9. Keputusan

478 64 1
                                    

Tak ada pembicaraan selama di dalam mobil. Harry, Ron dan Hermione bingung dalam situasi ini. Tapi mereka memilih diam dan membiarkan Hinata yang berbicara terlebih dahulu. Mereka memaklumi keadaan yang baru saja terjadi.

Hinata menatap jalanan yang mulai sepi. Fikirannya berkecamuk atas kejadian yang baru saja berlangsung.

Masih teringat jelas dalam memorinya bahwa Naruto dengan lancang menciumnya.

"Apa-apaan kau ini Hinata? Kenapa kau berdansa dengannya? Lalu pakaian apa ini?! Kau sungguh ingin menarik perhatian dia, begitu? Bahkan kau dengan tak tahu malu berciuman dengannya di depan semua orang!"

Bahkan saat ia menuduh dirinya.

Hinata menyeka air matanya yang tiba-tiba jatuh. Menatap tangan mungilnya dengan nanar. Tangan yang sudah menampar pria tersayangnya. Tapi apa mau di kata. Dia benar-benar kesal dengan sikap Naruto malam ini. Jadi gadis itu memutuskan untuk pergi. Saat ini dia tak ingin melihat wajah Naruto.

Rasanya ia ingin membuang jas lelaki yang sudah mencuri hatinya sejak masih kecil. Ia benci mengakui, ia juga lemah ada setitik bahagia di hatinya. Entah sejak kapan terakhir kali Naruto memberikan perhatiannya pada gadis itu.

Seketika gadis itu teringat dengan ketiga temannya. Ia jadi merasa bersalah. Karena kesalahannya mereka harus mengantar Hinata pulang.

"Maaf, karena aku kalian harus mengakhiri pestanya." Ucapnya dengan suara teramat pelan. 

Matanya beralih pada gadis di sampingnya, pada Harry dan Ron yang berada di kursi depan.

"Hey jangan merasa bersalah seperti itu. Lagi pula memang tak seharusnya kita pulang terlalu larut. Kami harus banyak istirahat setidaknya malam ini. Karena besok malam kita akan berangkat." Jelasnya. Hermione memberikan senyuman hangat agar gadis itu tak merasa bersalah.

"Semuanya terima kasih." Pertemuan yang singkat dengan mereka membuat Hinata tak ragu dengan kedekatannya.

Sebelum mengantar Hinata ke rumahnya, mereka terlebih dahulu mengembalikan dress yang di sewa di tempat Kaguya. Tak lama setelah itu mobil melaju menuju kediaman Hinata.

Tidak sekaku tadi, sepanjang perjalanan banyak yang mereka bicarakan terlebih kesiapan keberangkatannya. Setidaknya, itu bisa melupakan kejadian saat di pesta tadi.

"Teman-teman, bolehkah aku ikut dengan kalian? Apa masih sempat?" Seketika obrolan mereka terhenti saat Hinata bertanya demikian.

Harry menolehkan kepalanya, ingin tahu keseriusan gadis itu. "Kau yakin?

Hinata mengangguk antusias. Dia sudah memutuskan. Setidaknya, dengan berlibur seperti ini dia ingin melupakan sejenak Naruto, mungkin.

Harry tersenyum, betapa bahagianya dia saat tahu Hinata akan ikut dengan rombongannya.

"Tentu saja, aku sudah mencatat semua kebutuhan yang kita perlukan, kau tidak usah cemas. Berkemas saja besok."

"Terima kasih Hermione"

"Hahah. Kau jangan formal seperti itu. Aku senang kau akan ikut kami berpetualang, yeah anggap saja begitu." Ucapnya dengan senyum sumringah.

Obrolan mereka harus terhenti tepat di depan rumah Hinata.

"Sampai berjumpa besok." Hinata melambaikan tangannya.

Seakan teringat sesuatu, sebelum Ron melajukan mobilnya, Hermione mengingatkan sesuatu pada Hinata perihal keberangkatannya besok. "Hinata, jika kau bisa berkemaslah di pagi hari. Ada kemungkinan kita berangkat saat sore.

WHEN YOUR GONE {✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang