Berkat rekaman CCTV yang menjadi bukti kuat, Mona akhirnya terbebas dari status tersangka. Dakwaan yang sudah Jaksa jatuhkan, selang beberapa jam kemudian dibatalkan.
Tangan Mona tak lagi terbelenggu oleh borgol, di luar sudah tidak terdapat penjagaan ketat, alhasil ruangan pun dapat lebih mudah dimasuki orang-orang. Dan yang terpenting, cervical collar sudah terlepas dari lehernya.
Tubuh Mona didekap erat oleh Soraya yang menitikkan air mata haru. Punggung gadis itu diusap naik-turun, memberikan apresiasi lewat sana.
"Dari awal Ibu percaya kamu bukan pembunuhnya. Kamu anak baik, selalu merasa segan sama orang lain, mana mungkin setega itu," ujar Soraya. Kepalanya berada di bahu Mona.
"Iya, Ibu. Makasih untuk selalu percaya sama aku," sahutnya ikut terharu.
Pelukan diuraikan, tapi tangan Ibu masih mencekal kedua bahu anak asuhnya. "Ibu bangga sama kamu, Mona. Jadikan ini sebagai pelajaran, ya?"
Mona manggut-manggut. "Sekali lagi makasih, Ibu. Aku senang karena Ibu nggak tinggalin aku," ujarnya tulus.
Meski kini Mona tak tahu-menahu mengenai latar belakang keluarganya sampai meninggalkan berhektar-hektar tanah, ia tidak masalah. Karena yang paling penting baginya sekarang adalah Ibu dan adik-adik panti.
Decitan pintu menarik atensi, di ambangnya muncul Edward dengan senyum merekah. "Ada kabar baik," katanya.
Soraya menghapus bercak air mata, lantas berdiri setelah wajahnya kering. Sama halnya dengan Mona yang membenarkan posisi duduknya kala sudah membersihkan muka.
"Apa itu, Pak?" tanya Soraya, mewakili rasa penasaran Mona.
"Tadi saya habis dari ruangan dokter, beliau bilang kondisi kamu mengalami perkembangan. Kamu sudah diperbolehkan untuk pulang, Mona," jelas Edward.
Kebahagiaan Mona berkali-kali lipat sekarang, si empu kembali direngkuh erat oleh Soraya yang tidak satu-dua kali mengucapkan kalimat syukur.
Edward tersenyum memperhatikannya. Tanpa diketahui, niat awal pengacara itu mau membantu Mona tak lain hanya untuk memastikan apakah pepatah yang mengatakan jika buah akan jatuh tepat di bawah pohonnya benar atau tidak.
Sekarang, Edward merasa lega. Pepatah itu ternyata tidak selalu benar.
Buah memang jatuh tak akan jauh dari pohonnya berasal. Namun, ketika angin menerpanya, buah bisa bergerak sampai tidak lagi dekat dengan sang pohon berada.
🔪🔪🔪
Pintu depan terbuka, muncul Edward yang gerak cepat membuka pintu belakang.
Sebuah tubuh lemah dengan kaki kanan terpasang gips dan sebelah kirinya hanya dililiti perban diraih dengan penuh perhatian oleh Edward dalam gendongan ala bridal style sampai menempatkannya di kursi roda yang sudah disediakan oleh Soraya.
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Refrigerator
Mystery / ThrillerMona terbangun dari koma dalam kondisi tangan diborgol tanpa tahu apa yang telah dirinya perbuat. Dituduh menjadi pembunuh teman akrabnya, Mona tidak bisa berkutik saat bukti-bukti kuat menjurus kepadanya. Lantas, bagaimana nasib Mona setelah itu? H...