Kisah SMK Kami Pt. 3

571 49 25
                                    

Pukul sembilan malam, hujan masih betah menyambangi kota. Di dalam kamar lamanya, Itachi terbaring dengan kompres panas di keningnya.

Sebelumnya, Sasuke tanpa sengaja merasakan suhu tubuh Itachi yang begitu tinggi. Dengan sedikit perjuangan Sasuke menggiring Itachi ke kamar lamanya. Sementara Sasuke sendiri kini tengah mengutak-atik kamar orang tuanya.

Sasuke tahu betul bahwa ketika sang kakak sakit akan sulit membangkitkan nafsu makan bila hanya dengan makanan biasa saja. Oleh karena itu Sasuke sedang berupaya untuk mencari buku resep milik mendiang ibunya.

Sasuke masih ingat betul, ketika Itachi sakit dulu, ibunya selalu membuatkan semangkuk bubur ayam yang langsung bisa membangkitkan nafsu makan Itachi sehingga pemuda itu bisa sembuh.

Kali ini Sasuke berniat melakukan hal yang sama. Usai menjumpai buku resep milik ibunya, Sasuke lekas menuju ke dapur dan mempraktekkan apa yang tertulis di buku.

Setengah jam kemudian, satu panci besi penuh bubur telah mendidih di atas kompor, dengan si koki yang sibuk membaca buku resepnya.

"Hmm, tuangkan bubur ke dalam mangkuk, masukkan bahan pelengkap dan tata dengan rapi. Untuk pelengkapnya aku hanya punya telur rebus, daun bawang, ayam dan bawang goreng. Apa itu cukup?" Sasuke bergumam pada diri sendiri.

Pemuda itu akhirnya mengangkat bahu, "Yah, gunakan saja apa yang ada." Ujarnya kemudian beranjak, menuju kompor dan mematikannya.

Mata Sasuke masih terpaku dengan buku, sementara otaknya memiliki tujuan untuk menyajikan bubur. Maka dari itu, tangan Sasuke tanpa sadar memegang pegangan panci,

"TEMPE!!"

.

Klontang!

Di dalam kamarnya, Itachi baru saja terbangun ketika mendengar suara ribut-ribut dari arah dapur sana. Lima menit berselang, Sasuke memasuki kamarnya dengan membawa sebuah nampan berisi semangkuk bubur, air putih juga obat penurun panas.

"Makanlah," gumam pemuda itu pelan sembari meletakkan nampan di atas narkas.

Itachi masih berekspresi datar, tanpa sengaja ekor matanya menatap kedua tangan Sasuke yang diperban, 'Apaan itu?'

Tak mendapat respon dari Itachi, Sasuke lantas berbalik badan, hendak keluar kamar sebelum ucapan Itachi membuat langkahnya terhenti.

"Kenapa kau melakukan ini?"

Mendengarnya, Sasuke tanpa sadar tersenyum getir. "Setidaknya.. aku masih menganggapmu sebagai keluargaku, walau kau tidak menganggapku begitu."

.
.
.

Sebulan terlewat begitu saja. Dan ini adalah Minggu terakhir para murid kelas 11 untuk menuntaskan tugas-tugas mereka sebelum dikirim ke tempat magang.

Di salah satu meja kantin sekolah, Sasuke terlihat duduk sambil berkutat dengan buku catatan dan kalkulator di tangan. Mata pemuda itu memicing, sebulir keringat perlahan timbul di wajah.

Tidak, Sasuke tidak sedang mengerjakan tugasnya. Semuanya telah ia tuntaskan sebelumnya, tapi kini yang menjadi masalahnya cuma satu, yaitu tentang biaya.

'Sial!! Aku sedang tidak punya uang tapi sekolah mewajibkan semua murid perkantoran memiliki perlengkapan kantor mereka masing-masing. Mana harganya cukup tinggi, bagaimana aku bisa membelinya?' Batin Sasuke gusar.

Berkali-kali pemuda itu mencoret-coret buku, berkali-kali mengetik pada kalkulator, namun berkali-kali pula ia menghapus dan menggaruk kepalanya frustasi.

"Tch! Seberapa kali pun aku menghitung, pendapatanku tidak cukup banyak. Itu belum termasuk untuk kebutuhan sehari-hari," Sasuke menghela nafas panjang. Disaat-saat seperti ini uang memang sangat diperlukan.

About SasufemNaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang