Meski esok hari adalah pernikahannya, tapi Hinata dan Naruto sama sekali tidak memiliki komunikasi yang intens seperti pasangan pada umumnya. Sejak kejadian satu bulan yang lalu di kamar Naruto, Hinata benar-benar di buat malu. Bukan ia tak menyukainya. Hanya saja perasaan gadis itu tak menentu. Ingatannya yang samar mengacaukan hati dan perasaannya. Dan hal yang membuat perasaannya terganggu ketika orang-orang yang mengenalnya, tiba-tiba datang untuk sekedar menyapa.
Bahkan ketika mereka akan memilih pakaian untuk hari pernikahan mereka, terpaksa harus Kushina dan Karin lah yang memilih. Kedua insan itu rupanya hanya menyimpan perasaan tak menentu dalam hatinya.
Jika Naruto, jelas ia tak ingin Hinata pergi. Tapi ia tak bisa memaksa Hinata untuk mencintainya lagi secepat itu. Ia akan bersabar dan menunggu. Meski begitu, Naruto tentu tak akan menyerah. Meski selama hampir satu bulan ini, interaksi dengan calon istrinya cukup memberi jarak. Naruto tak mempermasalahkannya. Melihat sang pujaan terlihat di depan matapun, sudah membuatnya lega. Menandakan bahwa Hinata memang membutuhkan waktu untuk menerima semuanya. Memulihkan ingatan tak semudah memulihkan luka fisik yang terlihat.
Dering ponsel Karin beberapa kali berbunyi dan kali ini ia baru sempat menjamah ponselnya tersebut. Dengan perasaan kesal, terpaksa ia mengangkatnya. Tapi raut wajah gadis berkacamata itu berubah panik saat tahu siapa yang sejak tadi menghubunginya.
"Bibi Kushina! Ah cerobohnya, aku bisa di omeli habis-habisan." Karin tampak ragu mengangkat telepon dari bibinya itu. Ia tahu, membawa secara diam-diam calon menantunya ini bukan hal yang baik.
"Karin-san, ada apa?"
Hinata yang tak sengaja melihat kecemasan Karin, terpaksa menghentikan langkahnya saat ia akan pergi dari pusat perbelanjaan ini.
Wajah Karin berubah manis di hadapan Hinata. Ia hanya bisa nyengir dan menunjukkan layar ponselnya.
"Ibu Kushina?"
Karin mengangguk sebagai jawaban. "Dia pasti mencarimu Hinata. Hah.. sudahlah aku pasrah dengan omelannya!"
"Hallo Bibi...."
Gadis itu hanya tertawa pelan melihat tingkah Karin. Kedua orang bersaudara ini begitu cerewet. Mereka sangat antusias dengan pernikahan Naruto dan Hinata.
Sementara Karin yang berbicara melalui ponselnya dengan Kushina, Hinata kembali menatap beberapa barang yang di beli Karin. Gadis itu begitu semangat dengan pernihakannya. Sampai esok hari adalah pernikahan Hinata, tapi hari ini Karin masih membeli hadiah sebagai kado. Aneh memang, seharusnya kado adalah sebuah kejutan tapi yang di lakukan Karin justru ia ingin Hinata yang memilih apapun yang di perlukannya.
Hinata menggelengkan kepalanya seraya tersenyum melihat Karin layaknya anak kucing yang tunduk karena di marahi sang majikan. Jelas Kushina kesal karena membawa calon menantunya pergi sepulang dari yayasan. Tanpa memberi kabar terlebih dahulu.
Matanya bergulir mengamati orang-orang yang berlalu lalang di pusat perbelanjaan ini. Hingga ia tak sengaja menangkap sosok yang yang selalu ia lihat setiap hari.
Tak jauh darinya, sebuah kedai yakiniku itu cukup ramai di datangi pengunjung salah satunya ada mereka.
Naruto dan kawan-kawannya tampak menghabiskan waktu di sore ini. Sebelum melepas masa lajang, mungkin tak salah jika berkumpul seperti ini.Ametisnya menatap sosok disana. Pria yang selama ini selalu hadir dalam ingatannya. Tampak tertawa lepas dengan yang lain. Kedekatannya dengan gadis musim semi tak pernah pudar, persahabatan mereka tetap melekat.
"Gadis bernama Sakura itu sangat cantik. Juga periang. Orang-orang di sekitarnya sangat menyukai dirinya." Ucapnya pada diri sendiri. Pandangannya tak lepas dari dari sekumpulan orang-orang yang mungkin saja mereka reuni.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN YOUR GONE {✓}
RomanceIni hanya kisah cinta klasik. Semua orang mungkin mengalami hal serupa. Bagaimana jika, kamu mencintai tapi tak di cintai. Dan dia mengagumi tanpa di cintai. Lantas, jalan apa yang harus di pilih? Disclaimer : Karakter Naruto dkk milik Masashi Kishi...