Hinata terbangun dari tidurnya saat mendengar suara racauan suara serak dari lelaki yang ia dekap.
Beberapa kali matanya mengerjap berusaha mengumpulkan kesadarannya.
"Naruto-kun..." Memperhatikan wajah yang begitu dekat dengan wajahnya. Wajahnya tidak sepucat tadi. Tanda kebiruan di bibirnya sudah mulai pudar. Ia merasa ini mimpi. Bisa kembali bertemu dengan lelaki yang selama ini singgah di hatinya.
Tangannya tak sengaja mengelus punggung polos Naruto. Saat itu juga ia tersadar, dia dengan Naruto terbungkus dengan selimut yang sama layaknya kepompong.
"Apa kau bisa mendengarku?" Tanya nya begitu lirih. Menatap lamat-lamat wajah Naruto. Setidaknya suhu tubuh lelaki itu mulai normal. Sekali lagi Hinata berusaha membangunkan Naruto.
"Hinata? Apa kau sudah bangun?"
Bukan Naruto yang berbicara. Melain Hermione yang berada di luar tenda.
"Aku sudah bangun. Masuklah."
Membuka relsleting tenda tersebut. Gadis itu terlihat membawa baju dan celana kering milik laki-laki. "Bagaimana keadaannya?" Hermione sudah masuk ke dalam tenda menyimpan pakaian yang ia bawa tepat di samping Hinata.
"Aku rasa suhunya cukup hangat. Tapi kenapa dia belum bangun?"
Memegang sekilas dahi Naruto. "Seharusnya ini cukup. Tapi mungkin karena hipotermia yang di alaminya parah, detak jantungnya belum normal.
"Apa dia akan baik-baik saja?" Ada kekhawatiran yang tercetak jelas di wajah Hinata.
Hermione hanya tersenyum menanggapi. "Ya, dia akan baik-baik saja." Ada sedikit keraguan dalam nada bicaranya. Dari yang ia tahu, jika seseorang terkena hipotermia akut seharusnya di tangani oleh dokter. Tapi sekarang ia belum bisa berfikir apapun, dia benar-benar sedikit dalam pengalaman medis.
"Sebaiknya kau pakaian dia baju. Ini pakaian Naruto yang tidak terkena air hujan." Hinata mengangguk mengerti. Ia di bantu Hermione melepaskan emergency blanketnya.
"Aku akan membuatkan sup dan minuman hangat untukmu. Panggil aku jika dia sadar."
"Terima kasih."
Setelah mengucapkan itu dan Hermione menutup kembali tendanya, Hinata kembali memasangkan baju dan celana untuk Naruto. Tentu setelah ia berpakaian terlebih dahulu. Meski teramat malu melihat tubuh pria yang yang ia cintai tapi ini harus ia lakukan. Sebisa mungkin gadis itu fokus memakaikan baju untuk Naruto.
Kadang-kadang pipinya bersemu merah.
Hinata kembali memasangkan selimut dan kaus kaki. Menyentuh pergelangan tangannya. Masih terasa kaku dan dingin.
"Kau akan baik-baik saja Naruto-kun.." mencoba menggenggam jemari Naruto. Memberinya rasa hangat. Bahkan sesekali Hinata mengecup sayang telapak yang ia genggam.
Tangannya masih dingin seperti pertama kali ia temukan Naruto.
Hinata menempelkan telinganya tepat di dada bidang pria itu. Wajahnya kembali cemas. Ia sama sekali tak mendengar detak jantung Naruto.
Tanpa berfikir panjang, Hinata membuka tenda hal yang pertama ia rasakan adalah suasana sore yang cukup dingin. Matanya mengedar mencari ketiga temannya.
Dan ternyata mereka tengah memasak dan juga berdiskusi.
"Maaf, aku butuh bantuan kalian." Karena memang jarak yang tidak jauh dengan tenda yang di tempati Hinata. Ketiganya langsung menolehkan kepala ke asal suara. Ron, Hermione dan Harry segera bangkit dari duduknya dan menghampiri Hinata.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN YOUR GONE {✓}
RomansaIni hanya kisah cinta klasik. Semua orang mungkin mengalami hal serupa. Bagaimana jika, kamu mencintai tapi tak di cintai. Dan dia mengagumi tanpa di cintai. Lantas, jalan apa yang harus di pilih? Disclaimer : Karakter Naruto dkk milik Masashi Kishi...