Pagi hari tanpa Senja disekolah, sangatlah membosankan bagi gadis berseragam dan dibalut dengan sweater coklat itu, yang tak lain adalah Andhera. Andhera kini sedang duduk di kursi taman sekolah bagian belakang. Andhera melamun dengan mata sayu.
"Andhera," Erlangga tiba-tiba datang dari belakang, dan menepuk pundak Andhera hingga sang empunya pun kaget. Untung saja jantungnya masih selamat.
"Ngagetin aja lo," gerutu Andhera, lalu mencurutkan bibirnya dan bersedekap dada.
Erlangga dengan gemas mengacak rambut Andhera, "Jangan gitu kenapa sih?"
"Kenapa emang?"
"Gemesin tau, pengen gue makan," celetuk Erlangga dengan senyum yang sangat mengembang.
"Idih, lo pikir gue makanan," timpal Andhera dengan tawanya, kini moodnya sedikit membaik karena kedatangan Erlangga.
"Eh, lo habis berantem ya? Kenapa sudut bibir lo memar? Siapa yang bikin lo kaya gini?" Desis Erlangga kala melihat memar pada sudut bibir Andhera. Siapa yang berani membuat calon Queen Tiger itu terluka?
"Enggak lah, kalau gue berantem, musuh gue yang memar," sanggah Andhera. Erlangga tidak perlu tau tentang masalahnya, lagi pula ini tidak penting.
"Ini tu, kemarin gue mandi, lantainya licin, gue kepleset deh, terus kebentur pintunya," Sambung Andhera menjawab pertanyaan yang Erlangga lontarkan tadi.
"Makanya hati-hati, masak Queen Tiger luka gini," jawab Erlangga.
Jawaban Erlangga membuat Andhera berfikir, sejak kapan dia bergabung dengan King Tiger? Apa bergabung dengan King Tiger pilihan yang baik? Entahlah ia sangat bingung antara menerima tawaran Erlangga atau tidak.
"Lang, kekelas yuk, bosen gue disini," ajak Andhera mengalihkan topik ini. Tanpa pikir panjang, Erlangga bangkit dari duduknya dan pergi bersama Andhera.
*****
"Oke anak-anak, ini hasil ulangan kalian kemarin, ibuk akan bagikan sekarang," tutur bu Dayu, membuat jantung para siswanya berdetak kencang.
Tapi berbeda dengan Andhera, ia tampak tenang saja menanti Bu Dayu menyebutkan namanya. Andhera sudah tau ending dari nilainya, pasti seperti kemarin.
"Buset! Nilai gue bagus cuy," seloroh Kai melihat kertas ulangan matematika yang nilainya diatas KKM.
"Iya lah! Orang lo nyontek gue," cicit Revan benar adanya. Memang kemarin Kai mencontek Revan, karena ia tidak bisa mengerjakan soal matematika itu. Kalau tidak ada Revan, Kai tidak akan mendapatkan nilai bagus.
"Iya-iya pan, santai aja, ntar gue jajanin deh," bujuk Kai. Sebenarnya bukan karena dia ingin berterimakasih pada Revan, tapi, karena ia malas melihat tampang Revan yang sok marah dan sok kesal seperti ini. Dengan begitu, masalah muka Revan cepat teratasi.
"Beneran ya, awas lo bohong," Revan menjentikkan telunjuknya dihidung Revan, dan menekannya keatas.
"Tangan lo bau bego. Iya-iya gue nggak bohong, buat ayang apasih yang enggak?" Celetuk Kai membuat Revan bergidik ngeri. Amit-amit deh, mereka berdua belok.
"Matamu Kai, Kai," cibir Revan sudah kesal dengan Kai.
"Andhera," sontak Andhera bangkit dari duduknya, kala namanya dipanggil oleh bu Dayu, untuk mengambil kertas ulangan itu.
"Apa ini Andhera?" tanya bu Dayu sambil memakai kacamatanya.
"Kertas bu,"
"Iya Ibu tau!!!"
"Lah, kok ibu nanya?" tanya Andhera dengan polosnya. Ia tidak salah kan? Kenapa bu Dayu menanyakan apa itu, sudah tau itu kertas.
"Maksud ibu, apa ini? Kenapa nilai kamu cuma 43 Andhera? Kamu nggak ngerti sama materi yang ibu jelaskan?" Lontar bu Dayu, sambil sesekali memegang pelipisnya karena pusing dibuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION | KING TIGER
Teen FictionGadis pemberani, gue suka gaya lo _______ "Aku itu cuma cewek lemah dan nggak bisa apa-apa." "Hey, nggak, lo itu cewek paling kuat yang pernah gue temuin" "Gue sayang banget sama lo, terusin aja kalau itu bisa buat lo seneng." _____ Kisah, Andhera...