sebenarnya apa yang kamu inginkan dariku? Kamu pada poinnya saja. Aku nggak ada waktu buat ngeladenin kamu sayangnya. Karena ada banyak hal yang harus aku lakukan di luar sana. Selain itu, aku juga akan pulang malam ini. Jangan pernah munculkan diri kamu lagi di depanku."

"Kita satu proyek, Athalla."

"Lalu apa?"

"Kita akan tetap bersama."

"Aku akan mundur dari proyek ini. Jika itu membuat kamu jauh dari aku."

"Kenapa kamu begitu tunduk sama Kanaya?"

"Dia mencintaiku. Jadi, aku hanya ingin menenangkan diri."

"Bagaimana mungkin dia mencintaimu, Athalla. Kamu saja menikahi dia dengan uang yang kamu punya. Menyogok orangtuanya."

Pria itu masih bisa bersabar menghadapi mantan istrinya. "Aku sama Kanaya itu kenal sejak lama. Bahkan sejak kecil, aku nggak pernah ada niatan untuk aneh-aneh. Apalagi mengandalkan uang saja. Mungkin bagi kamu iya, uang bisa dipakai untuk bayar orang. Sedangkan Kanaya nggak, dia terima aku apa adanya. Aku kasih uang lima juta pun untuk kebutuhan kami berdua, dia masih bersyukur dan masih ada sisa. Aku pernah mengujinya bilang bahwa aku nggak ada uang, dia melakukan tugasnya dengan baik sebagai seorang istri."

"Kanaya tidak bodoh, Athalla. Tidak mungkin perusahaan sebesar milik orangtuamu bangkrut begitu saja. Jelas dia tidak akan pernah percaya. Juga begitu dengan uang yang kamu bilang itu jumlahnya sangat kecil. Tapi dia bisa kelola, dia punya tabungan."

Pria itu beranjak. "Kalau nggak ada yang ingin kamu katakan, dan hanya menjelekkan istriku. Perbaiki saja dirimu, Ivana. Mungkin setelah ini kamu mendapatkan suami yang jauh lebih kaya dari aku. Lebih bisa memberikan kehidupan yang mewah untuk kamu. Nggak perlu bikin kamu kerja segala."

Cinta Sang DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang