25. Pasar Malam

27 3 0
                                    

Tak terasa bel pulang sekolah sudah berbunyi, hingga para penghuni kelas itu perlahan mulai bepergian. Gadis bernama Andhera itu masih sibuk dengan barang-barangnya yang masih berserakan di atas meja. Bukan hanya buku, tapi banyak juga bungkus makanan pada loker mejanya. Andhera merasa lokernya harus segera dibersihkan, makanya ia membersihkannya.

"Nih...biar nggak perlu jauh-jauh nyari tempat sampah, soalnya tadi lagi dibuang sama Zacky,"

Andhera memutar kepalanya untuk melihat sumber suara yang berada tepat di sampingnya. "Erlang? Kenapa belum pulang?"

Perasaan tadi anggota inti King Tiger sudah pada berhamburan, tapi kenapa kini tiba-tiba Erlangga berdiri disampingnya?

"Nungguin lo," balas Erlangga sambil mengerjapkan matanya. Erlangga sangat berbeda setelah mereka jadian semalam tadi. Erlangga menjadi lebih manja dan selalu ingin berada didekatnya.

"Ketua King Tiger ternyata kalau bucin kek bayi ya," cibir Andhera membuat Erlangga mencebikkan bibirnya. "Enak aja lo, gue bukan bayi ya!" Andhera tertawa pelan mendengar ucapan Erlangga.

"Terus lo apa?" 

"Pacar lo kan?" jawab Erlangga dengan cepat.

"Dih, siapa bilang?" sanggah Andhera membuat senyum di wajah Erlangga seketika luntur. "Sayang....." rengek Erlangga membuat Andhera tertawa puas. Erlangga menjadi sangat menggemaskan baginya. Sangat lucu, tapi tetap Kenzie yang paling lucu.

"Cie...berani nih panggil sayang,"

"Sayang...sayang...sayang...sayang," Andhera terkikik geli mendengar kata sayang yang keluar dari bibir Erlangga. Baru kali ini Andhera melihat sisi lain dalam diri Erlangga. Meski sudah bersama menjadi teman kelas sejak kelas 10, Andhera tak pernah menyadari bahwa Erlangga adalah pemuda yang menarik. Pantas saja banyak siswi SMA Pandawa Lima yang menginginkan Erlangga, namun kini Erlangga sudah menjadi miliknya.

Ucapkan kekalahan teman!!

"Nanti malem gue jemput,"

"Mau kemana?" tanya Andhera penasaran. "Nanti juga tau, mau langsung pulang?"

Andhera menggelengkan kepalanya. "Gue mau kerumah kakek-kakek yang dulu pernah gue tabrak Erlang, papa nyuruh buat panggil beliau untuk kerja di rumah," Erlangga mengangguk mengerti.

"Gue anterin?" tawar Erlangga.

"Nggak usah, deket juga kok. Lo istirahat aja dirumah," 

Erlangga hanya mengangguk paham. Ia tak ingin terlalu membuntuti gadis itu. Meskipun Erlangga tak rela Andhera pergi sendiri, tapi ia sadar gadis itu memiliki urusannya sendiri. Tak semua urusan Andhera menjadi urusannya juga. Sudah cukup ia mengintili Andhera sejak pagi tadi.

*****

"Ini bukan sih rumahnya?" Andhera bergumam dengan dirinya sendiri. Ia sudah berkeliling sepanjang jalan Nahara namun belum menemukan rumah kakek Toni yang dulu sempat bertemu dengannya. "Kata ibu-ibu tadi masuk gang kecil ini terus rumahnya paling ujung, ini kan?" lagi-lagi Andhera berbicara sendiri.

Tok...tok...tok...

Andhera mengetuk pintu itu dengan hati-hati. Suasana rumah yang sangat sunyi namun terkesan nyaman. Rumah kakek Toni memang tidak terlalu besar, namun halamannya sangat bersih meskipun kecil.

Tak lama seseorang membuka pintu rumah itu. Tak lain, tak bukan itu adalah kakek Toni. Kakek Toni sedikit mengingat gadis ini. "Eh...anak baik yang waktu itu? Mari masuk sini nak," kakek Toni mempersilahkan Andhera masuk kedalam rumahnya. Andhera dengan senang hati mengikuti kakek Toni.

"Anak baik ada perlu?" tanya kakek Toni.

"Panggil Dhera aja kek. Maaf kek sebelumnya saya kesini mau nawarin pekerjaan, apa kakek bisa?" Andhera menjelaskan kedatangannya.

DANDELION | KING TIGER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang