5. Rencana berpetualang

596 78 1
                                    

Hari-hari berikutnya sejak kejadian itu, sikap Hinata masih seperti saat itu. Bukan maksud untuk menghindar. Ia hanya memberi jarak saja. Mau bagaimanapun dalam benak gadis itu, Sakura dan Naruto adalah sahabat baik. Meski dengan Sakura dan Sasuke, memulai persahabatan sejak sekolah menangah pertama. Tak bisa ia pungkiri, dia ingin persahabatannya seperti sedia kala. Namun apa di kata, hati masih perlu menata.

Disini, tidak ada yang salah dan di salahkan. Maka dari itu, Hinata sebisa mungkin untuk sekedar menyapa dan tersenyum jika berpapasan. Ya, hanya itu yang bisa di lakukan untuk saat ini. Jika mengatakan apa Hinata menyesal telah mengungkapkan perasaannya? Jawabannya tentu tidak. Kata orang, jika kita terjebak dalam friend zone, apalagi sampai tahap berpacaran lalu mereka berakhir, maka semuanya juga berakhir. Ya, mugkin saja ini yang di alami Hinata. Salahkan hatinya yang terlalu senang ketika Naruto bersedia mendjadi kekasihnya. Tanpa dia tahu kebohongan besar di dalamnya.

Kadang gadis itu berfikir, apa keputusannya salah dengan menjaga jarak dari teman dekatnya itu? Tapi mereka semua berbohong. Hinata benar-benar malu, di saat dia senang dengan apapun yang Naruto lakukan, di saat itulah mungkin mereka mengejek dalam hati. Mengatakan 'kasihan sekali gadis itu, Naruto pura-pura memberinya kebahagiaan' ya, mungkin tapi semoga tidak terjadi.

Hinata membereskan buku-bukunya setelah dosen sudah keluar kelas. Tapi seseorang dengan jahilnya mencuri buku catatan yang hendak ia masukan ke dalam tas.

"Kiba.." Hinata melayangkan tatapan cemberut. Teman pecinta anjingnya ini memang sering kali meminjam buku catatan dirinya. Sejujurnya dia tak keberatan hanya saja untuk saat ini, dia perlu catatannya.

Teman yang lainnya, Shino, Lee dan Chouji mereka rajin untuk saat ini.

"Aku pinjam seperti biasa." Ucap Kiba disertai cengiran yang menyebalkan.

"Boleh saja, tapi kau foto saja catatanku. Untuk sekarang, aku membutuhkannya. Maaf ya." Hinata merasa tak enak tapi dia juga perlu.

"Hey hay kau tak perlu seperti itu. Baiklah akan ku foto saja catatanmu. Begini saja aku bersyukur masih ada teman yang baik hati mau memberikannya." Sindir Kiba. Pasalnya ia kesal dengan Shino yang notaben si anak rajin tapi pelitnya super.

Dalam diamnya Shino tiba-tiba berbicara. "Tak usah menyindir ku."

"Siapa yang menyindirmu?" Tanya Kiba sinis.

Dengan cepat Shino membuka buku catatannya. "Bukan aku pelit. Tapi lihat ini, kadang aku bingung dengan tulisanku sendiri." Kiba, Lee dan Choji refleks melihat apa yang di tunjukkan Shino. Sedangkan Hinata hanya bisa terkekeh melihat kekonyolan mereka.

"Aku mengerti sekarang, pantas saja aku punya firasat tak ingin membuka buku Shino." Kembali, Choji menyuapkan keripik kentangnya ke dalam mulut.

Mereka adalah teman satu kelas Hinata sejak semester satu. Meski jarang bersama tapi Hinata memiliki hubungan baik dengan teman-temannya ini.

"Oy Hinata. Kenapa satu bulan terakhir ini kau jarang dengan mereka?" Tanya Kiba selagi ia memotret catatan Hinata. Mereka yang di maksud tentu adalah Naruto dan kawan-kawan.

Ketiga teman lainnya menatap lamat-lamat gadis itu. Ingin tahu jawabannya.

Hinata hanya bisa tersenyum "ya.. seperti yang kalian tahu, mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Sudah jelas kita beda jurusan." Meski tak puas dengan jawaban Hinata. Tapi Kiba mencoba mengerti saja. Dari berita yang dia dengar, Hinata sudah putus dengan Naruto. Entah gosip dari mana berita itu datang.

"Bukan karena kau canggung?" Celetuk Shino.

Kiba yang mendegar itu menatap tajam pria berkacama hitam tersebut. Takut menyinggung perasaan Hinata.

WHEN YOUR GONE {✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang