"One...two...everybody say ciiiiss!!"
"ciiiiisss!!"
"Yap.. aku rasa ini bagus. Apa mau lagi?"
"Sekali lagi, momen ini perlu di abadikan!!"
Sorak riuh terdengar dari seluruh penjuru kampus di hari wisuda ini.
Mereka yang berhasil menempuh pendidikan yang menguras tenaga, otak dan tak sedikit dengan materi, harus terbayar lunas dengan nilai yang memuaskan. Tapi ada juga yang berfikir bahwa kehidupan sesungguhnya setelah mereka pulang dari sini.
Tapi, lupakan itu sejenak. Sekarang waktunya merayakan kelulusan ini dengan penuh suka cita. Karena mereka yakin seratus persen, jika sudah begini maka kehidupan nanti akan berjalan masing-masing.
"Ehm, teman-teman maaf. Aku tidak bisa terlalu lama disini." Dengan perasaan yang amat bersalah Naruto mengucapkannya. Sejujurnya ia tak mau merusak momen bahagia teman-temannya ini. Tapi apa mau di kata. Hati dan perasaannya sama sekali tak secerah wajah mereka yang merayakan kelulusan.
Semua sempat terdiam sejenak. Mereka mengerti dengan apa yang di ucapkan Naruto. Gadis musim semi itu perlahan berjalan mendekati Naruto. Tersenyum lembut.
"Tak apa Naruto. Kami mengerti." Matanya menatap sendu rumput pendek yang ia pijak. Mengingat rentetan kejadian beberapa bulan yang lalu.
Menghela nafas perlahan."Aku tidak bisa berbuat banyak saat itu. Aku di landa ketakutan. Dan hanya berfikir untuk pulang. Tapi Hinata..."
Ada sesak di dada yang Naruto rasakan jika ia mengingat kejadian naas itu. Seandainya Hinata tak menjadi tameng baginya, pasti lah dirinya yang menggantikan posisi Hinata saat ini.
"Dia malah memikirkan nyawa kita. Bahkan tak sedikit pun memikirkan tentang dirinya sendiri." Matanya berkaca-kaca. Bibirnya melengkung tersenyum getir."Gadis pendiam dan pemalu tapi memiliki keberanian yang hebat. Naruto, kau tahu? Aku sungguh malu jika berhadapan dengannya. Apalagi ketika melihat kondisinya. Aku benar-benar tidak sanggup." Kali ini Sakura menangis terisak. Shion dan Ino hanya bisa diam. Tak bisa berkata.
Sasuke dengan segera menenangkan kekasihnya. Ia memeluk erat gadis yang mengenakan toga seperti dirinya.
Naruto berusaha untuk tersenyum tenang."Sudah Sakura-chan jangan menangis. Hinata akan semakin sedih jika kalian seperti ini. Dan maaf suasanya jadi seperti ini. Maaf aku tidak bisa lama-lama. Orang tuaku juga sudah menunggu."
"Semuanya, sampai jumpa"
Sebelum berbalik arah, ia sempatkan melambaikan tangan untuk kawan-kawannya itu. Ia sudah tak memikirkan hari ini akan tiba. Karena dalam otaknya saat itu dan hingga kini hanya Hinata.
Berjalan setengah berlari menuju tempat parkir dimana kedua orang tuanya sudah menunggu.
Wanita berambut merah itu tersenyum. Saat sang putra datang menghampiri." Santai saja Nak, kami antarkan kamu ke rumah sakit."
Naruto hanya terkekeh pelan di buatnya. Memang selama sepuluh bulan ini adalah kebiasaannya. Sejak kepulangannya pada saat itu. Ia bahkan setiap hari menginap disana. Tidak peduli dengan tubuhnya yang tak terurus.
"Tapi nanti malam jadi kan? Bagaimana dengan teman-temanmu?" Pria yang mirip dengan Naruto sudah memasuki mobil terlebih dahulu. Di susul Naruto dan Kushina ibunya. Naruto duduk di depan di samping sang supir.
"Tentu saja. Tapi mereka sudah punya agenda lain ayah." Naruto tak mungkin membuat kedua orang tuanya kecewa hanya untuk merayakan pesta kecil di rumahnya. Jika ingin bicara, dia lebih baik menemani Hinata. Tapi untuk kali ini rasanya ia harus memenuhi permintaan ayah dan ibunya, yang hanya ingin merayakan pesta kecil saja di rumahnya. Setidaknya kali ini. Sebelum dia pergi. Bagaimanapun ia sudah merepotkan kedua orang tuanya selama mereka disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN YOUR GONE {✓}
RomanceIni hanya kisah cinta klasik. Semua orang mungkin mengalami hal serupa. Bagaimana jika, kamu mencintai tapi tak di cintai. Dan dia mengagumi tanpa di cintai. Lantas, jalan apa yang harus di pilih? Disclaimer : Karakter Naruto dkk milik Masashi Kishi...