04.Solidaritas dan Om Monyet

99 11 0
                                    

Malam ini, Erlangga pergi ke markas King Tiger, bersama anggota lain. Disana sangat ramai, ada yang latihan bela diri, ada yang bermain poker dan catur juga.

Cubo sawangen
aku...
rasakno tekan
atimu...
iseh kurang opo
aku...
nresnani sliramu..

Petikan senar gitar, dan lantunan lagu Jawa itu, terdengar jelas ditelinga Erlangga. Revan lah pelakunya, dia bernyanyi dengan sangat menghayati, seakan penggalan lirik itu sangat mewakili perasaannya. Lantas semua anggota inti King Tiger, menghampiri Revan dan Erlangga menepuk pundak Revan, seakan memberi kekuatan pada laki-laki itu.

"Gue emang nggak ngerti arti lagunya. Tapi, dari cara lo nyanyi-innya, gue tau kalau lo lagi galau," Erlangga perlahan melangkah ke arah Revan, dan duduk disamping laki-laki itu.

"Sabar aja Pan, kalau jodoh mah nggak akan kemana," sambil menepuk pelan bahu Revan. Erlangga menyodorkan minuman berkadar alkohol tinggi pada laki-laki itu. Namun Revan menepisnya.

"Lah nape lo jadi gini sih Pan, mana kelakuan reog lo? Baru kali ini gue lihat lo sedih cuma gara-gara cewe," heran Kai, sambil menghisap batang rokoknya.

"Mau nggak lo? nih...." ujar Jarvis dan memberinya sebotol minuman beralkohol yang kadar alkoholnya lebih rendah dari yang Erlangga berikan. "Nggak usah sedih Pan, jangan jadi gila cuman karna cewek!" Sambung Jarvis.

Revan menerima botol dari Jarvis, dan meneguknya seperempat botol. "Gue nggak sedih, cuman...." Revan menggantung kalimatnya sambil tersenyum ceria, semua menunggu kalimat akhir yang keluar dari mulut Revan.

"Kalian bisa nggak sih, panggil gue itu Revan gitu, jangan Repan cok!" celetuk Revan, kembali menekuk wajahnya, membuat keempat temannya tertawa kencang. "Kan... emang, di Jawa kebanyakan V itu jadi P, biar gampang," kata Kai benar adanya, tak menghilangkan tawa mereka.

mungkin daerah kalian juga gitu.

"Ini ada apa sih?" Tiba-tiba, Zacky bertanya dengan polosnya, menghentikan tawa mereka semua, seketika hening menyapa.
1...2...3 "BWAHAHAAHAHAHA," tawa mereka pecah seketika, "Ya terus lo tadi ikut ketawa, ngetawain apa bego," beo Kai memukul pelan belakang kepala Zacky.

"Lo telat anjing," sambar Revan sambil memegangi perutnya, yang keram akibat tawanya.

"Yakan gue nggak tau, udah lah lupain, pokoknya ketawa aja, Bwahaha," keanehan mereka lah, yang membuat King Tiger, terlihat seperti keluarga yang bahagia. Mereka, menganggap King Tiger, sebagai rumah kedua mereka untuk pulang. Solidaritas yang tinggi, membuatnya lebih harmonis.

Sesuai dengan semboyan mereka,
KING TIGER, GREAT SOLIDARITY.

"Nggak ada makanan nih bos?" tanya Vebra, anggota King Tiger dari SMA Maju Jaya. Lantas, Erlangga menyodorkan beberapa uang kertas berwarna merah, pada Vebra.

"Noh beli yang banyak ya!" tak ada jawaban, selain acungan jempol dari Vebra.

Seseorang menghampiri Erlangga. Greno, anggota King Tiger, siswa SMA Maju Jaya mengajak Erlangga dan Jarvis pergi menjauh dari yang lain. "Maaf Lang, Jar, tugas yang lo suruh kemarin, gue belum bisa nemuin titik terang. Pelakunya hebat banget, dia hapus semua jejaknya," ucap Greno membuat Jarvis mengusap wajahnya dengan kasar.

"Tapi katanya ada satu bapak-bapak, yang saat itu ada di tempat kejadian. Gue sama Micky lagi nyari tau siapa tu bapak-bapak," ucap Greno, membuat Jarvis dan Erlangga menautkan kedua alisnya.

"Cari bapak-bapak itu sampai ketemu. Dia bisa jadi saksi pembunuhan bang Xares!" mendengar info dari Greno, emosi Jarvis rasanya sudah berada diujung kepala. Dia masih belum bisa menerima kematian kakaknya itu.

DANDELION | KING TIGER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang