Hari semakin malam, gadis bernama Andhera itu masih berada dikediaman Erlangga dan bundanya. Masih setia mengerjakan soal matematika itu dengan fokus, Andhera mencobanya tapi otaknya serasa diputar-putar oleh angka-angka itu. Tapi usahanya tidak sia-sia, kini ia sedikit mengerti dengan materi itu.
"Nih masih ada yang salah, satu, salah dihitungan lo, rumusnya udah bener tu," tutur Erlangga, melihat jawaban Andhera.
"Lah, iyakah? Perasaan udah bener tadi," Andhera mengambil alih bukunya, dari tangan Erlangga, dan mengeceknya lagi.
Andhera terus berkutat pada nomor yang salah. Mengeceknya lagi dengan teliti, hingga ia mendapatkan kesalahannya. Segera Andhera menghitung ulang dan menggantinya dengan jawaban yang benar.
"Nih pak, udah bener belum?," Erlangga terkekeh pelan, melihat wajah tertekan Andhera yang terlihat sangat lelah.
Erlangga melihat jawaban dari Andhera,"Nah, ini udah bener, kapan-kapan kita belajar bareng lagi ya?"
"Nggak ah, males," celetuk Andhera membuat Erlangga geleng-geleng, selain bandel Andhera juga keras kepala.
"Lo itu sebenarnya bisa, cuman ketutup aja sama sifat malas lo itu," Erlangga membuat Andhera mengendikan bahunya acuh. Memangnya dia semalas itu ya?
"Iya deh, kapan-kapan belajar bareng lagi,"
Andhera berdiri dan melangkahkan kakinya menghampiri Bayi bernama Kenzie itu. Kenzie masih setia bergerak-gerak tenang, dan tangannya yang berada di mulutnya. Sangat gemas sekali. Andhera bergerak menggendong Kenzie dan membawanya duduk di karpet samping Erlangga.
"Kenapa lo nggak bilang sih, kalau lo punya adek Lang?" Ucap Andhera sambil menciumi pipi Kenzie.
"Ya masak, gue harus koar-koar gitu, 'Dhera gue punya adek', masak gitu?" Jawab Erlangga memperagakan jika ia berkoar-koar tentang adiknya itu.
"Nggak gitu juga, lo lihat deh dia tu lucu banget!"
"Abangnya, nggak?" Tanya Erlangga menunjuk dirinya sendiri.
"Enggak, lo mah kaya kakek-kakek peot," jawab Andhera membuat Erlangga putus asa. Kenapa dia bisa terkalahkan dengan bayi itu? Dia kan lebih ganteng dan mandiri, nggak perlu dijagain juga.
"Anak-anak, ayuk makan dulu, tadi udah bunda siapin," Liara mengajak keduanya itu untuk makan malam bersama.
"Nggak usah repot-repot tante," ujar Andhera tidak enak hati. Tujuannya adalah untuk belajar, bukan minta makan.
"Udah Andhera, tante nggak repot kok. Malah tante seneng banget kalau kamu nyaman dirumah tante. Sering-sering dong kamu kesininya," hati Andhera menghangat, mendengar penuturan Liara yang sangat lembut dan terlihat sangat tulus sekali. Andhera tersenyum manis, "Iya tante,"
Tanpa sadar mata Kenzie sudah menyipit dan ia menguap beberapa kali, "Eh, Kenzie ngantuk?" Andhera tersadar akan hal itu.
"Sini biar gue tidurin dia dikamar, lo tunggu gue dimeja makan," tutur Erlangga, lalu diangguki Andhera. Erlangga mengambil alih Kenzie dari tangan Andhera. Liara mengajak Andhera pergi kearah meja makan.
"Kamu itu teman kelasnya Erlangga, atau pacarnya nak?" Pertanyaan Liara itu membuat Andhera membelalakkan mata kaget dan canggung setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION | KING TIGER
Fiksi RemajaGadis pemberani, gue suka gaya lo _______ "Aku itu cuma cewek lemah dan nggak bisa apa-apa." "Hey, nggak, lo itu cewek paling kuat yang pernah gue temuin" "Gue sayang banget sama lo, terusin aja kalau itu bisa buat lo seneng." _____ Kisah, Andhera...