Dangerous Bocil Pt. 2

475 58 13
                                    

Keesokan harinya, mansion Uchiha terlihat sedikit ricuh oleh perayaan ulang tahun sang putra bungsu yang diadakan secara kecil-kecilan yang hanya disertai oleh anggota keluarga inti saja.

Sebuah kue tipe black forest tanpa krim telah tersaji disisi makanan-makanan lezat pendamping sang kue. Berbagai hidangan buatan tangan sang nyonya Uchiha sendiri telah tersedia, ditambah dengan dua lilin ulang tahun berbentuk angka 2 dan 4 seolah menjadi pelengkap kue ulangtahun itu.

Walau tampilan kuenya terlihat cukup ganjil, tapi Sasuke tidak menghiraukannya sama sekali. Dalam batin ia tidak ingin terlalu banyak berharap bisa melihat Naruto yang ikut merayakan hari ulangtahunnya ini.

"Ayo potong kuenya, Sasuke." Pinta Mikoto lembut. Sasuke hanya mengangguk dan melakukan tradisi 'make a wish' dalam diam.

Usai meniup lilin, Sasuke memberikan potongan kue pertama pada Mikoto kemudian pada Fugaku, sedari tadi Itachi tidak tampak dimana pun. Entah kemana pria itu pergi.

Selama perayaan itu, Mikoto terus tersenyum walau dalam batin ia merasa khawatir karena sosok yang ditunggu-tunggu tidak segera memunculkan batang hidungnya, 'Kemana kamu, Naruto?'

Sementara di pusat kota, sosok gadis bersurai kuning cerah terlihat berjalan riang di pinggir trotoar dengan senyum senangnya. Di tangannya sudah terdapat sebuah kado kecil berbentuk kotak dan berwarna biru tua. Sudah terbayang dalam angan bagaimana wajah senang sang tuan muda ketika mendapat hadiah spesial darinya.

"Nice, Naruto! Idemu bagus juga," kikik Naruto gembira.

Gadis itu kini hendak menyeberang jalan agar bisa menaiki bus yang akan membawanya menuju kediaman Uchiha.

Sementara itu, tanpa disadarinya, sosok Itachi terlihat duduk santai di kafe seberang jalan sambil mengawasinya, 'Yah, aku bisa menyusul ke rumah terlebih dahulu sebelum dia tiba.' pikir Itachi.

Lampu penyebrangan telah berubah menjadi hijau, para pejalan kaki yang menanti di pinggir zebra cross lantas mulai menyeberangi jalan yang seketika menjadi padat dengan orang-orang yang melintas dimasing-masing ujung penyebrangan.

Naruto berada diantara orang-orang yang menyeberang itu. Gadis itu terlihat begitu fokus pada jalan yang dilaluinya, namun fokusnya langsung buyar ketika tanpa sengaja Indra pendengarannya menangkap suara seseorang yang terdengar begitu familiar baginya.

"Setelah ini kita mau kemana, anata?"

"Bagaimana jika ke taman? Kau mau?"

"Um! Jika Gaara-kun bilang begitu."

Naruto menoleh cepat, irisnya memandang sosok sang kekasih yang sedang berjalan bersama seorang wanita berambut merah muda. Keduanya terlihat sangat akrab dan serasi jika dilihat lebih dekat.

Hati Naruto terasa tersetrum listrik ketika melihat tangan Gaara yang merangkul pinggang wanita itu. Dua sejoli itu sedang berjalan kearahnya, namun sepertinya mereka tidak menyadari kehadiran Naruto karena tertutup oleh kerumunan pejalan kaki yang lain.

Saat mereka saling berpapasan, kaki Naruto tiba-tiba terasa melekat tak dapat digerakkan. Keterkejutan melanda benaknya begitu besar sehingga mengalihkan segala hal lain yang berputar di otaknya.

Sampai kerumunan pejalan kaki telah berangsur berkurang, dan lampu penyebrangan kembali berubah menjadi merah, Naruto masih belum bisa memproses apapun, bahkan ketika orang-orang disekitarnya meneriakinya disusul dengan sesuatu yang tiba-tiba menabraknya begitu kuat sehingga dapat menyeret tubuhnya beberapa meter di jalan.

BRAK!!

"NARUTO!!"

"CALON ADIK IPAR!!!"

Itachi sontak berdiri dan berlari ke arah Naruto, 'Apaan bocah ini, kalau mau berdiri ya berdirilah di pinggir jalan! Kenapa harus di tengah jalan kuso! Atau..' batin Itachi.

About SasufemNaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang