Udara dingin kini menyapa tubuh gadis yang sedang duduk di balkon kamarnya, namun tak ada masalah baginya. Sejak Erlangga selesai mengantarnya tadi, Andhera terburu-buru berlari menuju kamarnya dan mengambil benda yang ia masukkan ke dalam tas tadi. Andhera juga mengambil sesuatu yang akan ia bandingkan dengan benda yang ia temukan tadi.
"Hah?" Kaget Andhera, melihat kedua brooch pin itu memang sama persis, tidak ada bedanya sama sekali, menandakan bahwa itu milik satu orang yang sama.
"Kak...bantu Dhera ya, semoga dengan benda ini Dhera dapat titik terang," gumamnya sangat dalam, ia sangat berharap dengan benda itu pelaku pembunuh kakaknya dapat terungkap.
Sasya atau kakak dari Andhera meninggal dunia dengan sangat mengenaskan. Sasya menjadi korban pemerkosaan, dan parahnya sampai sekarang pelaku itu tidak dapat ditemukan, hingga polisi menutup kasus ini beberapa tahun lalu.
Andhera menggertakkan rahangnya, wajahnya menjadi merah dan seketika berubah menjadi dingin, seperti ada api yang berkobar di dalam dirinya. Ingatan kejadian beberapa tahun yang lalu, kembali berputar di otaknya. Perasaan sakit hati, dendam dan, tidak rela bercampur dalam dirinya.
Andhera menggenggam kuat kedua benda kecil yang berada ditangannya itu. "Demi kak Sasya, Dhera bakalan cari bajingan itu sampai ketemu!"
"Seumur hidup Dhera, Dhera nggak pernah rela kak Sasya pergi dengan cara seperti ini. Gue, Andhera, api dendam Sasya, yang akan hancurin manusia iblis itu!" Tekan Andhera bersungguh-sungguh. Dikedua mata Andhera, menunjukkan dia benar-benar akan melenyapkan siapapun yang sudah berbuat tak senonoh itu terhadap kakaknya.
Terlebih lagi ia pernah memberikan brooch pin yang ia temukan itu pada polisi yang mengurus kasus kakaknya, namun polisi itu menolak dengan alasan bisa saja brooch pin itu milik seseorang yang tak sengaja terjatuh sebelum atau sesudah kejadian itu menimpa Sasya.
Andhera adalah tipe orang yang pendendam, apapun yang membuatnya marah, ia tidak akan melepaskan itu dengan mudahnya.
*****
"Ntar malem kumpul di markas!" Erlangga memerintahkan seluruh anggota inti King Tiger untuk berkumpul malam nanti.
Anak-anak inti King Tiger kini sedang berada di kantin mbak Nura. Kebetulan hari ini guru yang seharusnya mengajar kelas mereka sedang ada urusan, daripada gabut di kelas, mereka pergi ke kantin sekolah saja.
"Ada masalah?" Jarvis bisa menebak hanya dengan nada bicara dari sang ketua itu. Jarvis memang orang yang peka, dengan nada bicara Erlangga yang seperti itu saja ia mengerti, pasti ada sesuatu yang menimpa Erlangga.
Revan yang sedang mengunyah batagor itu pun menghentikan aktivitasnya. "Nape lagi nih?"
"Enek opo neh...ki?" Celetuk Kai membuat Zacky menolehkan kepalanya. "Nggak usah ngikutin Revan lo, nggak cocok, kurang medok," Kai hanya bisa merosotkan bahunya menerima kritikan Zacky. Kalau kata Zacky, hanya jancok yang cocok untuk Kai gunakan.
"Nanti gue ceritain dimarkas,"
"Erlangga," Andhera datang tepat di samping meja yang kini ditempati King Tiger.
Erlangga bingung dengan kehadiran Andhera, "Ada apa?"
"Tawaran lo masih berlaku?" Pertanyaan Andhera membuat lima inti King Tiger itu menolehkan kepalanya bersamaan, seakan mengerti apa yang Andhera maksud.
Erlangga bangkit dari duduknya, "Tawaran? Yang mana?" Erlangga ingin mendengar pernyataan dari gadis itu sendiri.
"Lo semua cuma punya satu tawaran buat gue, tentang gue masuk King Tiger, itu masih berlaku?" Erlangga menyunggingkan senyumnya, "Masih, lo berubah pikiran?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION | KING TIGER
Novela JuvenilGadis pemberani, gue suka gaya lo _______ "Aku itu cuma cewek lemah dan nggak bisa apa-apa." "Hey, nggak, lo itu cewek paling kuat yang pernah gue temuin" "Gue sayang banget sama lo, terusin aja kalau itu bisa buat lo seneng." _____ Kisah, Andhera...