Chapter 18

199 22 0
                                    

Lalisa point of view

Suara bising alarm menarik ruh yang ada ditubuhku dengan perlahan keluar dari alam bawah sadar. Sepasang mata ini langsung terbuka, terkejut karna kebisingannya. Tangan kanan ku sibuk meraba permukaan meja yang berada di samping tempat tidur, mencari-cari ponsel untuk mematikan alarm yang sudah ku atur agar bangun tepat waktu.

Sinar matahari membanjiri dinding-dinding kamar apartemen ku tanda hari sudah pagi. Aku menoleh ke sebelahku, memandangi Jennie yang tengah meringkuk, salah satu pipi mandunya tertekan hingga pipih di atas bantal. Kusibakkan rambut yang menutupi wajahnya dan kutarik selimut untuk menutupi tubuh hingga ke pundaknya.

Sepertinya gadisku sangat kelelahan, bahkan bisingnya suara alarm tak membuat tidurnya terganggu.

Aku mencoba untuk duduk, semua tubuh ku terasa sakit. Aku refleks memegang kepalaku yang tiba-tiba berdenyut. Rasa nyerinya semakin bertambah, sepertinya rasa sakit itu baru terasa pagi ini.  

Aku beranjak dari dudukku, melihat sinar matahari yang semakin menguat di dinding-dinding kamar, samar-samar dapat ku dengar suara-suara burung camar di luar.

Langkah kaki ku tertatih, kepala ini semakin nyeri, rasanya seperti ingin pecah saat aku menggerakan seluruh anggota tubuh ku menuju dapur untuk mengambil segelas air minum.

Aku memaksa tubuh ini terus bergerak, melawan otot-otot ku yang menjerit. Pandangan ku mulai kabur karna setengah mati menahan nyeri di kepalaku. Aku meraih kursi yang berada dihadapan ku untuk bertumpu karna tubuh ini mulai kehilangan keseimbangan. 

Tiba-tiba kegelapan melahap seluruh pengelihatanku.





BRAAAAKK!!!!!






***



Jennie point of view.

Aku mengeratkan coat hitam yang kukenakan, memeluk tubuh ini dan meremas kedua lenganku sendiri. Telapak tangan dan jari-jari ku terasa lebih dingin dari biasanya. Bahkan banyaknya lapisan pakaian yang kukenakan tidak bisa menahan hawa dingin yang menusuk sekujur tubuhku. Bukan karna saat ini adalah bulan September dimana Korea Selatan sudah memasuki musim Gugur. 

Alasan yang tepat adalah pemandangan dihadapanku, kekasihku tengah berbaring tidak sadarkan diri di ranjang rumah sakit dengan selang infus yang membelenggu lengannya.

Pikiranku melayang entah kemana, sudah berjam-jam Lalisa tidak kunjung sadarkan diri. 



Cemas.


Takut.



Hanya itu yang berputar-putar dikepalaku saat ini. 

Selama menunggu Lisa sadar, aku hanya bisa menangis sampai kepala ku berdenyut, entah sudah berapa kali aku menangis hari ini.

Kutuangkan air kedalam gelas dan menelan beberapa teguk cairan bening itu. Aku bisa merasakan hawa dingin semakin menusuk-nusuk lengan, kulit kepala, dan dasar leherku.

Whisky Eyes | JenLisa (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang