1. Siuman

206 27 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Teka-teki mayat dalam freezer akhirnya terungkap. Pembunuh berantai yang meresahkan warga berhasil diringkus pihak kepolisian setelah menjadikan sang istri korban selanjutnya."

Tok. Tok. Tok.

Perempuan itu terkesiap mendongak. Lewat jendela yang gordennya terbuka, ia bisa leluasa melihat siapa tamu di pagi menuju siang ini. Remot televisi di atas meja kaca diraih, acara berita yang hampir seluruh channels menayangkannya ia matikan.

Tubuhnya lantas beranjak untuk membukakan pintu dan mengangguk sopan saat sudah berhadapan dengan sang tamu sebagai sapaan. "Hari ini?" tanyanya.

Seorang wanita kisaran usia kepala empat mengangguk lengkap dengan senyum yang tak kalah sopan. "Di mana dia sekarang?"

Si perempuan menyampingkan tubuh. "Mari ikut saya."

Tuan rumah memimpin, mengiring wanita dewasa itu sampai berhenti tepat di depan pintu yang tertutup. "Dia ada di dalam sedang bermain boneka. Sejak tadi terus menangis sambil memanggil nama Ayah dan Bundanya," jelas perempuan kepala dua itu.

"Apa sering seperti itu?"

"Iya."

Napas panjang nan berat dibuang wanita dewasa tersebut. "Kalau begitu, boleh saya masuk?" tanyanya meminta izin.

"Silakan."

Knop pintu diputar. Ucapan perempuan beranak satu itu memang benar, seorang gadis berusia delapan tahun tengah mengayun-ayunkan boneka berambut kepang dua dalam gendongannya. Wanita dewasa itu lantas melangkah hati-hati menghampiri bocah itu.

"Hai, anak cantik." sapa wanita dewasa seraya mengambil duduk tepat di sebelah si bocah perempuan.

Bocah itu mendongak. Matanya tampak sembab, buah bibir yang terlihat pucat dan pecah-pecah, bocah itu memandang polos wanita dewasa.

"Kamu lagi ngapain? Boleh Ibu gabung?"pintanya dengan nada terlampau lembut.

Tak langsung menjawab, mata bocah itu naik-turun memandang saksama rupa sang wanita dewasa. "Bo ... leh."

Wanita yang menyebutkan diri sebagai Ibu tersenyum senang. Dengan tangan besarnya, surai hitam sepanjang pinggang itu diusap lembut. "Seru, ya, main bonekanya?"

"Iya, seru banget," jawab bocah itu tanpa melihat lawan bicara.

"Kalau gitu ... gimana kalau kamu ikut Ibu? Nanti kita main sama boneka yang banyak dan yang lebih besar dari boneka yang kamu pegang sekarang." Tak ada angin, tak ada hujan, Ibu mengajukan permintaan.

Namun, yang namanya anak kecil kala ditawari hal menarik di pendengaran pasti bereaksi antusias. Bocah tersebut terangguk-angguk setuju.

"Mau, mau. Aku mau ikut ke istana boneka," katanya penuh semangat.

In The RefrigeratorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang