20.Hidupnya Berharga

39 5 0
                                    

"Kehidupan tanpa masalah bagaikan sekolah tanpa jamkos.
Nggak seru Bray,"
-Kai Zion Nazief-

*****

"Hai,"

"Telat lagi? Apa masalahnya?" Erlangga datang berdiri di samping Andhera yang sedang mengelap jendela kelas yang posisinya berada tepat di samping kelasnya.

Andhera mendapatkan hukuman dari pak Harto untuk membersihkan lima kelas yang berada di lantai atas, atau lima kelas yang berjejer diantara kelasnya. Jadilah Andhera kehilangan jam istirahatnya. Bel istirahat baru saja berbunyi, Erlangga mengira Andhera tidak masuk sekolah tapi ternyata Andhera telat masuk sekolah. Saat Erlangga keluar kelas ia melihat Andhera.

"Masalahnya sepele sih sebenernya," balas Andhera masih dengan kesibukannya yang mengelap jendela.

"Kenapa?"

"Tadi pas berangkat, gue kecelakaan nggak sengaja nabrak kakek-kakek," jelas Andhera. Erlangga mengernyit tidak percaya mendengar jawaban Andhera, kecelakaan? kenapa Andhera sesantai itu?

"Sepele lo bilang? Itu bahayain diri lo sendiri Dhera. Lo terlalu nyepelein. Apa lo nggak sayang sama diri lo sendiri?" gerutu Erlangga meninggikan nada bicaranya. Ia tak suka melihat Andhera yang terlalu menyepelekan apapun dan seolah tak menyayangi dirinya sendiri.

"Emang ada yang sayang sama gue?-"

"Gue...gue sayang sama lo. Lo anggota gue, sudah seharusnya gue jaga lo dan anggota yang lain," Andhera tertegun mendengar jawaban Erlangga. Andhera salah besar, ternyata masih ada seseorang yang peduli terhadapnya.

"Senja...lo nggak anggep dia? Dia sahabat lo, dan entengnya lo bilang 'emang ada yang sayang sama gue?' Cuma lo yang nggak sayang sama diri lo sendiri," lanjut Erlangga semakin menohok. Andhera semakin menyesal telah mengatakan hal itu. Tapi, di pikirannya satu, Rangga...apa Rangga menyayanginya?

Andhera tertunduk dalam sambil menghela nafas panjang. Ia salah jika mengatakan tidak ada yang sayang terhadapnya. Andhera masih punya Senja, tempat Andhera mencurahkan isi hati. Andhera harus meminta maaf nantinya.

"Lang...ma-maaf," ucap Andhera dengan lirih. Erlangga menghela nafas panjang sambil mengusap wajahnya. Ia sadar nada bicaranya terlalu tinggi untuk seorang perempuan.

"Minta maaf sama diri lo sendiri. Lain kali jangan gitu lagi, ada yang luka?" Erlangga bertanya dengan lembut.

Andhera menunjukkan sikunya yang terluka dan mengeluarkan sedikit darah. Kebetulan sekali tadi ia tak menggunakan jaket kulit King Tiger miliknya, dan saat kecelakaan itu terjadi, siku Andhera bergesek langsung dengan aspal hingga menimbulkan luka.

Dengan cekatan Erlangga menggandeng tangan mungil itu dan membawa Andhera pergi ke UKS untuk diobati.

"Gimana ceritanya lo bisa kecelakaan?" tanya Erlangga dengan telaten meneteskan obat merah itu di siku Andhera dengan sangat pelan dan sedikit meniup kecil untuk mengurangi rasa perih di siku Andhera.

"Tadi gue lagi bawa motor, terus tiba-tiba ada kakek-kakek lewat gue kaget terus...ya gitu deh. Namanya kakek Toni, kasian banget dia cari pekerjaan," jelas Andhera.

"Kakek itu nggak kenapa-kenapa kan?"

"Kakeknya nggak papa, tadi gue juga udah minta maaf, terus kakek Toni juga minta maaf ke gue,"

Erlangga mengangguk mengerti sambil membalut siku Andhera menggunakan kasa steril.

"Jangan diulangi lagi, jangan terlalu nyepelein masalah sekecil apapun itu. Dan jangan beranggapan kalau nggak ada yang sayang sama lo. Hidup lo berguna untuk orang-orang yang hidup disekitar lo. Lo berharga banget buat mereka. Untuk itu...sayangi diri lo karena masih banyak orang yang butuh uluran tangan dari lo Andhera," Erlangga berucap dengan lembut sambil sesekali mengusap puncak kepala Andhera.

DANDELION | KING TIGER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang