Chapter 16

240 29 1
                                    

"Honey?"



Suara lembut Kim Jennie memanggil Lalisa membuyarkan lamunan gadis bermata whisky yang sedang berdiri dibalkon apartement nya dengan tatapan kosong ke arah pemandangan kota Seoul yang terlihat membentang indah.

"Kau sedang memikirkan apa?" Jennie melangkah mendekati Lalisa yang tatapannya masih tak lepas dari pemandangan lampu-lampu yang dipancarkan oleh deretan gedung-gedung di kota itu.

"Eungh, banyak yang aku pikirkan akhir-akhir ini."

"Mwo? Kenapa tidak bercerita?" Sepasang mata kucing milik gadis bermarga Kim itu memancarkan ekspresi yang penuh dengan kekhawatiran.

"Aku belum sempat menceritakannya padamu Nini."

"Mianhe karna aku terlalu sibuk."

"Hmmm, Okay."

"Jadi bukankah ini saat yang tepat untuk bercerita padaku?" Jennie meraih lengan Lalisa lalu menyandarkan kepalanya di bahu milik kekasihnya itu.

Lalisa mengangguk pelan sebelum menjelaskan semuanya pada Jennie. "Jadi, saat aku kerumah halmeoni kemarin. Dia berkata jika Daddy dan keluargnya sekarang berada di seoul. Halmeoni menyuruhku untuk mengunjungi adikku Haruto."

"Hmmm, aku sangat merindukkan adikku."

"Lantas apa yang mengganggu pikiran mu Honey?"

"Euhh itu."

"Aku tidak mau bertemu dengan Daddy."

"Wae?"

"Karna terakhir kali aku bertemu dengannya. Orang itu merendahkan ku, merendahkan pekerjaan ku. Seakan dirinya sajalah yang hebat."

"Okaayy.." Jennie menegakan kepalanya dan mengangguk tanda memahami ucapan Lalisa. 

"Lili."

"Mmm??" Sepasang mata whisky itu beralih menatap wajah Jennie setelah gadis bermarga Kim itu memanggilnya dengan suara lembut.

"Maaf jika aku tidak bisa membuat kata-kata yang membuat hatimu tenang." Ucap Jennie dengan hati-hati.

"Jika kau tidak pernah mau bertemu dengan Daddy, justru hal itu akan membuatnya semakin berpikir kau adalah orang yang penakut." 







Lalisa point of view

Kata-kata Jennie terus tengiang-ngiang dipikiranku tanpa henti. 

"Jika kau tidak pernah mau bertemu dengan Daddy, justru hal itu akan membuatnya semakin berpikir kau adalah orang yang penakut."

Aliran darahku seakan naik semua ke kepala. Sekarang mereka semua membanjiri kepalaku secara menyeluruh. Sebuah kata terus tergurat dengan sendirinya di dalam otakku, seolah sedang dibakar didalam sana.


Penakut?


Huh.


Aku bukanlah orang yang seperti itu. Kata-katanya berhasil membuat dadaku berdenyut, menyeggol seuatu yang selama ini bersemayam didalam diriku. Ego yang belum pernah aku tunjukkan padanya selama kita menjadi sepasang kekasih.

Whisky Eyes | JenLisa (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang