Chapter 5

695 71 20
                                    

Lisa sedang sibuk berkutik dengan pekerjaannya siang ini. Semenjak mendengar nasehat Kang Seulgi, Lalisa kini kembali mau mengerjakan semua tanggung jawab pekerjaan dan bisnisnya. Perkataan Kang Seulgi sangat menggerakan hati dan pikiran Lalisa.

Merasa lelah Lisa menghentikan pekerjaannya untuk istirahat, karna sudah sedari pagi dia sibuk dengan semua pekerjaannya itu. Lalisa diam sejenak dan menopang dagu dengan tangan kanannya. Dia berpikir tentang Seulgi dan merasa bersalah. Banyak sekali pekerjaan ini, pasti Seulgi sangat tersiksa dengan semua ini. Dan dia sama sekali tidak pernah protes.

Lisa menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi.

"Huaaaa aku sangat Lelah." Keluh gadis Manoban sambil meregangkan kedua tangannya ke atas.

Gadis itu kini melipat kedua tangannya diatas meja lalu menempelkan dagunya di atas lengannya. Lalisa melihat kondisi meja kerjanya yang sangat berantakan lalu fokusnya beralih melihat ke sebuah pigura yang dia letakan di atas meja kerjanya. Lisa mengambil pigura itu dan tersenyum tipis. Indahnya fotografi selain bisa mengabadikan moment yang penting tapi juga meninggalkan kenangan yang ingin di ingat selamanya. 

Tiba-tiba seseorang masuk ke ruang kerja Lisa.

"Di saat aku selalu pusing dengan semua kerjaan ini, kau sepertinya menikmatinya Lisa."

Lisa tersenyum ke arah sumber suara dan kembali meletakkan pigura itu ke meja kerjanya.

"Apanya yang menikmati, baru setengah hari aku mengerjakan semua ini dan otakku sudah berontak ingin keluar dari kepalaku Seul."

"Lantas kenapa tersenyum seperti itu?"

"Ahh tidak, aku hanya sedang memikirkan sesuatu."

Kang Seulgi tentu menyadari apa yang membuat sahabatnya ini tersenyum. Gadis bermata monolid itu melirik ke arah pigura yang sedari tadi Lisa pandangi.

"Sepertinya aku tahu apa yang sedang kau pikirkan." Ujar gadis Kang itu dengan nada meledek.

"Sudah, aku sedang tidak ingin membahas itu lagi. Bagaimana jika kita istirahat untuk makan, sepertinya ini sudah waktunya makan siang dan aku juga sudah sangat lapar."

"Hmm, perihal itu. Bukannya aku berniat menolak ajakkanmu untuk makan siang, namun aku sudah ada janji pada seseorang untuk makan siang bersama di luar." Seulgi menduduki kursi yang berhadapan dengan meja Lalisa.

"Eoh? Tidak biasanya, siapa wanita yang mau di bodoh-bodohi dengan sahabatku ini?" Lalisa membalas ucapan Seulgi ketika dia bercerita soal Jennie beberapa hari lalu.

"Sepertinya aku yang di bodoh-bodohi oleh gadis ini."

"Hahahahahahaha." Tawa renyah keluar dari mulut Lalisa.

"Aku sebenarnya tidak ingin bercerita, karna kau pasti akan meledek seperti ini."

"Aku merasa senang bila kau telah menemukan seorang gadis yang akan menghiasi hidup mu Seul. Karna aku belum pernah melihat kau merasakan jatuh cinta sebelumnya. Semoga gadis ini orang yang tepat untuk mu. Karna bila kau jatuh cinta, kau harus siap dengan sakit hati yang akan datang di kemudian hari."

"Aku tahu itu, aku rasa gadis ini berhasil membuat hati ku terbuka. Dan sejak kapan kau menjadi orang bijak seperti ini, jangan menasehati ku bila kau saja belum menemukan seorang gadis untuk kau kencani."

"Belum? Kau tidak tahu? Aku bertemu dengan jodohku lagi di pesta kemarin."

"Siapa? Gadis yang menabrak mu waktu itu?" Tanya Seulgi degan ekspresi penuh selidik.

"Siapa lagi kalau bukan gadis pendek itu."

"Pantas saja kau meninggalkanku di pesta itu sendiri, aku sibuk mencari mu kesana kemari. Jika sudah berhubungan dengan wanita, kau pasti selalu melupakan ku."

Whisky Eyes | JenLisa (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang