Di taman belakang sekolah yang sepi, tepatnya di gazebo yang ada di sana, Naruto terlihat tengah mengobati Sasuke dengan penuh ketelitian. Tak jarang pula gadis pirang itu terlihat mengoceh, read : mengomeli sekaligus menyiksa si raven.
"Shh.. aw! Pelan-pelan saja, Dobe! Jangan ditekan!" Protes Sasuke ketika Naruto sengaja menekan luka lebam di pipinya.
"Rasakan! Rasakan!! Rasakan!!! Bagaimana?! Enak ya bogeman si Yahiko? Sampai kau ketagihan mendapatkannya terus hm? Sama sekali tidak berniat melawan bukan? Jadi terima saja noh!" Naruto terlanjur merasa kesal setengah mati hingga dirinya terus-menerus menekan lebih kuat kearah luka Sasuke yang hendak dia obati.
Sasuke kelabakan menerima 'serangan' ganas dari Naruto, "I-iya iya! Aku minta maaf!! Setidaknya bila kau berniat mengobatiku, lakukanlah dengan benar!"
Naruto mengerucutkan bibirnya sebal, "Nikmati saja! Dasar Teme! Baru ku tinggal selama seminggu saja, kau sudah babak belur begini. Benar-benar payah tau!!" Hardik Naruto kejam.
Sasuke menatapnya jengah, pandangan matanya sedikit dibuat terusik oleh penampilan Naruto yang terlihat sedikit kacau dari biasanya. Walau tersamarkan, namun mata elangnya masih dapat menangkap dengan jelas kantung mata menghitam milik gadis itu, kulitnya pun terlihat sedikit pucat dan tubuhnya terlihat sedikit lebih kurus dari yang dulu.
"Apa yang terjadi dengan tubuhmu itu? Hanya perasaanku saja, atau kau justru semakin terlihat kurus kerempeng?" Tanya Sasuke sarkastik.
Naruto menaikkan alis, sama sekali tidak merasa tersinggung atas ucapan Sasuke, "Ara~ apa kau sedang mengkhawatirkan diriku, Teme?" Goda Naruto dengan kerlingan jahil.
Sasuke mendelik, "Tidak! Jangan percaya diri begitu, Dobe!" Sanggah Sasuke cepat, Naruto terkikik ketika mendapati ujung telinga Sasuke memerah seperti sedang salah tingkah.
"Orang tuaku bercerai,"
Sasuke menoleh cepat dengan mata membola, ia bertatapan langsung pada Naruto yang tersenyum sendu. "Ibuku berusaha keras untuk membawaku, namun ia gagal.. dan hak asuhku akhirnya jatuh ke tangan ayahku."
Gadis itu menundukkan kepala, mengingat segala memori yang terjadi seminggu yang lalu. Perceraian Minato dan Kushina, hak asuhnya yang jatuh pada Minato, hingga dirinya yang mengurung diri di kamar selama seminggu ini demi menenangkan pikirannya.
Jika bisa, tentu Naruto lebih memilih ikut dengan ibunya, namun umurnya kini telah matang, dan sesuai peraturan, anak perempuan selalu mengikuti sang ayah, begitupula anak laki-laki yang akan mengikuti sang ibu, hal itu pula berlaku pada Naruto.
"Sebenarnya sih aku belum berniat untuk berangkat sekolah sekarang ini. Tapi jika tiap saat dan tiap waktu, hanya kau yang terlintas di benakku dan membuatku khawatir setengah mati, bagaimana bisa aku diam saja?"
"Hah?" Sasuke membeo, agak lemot kala mencerna ucapan Naruto.
"Aku mengkhawatirkan dirimu kau tau! Dan sekarang lihatlah!! Kekhawatiranku benar-benar terjadi bukan? Dasar!" Naruto mendengkus berat, melihat wajah bodoh Sasuke entah kenapa membuatnya menyesal telah berucap jujur.
Sasuke terdiam. Tak mampu menumpahkan kata-kata sarkas yang selalu dia ucapkan sebelumnya. Gadis pirang dihadapannya ini.. entah kenapa terasa sangat berbeda bagi Sasuke.
Memang pada awalnya, Sasuke hanya menganggap Naruto sebagai perempuan sombong nan manja yang menduduki peringkat tertinggi di jurusannya. Namun bila diteliti lebih baik, ternyata Naruto juga merasakan hal yang sama seperti yang dirasakannya,
Kesepian.
"Hei Sasuke, bukankah kau bisa bertarung? Waktu di bar dulu kau memukul pria brengsek itu bukan? Kenapa kau juga tidak melakukannya pada Yahiko dan para ateknya? Kalau dilihat-lihat begitu juga menyebalkan tau!"
KAMU SEDANG MEMBACA
About SasufemNaru
FanfictionAbout SasufemNaru ___________________________ Cast ; "We meet again, my beloved Empress" - Second Time. "BIARKAN AKU PERGI, SETAN!!!" - Let Me Go! "Terlambat." - 1000 Burung Bangau Untuk Dirimu. "ANIKI!!! TASUKETE!!!!" - Depressed Patient Vs Crazy D...