8. Rekaman CCTV

100 16 0
                                    

"Terima kasih sudah meluangkan waktu," ucap Ari seraya menawarkan jabatan tangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terima kasih sudah meluangkan waktu," ucap Ari seraya menawarkan jabatan tangan.

Dinda dengan cepat menerimanya. "Iya, Pak, sama-sama. Itung-itung cari pengalaman ngobrol sama detektif ganteng," sahutnya bersama senyum malu-malu.

Ari hanya bisa tersenyum. Percakapan yang kurang lebih menghabiskan waktu tiga puluh menit kini telah usai. Si empu lantas mempersilakan Dinda untuk keluar lebih dahulu, sedangkan dirinya memilih tak beranjak dari sana.

Detektif tampan seperti yang Dinda ucapkan itu memandangi sticky notes di genggaman tangan. Dua belas digit angka tertulis di sana lengkap dengan sebuah nama serta alamat, si empu jadi teringat sepenggal percakapan beberapa menit lalu.

"Bapak penasaran, ya, siapa orangnya?"

"Meskipun saya penasaran siapa selingkuhan Pak Seno, itu bukan suatu hal yang harus saya tahu juga."

Dinda berdecih ketus. "Yakin Bapak nggak penasaran? Padahal, ada sangkut pautnya sama Kai, lho."

Mendengar nama Kai disebut-sebut, sontak membuat Ari membelalakkan matanya lebar. "Jadi Kai selingkuhan Pak Seno?"

Raut penuh keterkejutan itu berpindah ke wajah Dinda. "Kok? Nggak dong, Pak. Mentang-mentang saya bilang ada sangkut-pautnya, Bapak asal claim gitu aja."

"Jadi, bukan Kai?"

Dinda menggeleng-gelengkan kepalanya keras. "Justru Kai yang up berita skandal Pak Seno."

Setelah bertemu dengan Dinda, Ari memerlukan narasumber yang bisa menjawab semua pertanyaan di kepalanya. Tantang bagaimana Kai mengetahui skandal itu atau mengapa Kai melakukannya.

Ari mulai mengetik digit nomor di layar gawainya. Saat hendak menyentuh ikon telepon berwarna hijau, layar sepenuhnya berubah kala panggilan suara masuk.

"Ck." Ari berdecak. Namun, meskipun begitu, panggilan suara dari Seto tetap ia sambungkan.

"Lagi di mana? Mentang-mentang ada Edward, main kabur aja kamu," seloroh Seto sebagai sapaan.

Ponsel pintar itu dijauhkan Ari dari telinganya. Mendapatkan omelan dengan suara yang tak jarang pelan bisa membuat gendang telinga pecah.

"Ari! Malah diem kamu!"

"Siapa yang kabur, Pak. Saya lagi di sekolah--"

"Ngapain sih kamu? Cepet jemput saya. Lupa, ya, kamu kalau saya nggak bawa mobil?"

"Emang mau ke mana, Pak? Terus Mona gimana?"

In The RefrigeratorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang