13. Istri Terbaik

1.5K 178 13
                                    


"Apakah aku sudah sangat cantik?"

Kanaya mematut dirinya di depan cermin. Sementara Athalla duduk sembari menyilangkan kakinya sambil menikmati kecantikannya Kanaya yang berdiri di depan cermin. Tidak munafik maupun harus berbohong. Karena memang Kanaya itu sangat cantik. Pria itu tersenyum.

Kalau diminta untuk memuji, tentu Athalla tidak akan kehabisan kata-kata untuk memuji istrinya. "Istriku selalu cantik."

"Hey, aku serius."

"Tentu kamu cantik, istriku."

Malam ini akan pergi ke salah satu pertemuan dengan rekan-rekan bisnisnya. Athalla mengajak sang istri untuk pertama kali ke tempat seperti itu. Athalla juga sangat suka sekali memuji kecantikan istrinya. Apalagi sekarang istrinya menggunakan dress yang berwarna hitam ditambah sepatunya juga sangat menarik sekali.

"Sayang."

"Hmm," jawab Kanaya yang memoles bibirnya dengan lipstik berwarna merah mencolok.

Astaga kalau saja bukan acara penting. Athalla sudah perkosa istrinya. "Ada apa, Mas?"

"Kita jadi ke Jerman."

"Kapan?"

"Besok sore penerbangannya."

Kanaya menatapnya kemudian tersenyum. "Apakah Jerman bagus?"

Pria itu menganggukkan kepalanya kalau di sana tentu saja sangat bagus. "Tentu saja di sana sangat bagus sekali. Apa ini pertama kalinya kamu ke luar negeri?"

"Aku tidak akan memintamu untuk membuat paspor kalau aku pernah ke sana, Athalla."

Athalla berdiri menatapi istrinya yang terlihat senang sekali diajak pergi ke Jerman. "Besok kita akan berangkat dan mungkin nenek akan menyambut kita di bandara."

Kanaya mengeluarkan syal yang telah dibuatnya untuk sang nenek nanti di sana. "Aku sudah selesai merajut syal yang aku buatkan untuk nenek."

Athalla tidak berkomentar kalau ternyata sang istri tidak mengecewakan sama sekali. Buktinya lihat saja sekarang. Mencari cara untuk mengambil hati sang nenek dengan cara membuatkan syal kepada wanita itu. Sungguh itu yang membuat Athalla juga bahagia mendengar istrinya banyak melakukan tindakan baik untuk rumah tangga juga masa depan bersama.

Niatnya berkunjung ke Jerman juga untuk memberitahukan bahwa istrinya Athalla adalah teman baiknya bermain dahulu yang belum diketahui oleh sang nenek kalau Athalla menikah dengan Kanaya.

Wanita itu juga tidak dikenal dengan baik oleh neneknya. Maka dari itu tujuan ke Jerman menemui kembali sang nenek adalah mengingatkan kalau Kanaya dikenal waktu kecil dulu.

Athalla berdiri mengitari meja rias sang istri. Kanaya juga tersenyum ketika Athalla mendekat. "Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Athalla waktu istrinya sedang mengenakan riasan yang mencolok tapi seksi.

"Aku hanya memberikan polesan highlighter pada riasanku."

"Oh baiklah, malam ini kita bermalam di hotel, ya." Godanya Athalla.

Wanita itu tersenyum. "Kamu ingin melakukan sesuatu?"

"Apa yang dilakukan suami istri kalau di dalam hotel? Tentu saja mengajakmu berhubungan, sayang." Cium Athalla pada leher istrinya.

"Jangan merusak riasanku, sayang."

Suara tawanya Kanaya juga sangat terdengar bahagia sekali sekarang. Semenjak Athalla mengaku kalau mereka adalah teman masa kecil. Sikap wanita itu juga sangat berubah sekali. Tidak pernah lagi bersikap sangat buruk. Memang Kanaya itu pada dasarnya sangat baik sekali. Tidak pernah melawan juga akhir-akhir ini sebelum mereka melewati malam pertama.

"Ay, nanti pulang dari sana langsung ke hotel, ya."

"Tentu, sayang."

Athalla yang dituruti seperti itu merasa mendapatkan kebahagiaan baru dari istrinya yang sekarang. Mendapatkan Kanaya yang bahkan masih utuh walaupun dia adalah seorang duda yang punya pengalaman untuk bercinta. Kanaya menerimanya dengan status yang seperti itu.

Pria bertubuh tinggi dengan badan yang berisi itu berdiri di belakang istrinya. "Ayo berangkat!"

Athalla yang berangkat dengan menggunakan mobil mewahnya. Tentu saja malam ini adalah pertemuan dengan beberapa pebisnis. Katakanlah ini adalah acara makan malam keluarga bisnis. Namun bisa dikatakan jika ini adalah 'ajang pamer' yang di mana orang-orang akan menggunakan apa pun paling mahal yang dimilikinya.

Pertama kali juga Athalla mengajak istrinya yang membuat dia harus mempercantik sang istri agar tidak kena julid orang lain. Di sana orang akan menilai semua dari bawah sampai atas apa yang dipakai oleh para tamu. Itu akan menjadi bahan gosip paling renyah bagi mereka jika ada orang yang menggunakan setelan tidak bagus. Atau bisa dikatakan dengan harga yang rendah.

Padahal tidak pernah tahu bahwa barang yang dikenakan mungkin harga puluhan atau ratusan ribu. Bukan ratusan juta. Tapi orang yang memakai adalah orang yang terbiasa menggunakan barang mahal. Jadi apa pun yang menempel pada tubuhnya akan tetap dilihat mahal oleh orang lain.

Bukan itu yang Athalla inginkan mendapatkan pujian dari orang lain. Murni ingin memperkenalkan sang istri pada orang-orang yang sering bekerja sama dengan perusahaannya.

Athalla punya dealer mobil supercar. Jelas itu juga akan dilirik oleh orang lain. Bisnisnya juga ada yang lain. Selain punya dealer, dia juga punya tambang batu bara. Itu milik orangtuanya, juga punya lahan kelapa sawit yang cukup banyak. Tidak bisa membuat hidupnya Athalla dulu selalu enak. Ia pilih jalannya sendiri meskipun orangtuanya juga merupakan orang berada.

Orangtuanya yang sudah pasti dipandang di sana. Athalla membawa istrinya dengan menggandeng wanita itu ke tempat orangtuanya berada dan sedang mengobrol dengan salah satu rekannya. Bersama dengan keluarganya juga.

Athalla mengulurkan tangannya untuk bersalaman. "Selamat malam Om Tama."

"Selama malam, Athalla. Maaf nggak datang waktu kamu menikah waktu itu, ya." Athalla tahu kalau pria ini ada di luar negeri waktu itu.

"Iya, Om nggak apa-apa. Ini kenalin istriku, Kanaya."

Mereka bertiga mengulurkan tangan. Athalla pernah dijodohkan dengan anaknya Tama dulu. Tapi Athalla menolak semenjak tahu banyak hal yang tidak bisa dia terima dari anak Tama. Salah satunya adalah gaya hidupnya yang tinggi. Meski Athalla bisa mengatasi itu. tapi tidak membuatnya untuk jatuh hati kepada wanita tersebut.

"Lulusan luar negeri?" sudah dipastikan itu akan ditanyakan. Karena anaknya Tama adalah lulusan kedokteran di salah satu universitas ternama di Korea Selatan. Tidak membuat Athalla langsung tertarik meskipun dengar itu.

Athalla pasti juga akan bela istrinya habis-habisan saat orang lain bertanya pendidikan istrinya. "Dia lulusan Universitas di Jakarta, kok."

"Hmm, saya pikir lulusan luar negeri. Kayak Danisha."

Athalla memegang tangan istrinya kemudian dia tersenyum pada Tama. Karena ingat waktu itu yang ngotot sekali menjodohkan anak mereka adalah orangtuanya juga. Tapi Athalla sudah memilih Kanaya sebelum dijodohkan dengan Danisha. "Dia juga nggak kalah bagusnya sih, Om."

"Tetap saja kalau soal pendidikan. Lulusan luar yang paling bagus."

"Tergantung lagi ke orangtnya, Om. Banyak kok yang lulusan di universitas negara sendiri bahkan sukses. Banyak orang yang kuliah ke luar negeri karena gengsi, ada juga yang kejar beasiswa mati-matian itu aku acungi jempol. Kalau sekadar gengsi ya gimana, ya. Aku nggak terlalu peduli juga lulusan mana istriku."

Athalla tahu kalau Danisha adalah gadis yang selalu ingin diakui. Mamanya juga dari awal tidak pernah mau kalau Athalla sampai jadi menikah dengan Danisha. Semenjak memilih Kanaya, orangtuanya bersabar untuk menunggu Kanaya buka hati.

Kanaya juga harapan orangtuanya untuk menjadi istri terakhirnya Athalla.

Menanti kehadiran calon buah hati di dalam rahimnya Kanaya adalah penantian semua anggota keluarga. Jadi, siapa pun yang dihadapi oleh Athalla dan menyinggung soal istrinya. Athalla pastikan akan membela istrinya dengan sangat. 



Sudah ditambahkan ke perpustakaan belum?

Cinta Sang DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang