Japanese Folklore

432 35 4
                                    

Latar : Tokyo, Japan
Alur : Maju
Bahasa : Indonesia
Genre : Horror, Mystery
Rate : T+
Don't like don't read

_____


Naruto mengerjap, menyipit, menatap penuh selidik kearah objek didepannya, lantas menendang tanah sambil berdecak, "Tsk sial! Aku tersesat lagi?!!" Pekiknya entah kepada siapa.

Gadis itu berkacak pinggang, mengedarkan pandangannya ke sekeliling, tepatnya pada lingkungan sepi dengan hawa mistis begitu pekat yang menyelimuti.

Ia tersentak, lantas melempar tatapan kesal pada siluet kepala dengan leher memanjang yang perlahan menghilang dibalik tembok pembatas setinggi 5 meter itu, "Terima kasih banyak, Rokurokubi!!" Sinisnya keras pada sosok itu.

Sekali lagi ia berdecak kesal akan nasib sial yang menimpanya malam ini, "Aah, maaf, bu. Anakmu ini akan terlambat pulang makan malam. Berterima kasihlah pada otakku yang melamun, dan Rokurokubi menyebalkan tadi!!" Tandasnya kesal sembari berbalik badan, lantas berjalan menjauhi sudut itu dengan langkah menghentak kesal.

Yah. Ia tidak terlalu peduli, atau lebih tepatnya tak benar-benar memperhatikan akan papan nama karatan yang tergeletak di tanah, bahkan sempat dipandanginya tadi.

高子沼グリーンランド公園

Takakonuma Greenland Park


Naruto masih asyik menggerutu sambil menghentakkan kaki, namun perlahan langkahnya memelan, bibirnya tertutup rapat bersamaan dengan kakinya yang berhenti melangkah. Gadis itu diam membatu, sambil melotot menatap bangunan taman hiburan yang telah lama ditinggalkan. Dan kini, ia tengah berdiri ditengah-tengah berbagai macam wahana yang terbengkalai.

"Owh, sial! Dimana aku sekarang ini?" Bisiknya sambil terus diam terpaku, tak berani mengedarkan pandangan ke sekitar.

Dia anak indigo. Yeah, Naruto akui itu. Ini adalah kemampuan keturunan dari klan Ibunya, klan Uzumaki. Hal seperti inipun sering ia rasakan. Ketika kau lengah, maka makhluk-makhluk itu akan merasukimu, dan menuntunmu entah kemana.

Tanpa melihat pun, Naruto masih bisa merasakan begitu banyak makhluk tak kasat mata yang memandangnya. Naruto masih berdiri mematung, memikirkan seribu satu cara baginya untuk keluar dari tempat mengerikan ini.

Pshh..

"Aw! Sshh.." Naruto mendesis lirih sambil menyentuh lengan kirinya yang tiba-tiba terasa panas seperti terbakar. Gadis itu otomatis terbungkam ketika mendapati kehadiran sebuah bola api berwarna biru yang berputar-putar di atas kepalanya, lantas terbang menuju wahana bianglala.

"Onibi," bisik Naruto tanpa mengalihkan tatapan dari api biru itu.

Bola api biru itu bukannya menghilang, melainkan jumlahnya tiba-tiba menjadi banyak, seolah menerangi seluruh seluk-beluk bianglala tua itu.

Naruto seketika bergidik, lantas ia bergegas berlari kabur dari sana sambil terus memegang lengannya yang terluka. Satu hal yang tidak disadarinya. Begitu ia pergi, puluhan sosok berambut hitam panjang dengan baju lusuh berwarna putih bermunculan diantara ranting-ranting pohon tak terawat itu.

Naruto masih terus berlari tanpa menoleh kebelakang, pandangannya terus mengedar demi menemukan pintu keluar dari taman bermain terbengkalai ini.

"Khikhikhikhikhi,"

Tap!

Langkahnya langsung terhenti. Maniknya lagi-lagi terbelalak mendengar kikikan menakutkan barusan, disusul dengan dua sosok berperawakan aneh yang melintas tepat dihadapannya.

About SasufemNaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang