10.Kenyataan Menyakitkan

73 9 1
                                    

Budayakan sifat bodo amat, nggak dihargai, ya pergi.
Jangan ngarep aja kerjaan lo pada!!

-Jarvis Nalson Seth-

*****

Motor hitam legam kini memasuki pekarangan rumah Andhera, perlahan Erlangga membantu Andhera turun dari motornya dengan berpegangan pada bahu Erlangga.

"Makasih ya udah anterin gue, masuk dulu yuk," ajak Andhera pada Erlangga. Ia ingin berterimakasih pada Erlangga karena sudah mengantarnya pulang.

"Nggak, kapan-kapan aja," Andhera hanya mengangguk mendengar penuturan Erlangga.

Kini Andhera yang hanya diam mematung didepan Erlangga, ia bingung kenapa Erlangga tak kunjung pergi, padahal dia tidak ingin mampir. Apa yang Erlangga inginkan?

"Ada perlu lagi Lang?" tanyanya dengan wajah kikuk, ia benar-benar tidak mengerti.

Perkataan Andhera membuat Erlangga tertawa ringan, kenapa ia tidak peka. "Nggak ada, lo masuk dulu baru gue pergi," ucapnya.

"Oo, ya udah gue masuk dulu ya," dengan masih sedikit bingung Andhera berjalan menuju pintu rumah, Erlangga juga menyalakan mesin motornya, ia bersiap untuk pergi.

Andhera membuka gagang pintu rumahnya lalu berjalan masuk, ia menutup kembali pintu rumahnya itu dan ingin bergegas memasuki kamarnya. Namun, saat ia berbalik badan tiba-tiba,

Plak

Rangga kini berada didepan Andhera dan menampar Andhera. Pipinya kini sudah berubah menjadi merah.

"Dari mana saja kamu, tadi Roby sampai disana kenapa kamu nggak ada?" tanya Rangga dengan wajah yang menyeramkan.

"Lalu siapa laki-laki yang mengantar kamu tadi? Mau jadi apa kamu diantar laki-laki seperti itu?" sambung Rangga.

Andhera tak kunjung menjawab pertanyaan Rangga, ia sesekali memegangi pipinya yang panas akibat tamparan Rangga.

"KENAPA KAMU DIAM SAJA DHERA? MAU JADI JALANG KAMU?"

"CUKUP PA, CUKUP, DHERA CAPEK!!! INI CUMA MASALAH SEPELE KENAPA SELALU DIBESAR-BESARKAN, SEGALA NGATAIN DHERA JALANG SEGALA, DHERA INI SEBENARNYA ANAK PAPA BUKAN SIH?" Air mata Andhera sudah tidak dapat dibendung lagi, ia mengeluarkan segala perasaan yang mengganjal di hatinya.

Bughh!!

Rangga memukul sudut bibir Andhera hingga Andhera jatuh tersungkur dan bibirnya mengeluarkan darah. "BERANI KAMU BERTERIAK DENGAN SAYA?"

Kini Rangga berjongkok dan mencekram leher belakang putrinya itu.

"Sebenarnya Dhera salah apa sih pa, sampai papa segini bencinya sama Dhera? Dulu papa sayang banget sama Dhera, tapi kenapa sekarang papa beda banget? Kembaliin papa Dhera yang dulu, yang sayang sama Dhera, yang perhatian sama Dhera, dan selalu banggain Dhera sekecil apapun hal positif dalam hidup Dhera, tapi kenapa sekarang papa beda banget? Salah Dhera apa pa?" Lirih Andhera dengan isakkannya.

"Kamu mau tau apa salah kamu? KAMU YANG SUDAH MEMBUNUH ISTRI SAYA ANDHERA!!!! GARA-GARA KENAKALAN KAMU LITA MENINGGAL, NGGAK HANYA LITA, SASYA JUGA MENINGGAL GARA-GARA KAMU!!! KAMU ITU PEMBUNUH!!!"

DANDELION | KING TIGER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang