Chapter 19

197 24 0
                                    

Angin berhembus menghepas daun-daun yang mengering, sinar matahari yang lemah membuat kandungan klorofil mengurang sehingga dedaunan hijau berubah warna menjadi kuning, orange bahkan merah. Hari ini suhu mencapai 13 derajat celcius. Suhu di musim gugur memiliki perbandingan berkisar 60% dingin dan 40% terasa panas, sebab sinar matahari tidak berlangsung lama dan cuaca cenderung terkesan gelap.

Biasanya akan turun hujan, namun tidak deras. Awal musim gugur seperti ini banyak kabut yang muncul dipagi hari.

Lantunan musik classic  dipagi hari menambah suasana living room minimalis bergaya industrial menjadi lebih warm ditengah hawa dinginnya musim gugur. Seorang gadis bertubuh kurus menghentikan sejenak acaranya bermain playstation karna aroma masakan yang tiba-tiba menguar ke seluruh penjuru ruangan itu dan berhasil mengirimkan signal ke cacing di perutnya untuk berontak.



"Mmmmm, Harum sekali."



"huaaa aku lapar."




Lalisa lekas bangkit dan mengakhiri acara bermalas-malasannya, bergegas menghampiri sumber dari aroma yang makin menggelitik indra penciumannya. Gadis kurus itu melangkah dengan penuh semangat, sampai dia menghentikan langkahnya sejenak karna baru sadar jika controller playstation masih berada digenggamannya. Dia terkekeh dengan tingkahnya sendiri dan langsung melempar benda kecil itu ke atas sofa.

Gadis bermata whisky melirik ke arah dapur, bibirnya tersenyum saat tengah menyaksikan Jennie yang sedang  sibuk menyiapkan beberapa bahan yang digunakan untuk memasak. Sesekali sepasang mata kucing itu teralihkan ke arah kompor untuk mengecek kematangan masakan lainnya. Jika sudah didapur, kekasihnya itu menjadi sangat multitasking. 

Tiba-tiba fokus Lalisa teralihkan ke arah lain, sepasang mata mesum itu terpaku pada gaun cokelat muda yang di pakai Jennie, kekasihnya itu belum mengganti gaun tidurnya yang sangat tipis. Dari sekian banyak pakaian mahal Jennie, yang menjadi favoritnya hanya satu. 



Gaun tidur Jennie.



Bagaimana tidak, gaun yang sangat tipis menerawang itu membuat sepasang mata mesum disana bisa melihat dengan jelas lekuk indah tubuh si pemakainya. Gaun itu pun mampu memamerkan bahu indah Jennie yang sangat mulus bak patung mahal karya seniman-seniman terkenal dimuka bumi ini.

Lalisa melangkah diam-diam menghampiri kekasihnya yang sedang fokus memotong kondimen untuk dimasak, bahkan langkah gadis kurus itu sampai tidak terdengar. Dengan perlahan dia melingkarkan kedua tangannya di pinggang Jennie, mengecup sekilas pundak gadis bermarga Kim yang sedikit tersentak dengan kehadirannya yang tiba-tiba seperti teman tidak terlalu dekat yang ngechat kita saat tanggal tua.

"Kamjagiya!" 

"Aisshhh kau mengejutkanku Lisa-ya. Hampir saja pisau ini melayang ke arah mu."

Lisa terkekeh, gadis kurus itu semakin mengeratkan pelukannya, bibirnya mendarat mulus di pangkal leher Jennie. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh gadis Kim yang lantas meresponnya dengan senyuman dan gelengan kecil.


"Aku laparrr."


Ucap Lisa dengan nada yang kelewat manja. Kini dagunya bertumpu pada pundak kekasihnya itu. 

Whisky Eyes | JenLisa (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang