Lisa point of view
Baru saja genap dua hari kami menjadi sepasang kekasih, namun aku sudah membuat masalah. Seperti tadi siang contohnya, kejadian itu membuat hati dan pikiran ku kacau. Walaupun dirinya sudah memaafkan ku namun tetap saja kejadian itu terus mengganggu pikiranku. Hal itu membuat aku sangat merasa bersalah padanya. Ada hal penting yang sangat aku takutkan terjadi, aku takut gagal mengendalikan emosi ku lagi. Jennie tentu akan kecewa padaku karna aku telah mengingkari janji.
Sering kali aku bertanya-tanya pada diri ini mangapa sulit sekali untuk sekedar mengendalikan emosi. Ketika emosi ku datang, tubuhku seakan diambil alih olehnya. Aku menjadi hilang kendali seperti tidak sadarkan diri begitu saja.
Terkadang akupun melakukan hal-hal yang tiadak aku inginkan, seperti memukul produser Jennie tadi siang.
Dulu sahabatku Rosé kerap kali mengingatkan ku perihal ini. Entah mengapa sekeras pun aku mencoba, aku tetap kesulitan untuk menghilangkan ini dari diriku. Namun Kang Seulgi berkata jika diriku yang sekarang jauh lebih baik daripada aku yang dulu. Menurutnya aku menjadi pribadi yang lebih tenang dan sabar. Mengingat hal yang terjadi tadi siang, sepertinya omongan Kang Seulgi tidak sepenuhnya benar. Mungkin selama ini belum ada yang memicu emosi ku keluar.
Hobi berkelahi ini memang sudah aku lakukan dari semenjak Ibu masih ada, akan tetapi tidak separah setelah Ibu tiada.
Aku mengingat persis bagaimana saat aku pulang kerumah dengan wajah yang penuh luka karna habis berkelahi dengan temanku, Ibu tidak mengucapkan sepatah kata pun, Ibu langsung memelukku dan mengusap punggung ku dengan lembut. Ibu tau persis bagaimana caranya menenangkan ku disaat aku sedang diselimuti amarah yang berapi-api.
Kalimat pertama yang keluar dari bibir Ibu ku adalah Lalisa, apakah kau baik-baik saja?
Setelah menenangkanku yang sedang kalut, Ibu memberikan nasehat agar aku tidak berkelahi lagi dan tentunya dengan ucapan yang sangat lembut. Dikondisi seperti itu, Ibu tidak pernah mengeluarkan sedikitpun amarah padaku. Ibu tau bagaimana cara yang tepat untuk berkomunikasi dengan anaknya yang sangat pembangkang ini, Ibu mengetahui celah bagaimana caranya agar aku bisa patuh padanya. Aku sangat merindukan sosoknya, aku sangat berharap Ibu ada disini walau hanya sekedar untuk memelukku dan berkata Lalisa, semuanya akan baik-baik saja.
Aku selalu menuruti semua nasehat Ibu ku, termasuk perihal berkelahi dan mengendalikan emosi. Semua berjalan lancar, dan aku berhasil menjadi pribadi yang lebih tenang. Semuanya berubah begitu saja saat Ibu pergi dari hidupku untuk selamanya. Aku mulai berubah menjadi semakin pemarah dan pembangkang.
Tumbuh dewasa tanpa sosok Ibu disampingku adalah bukan hal yang mudah. Aku harus melewati masa remaja dimana emosi ini belum stabil tanpa sosok Ibu yang mendampingi ku, memberikan arahan untuk mengendalikan emosi, mendidik ku dengan kasih sayangnya seperti dulu. Selain menjadi pemarah dan pembangkang, setelah kepergian Ibu aku kerap kali merasa tidak percaya diri. Aku mulai memiliki gangguan kecemasan dimana aku tidak bisa berpikir dengan jernih. Semakin bertambahnya usia, aku sangat mudah depresi.
Hal lain yang membuat ku begitu marah adalah ayah ku yang memutuskan untuk menikah lagi. Ayah mengajak ku pindah ke kampung halamanku di Thailand. Aku sangat marah padanya, kenapa sama sekali tidak memikirkan Ibu.
Aku memutuskan untuk tidak ikut dengannya, aku lebih memilih tinggal dengan nenek sampai aku dewasa dan cukup matang untuk hidup mandiri. Walaupun ayah beberapa kali mengunjungi ku di korea, aku tetap tidak ingin bicara dengannya hingga saat ini. Aku sangat membenci ayah.
Aku mencoba berbagai macam cara untuk mengendalikan emosiku. Salah satunya adalah berusaha membuang semua pikiran negatif yang meracuni isi kepalaku. Berusaha menangkan diri, menarik napas dalam-dalam dan membuangnya perahan. Hanya dengan cara itu aku bisa membuat tubuhku menjadi lebih relaks.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whisky Eyes | JenLisa (GxG)
Fiksi Penggemar"If two persons are destined to meet each other. They will meet when time comes." Cast: Lalisa Manoban, Jennie Ruby Jane, Roseanne Park (Rosé), Kim Jisoo, Bae Joo-hyun (Irene), Kang Seul-gi, Shon Seung-Wan (Wendy), Park Soo-young (Joy)...