Jam malam sudah menunjuk tepat pukul sepuluh malam. Mobil hitam legam milik Erlangga kini memasuki pekarangan rumah Andhera untuk mengantar gadis itu pulang.
"Makasih buat malam ini," ucap Andhera dengan senang. Suasana hatinya sangat bagus. Erlangga tersenyum dan mengangguk singkat seraya mengusap pelan puncak kepala Andhera.
"Gue pulang dulu, lo langsung tidur jangan begadang. Besuk sekolah jangan telat," Erlangga sudah seperti seorang ayah yang berpesan kepada anak perempuannya.
"Iya siap bapak," jawab Andhera dengan tangan yang membuat sikap hormat layaknya upacara bendera. Erlangga terkekeh pelan melihat tingkah Andhera, lalu kembali masuk kedalam mobil untuk pulang kerumah.
Perbincangan singkat mereka berdua ternyata tak luput dari pandangan seseorang yang sedari tadi berdiri menatap mereka dari lantai dua.
Andhera berjalan menuju pintu utama rumahnya untuk lanjut beristirahat.
"Bagus ya udah berani main cowok!" cecar Rangga membuat Andhera perlahan terpojokkan.
"Apasih pa? Dhera udah besar kali," jawab Andhera.
"Tidak usah kamu pacaran dengan dia. Seluk beluk keluarganya pasti nggak jelas," cibir Rangga membuat Andhera menatapnya dengan tatapan nyalang. "Papa tau apa? Bahkan keluarga Erlangga lebih baik dari papa-"
"KURANG AJAR KAMU DHERA!!"
plak
plak
Rangga menampar dua kali pipi kanan dan kiri milik Andhera. "Sudah berapa lama kamu berpacaran dengan laki-laki itu? Ini yang dia ajarkan ke kamu? Kamu berani ngatain papa," murka Rangga membuat cairan bening perlahan luruh dari kedua mata Andhera.
"Apa papa pernah mikirin perasaan Andhera? papa selalu seenaknya, dirumah ini Dhera nggak pernah dapet kehangatan layaknya seorang anak dari ayahnya. Dhera cari kehangatan itu di rumah orang lain, tapi sekarang dengan entengnya papa bilang gitu? Mau papa apa sih? Kalau papa emang nggak mau Dhera hidup dengan tenang, kenapa nggak dari dulu aja papa bunuh Dhera?" ringis Andhera membuat Rangga semakin naik pitam dibuatnya.
"Tidak usah banyak drama kamu, tinggalkan laki-laki itu. Papa sudah pilihkan laki-laki yang cocok untuk kamu dan pasti lebih baik dari dia," sanggah Rangga membuat Andhera kembali menatap kedua mata Rangga seakan tak ada rasa takut dalam dirinya.
"Jadi itu alasan papa nyuruh Dhera buat ninggalin Erlangga? Karena papa mau jodohin Dhera dengan anak teman papa? Dhera nggak mau,"
Plakk
Satu tamparan lagi mendarat tepat di pipi kanan Andhera. Pipinya kini sudah memerah akibat ulah ayahnya itu. "Ingat! Papa akan tetap kenalin kamu sama anak teman papa,"
"DHERA NGGAK MAU!" Rangga sedikit terkejut dengan Andhera yang berteriak. Karena kesal Rangga melepas ikat pinggang yang ia kenakan, Rangga menyambit lengan Andhera menggunakan ikat pinggang itu.
"Tanpa saya kamu tidak hidup,"
cetas!!
Bunyi ikat pinggang yang bertemu dengan permukaan kulit Andhera itu terus berbunyi berkali-kali. Rintihan, ringisan rasa sakit yang Andhera rasakan tak Rangga hiraukan.
"Pak udah pak!" Roby yang kebetulan melihat itu dengan cekatan ia berlari menghampiri keduanya dan membantu Andhera untuk berdiri.
"Kamu juga Roby, udah tau adik kamu ini salah tetap saja dibela," kesal Rangga tertuju pada Roby.
"Kasihan pak, mbak Dhera terlalu banyak menangis," sanggah Roby membuat Rangga terdiam dan tak ingin berlama-lama Rangga melenggang pergi tanpa sepatah katapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION | KING TIGER
Fiksi RemajaGadis pemberani, gue suka gaya lo _______ "Aku itu cuma cewek lemah dan nggak bisa apa-apa." "Hey, nggak, lo itu cewek paling kuat yang pernah gue temuin" "Gue sayang banget sama lo, terusin aja kalau itu bisa buat lo seneng." _____ Kisah, Andhera...