Prolog

251 31 18
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Pacuan lari seakan tengah dikejar sesuatu, sepasang kaki itu lantas membelokkan arah ke tempat cukup luas yang terletak di ruang bawah tanah.

Brak!

Dengan terburu-buru, kursi yang bahkan masih berada di atas meja gadis itu turunkan. Bersama napas yang memburu, ia duduk di sana berlanjut dengan tas gendong yang cepat diletakkan di atas meja.

"Mbok, es krim dua," pintanya.

Wanita kisaran usia setengah abad menoleh, air muka terpancar tak percaya. "Pagi-pagi jangan makan es krim, Neng," tegur wanita tua itu.

Siswi tersebut berdecak. "Yang penting es krimnya dibayar bukan kas bon. Ayo, Mbok, tolong ambilin dua es krim rasa ... apa, ya?"

Mbok geleng-geleng kepala tak habis pikir. "Anak muda zaman sekarang memang susah dibilangin." Meskipun mulut tak ada hentinya mencibir, kaki Mbok justru berjalan menuju freezer. "Mau rasa apa?"

"Cokelat dua-duanya aja deh."

"Nggak enek, Neng?"

"Ih, Mbok, banyak tanya deh."

"Itu si Eneng lagi ngerjain apa?" Tak bosan, Mbok kembali bertanya kala menyadari pelanggan pertama di hari yang masih teramat pagi itu tampak tekun dengan alat tulis.

"Biasalah PR." Sebuah jawaban yang tersuara tanpa melihat lawan bicara.

"Tapi kenapa malah kerjainnya di kantin bukan di rumah? Itu mah harus ganti sebutan. Bukan PR, tapi PS, pekerjaan sekolah."

"Hussttt, Mbok, jangan berisik. Mending cepet ambilin es krim aku biar nyonteknya lancar."

Mbok terkikik geli, lantas melanjutkan langkahnya yang tersisa dua.

Namun, sepasang indra penglihatan seakan menangkap hal aneh di dalam kotak pendingin berukuran besar itu, membuat kaki Mbok sontak terhenti. Matanya terbuka lebar-lebar untuk memperjelas penglihatan. Karena rasa penasaran yang besar, Mbok memutuskan melanjutkan langkah.

"Akh!!!"

Mbok berteriak keras, lengkap dengan tubuhnya yang terjerembab jatuh ke lantai cukup keras. Alhasil membuat si pelanggan refleks berdiri.

"Ada apa, Mbok? Kenapa teriak?" tanyanya.

Jari telunjuk Mbok yang bergetar terangkat menunjuk freezer di depannya. "I ... itu, itu ... ada itu." Terbata-bata Mbok berkata.

"Ngomong apa sih, Mbok?" Tak mau dibuat penasaran, siswi tersebut memutuskan menghampiri Mbok.

Hal pertama yang ia lakukan tentu membantu Mbok untuk berdiri. Saat hendak memeriksa ada apa di dalam lemari pendingin sana, lengannya ditarik Mbok cukup keras.

"Hati-hati, Neng."

"Ish, Mbok nggak jelas." Siswi itu berjalan mendekat. Tanpa ragu membuka pintu transparan freezer. "Mana, nggak ada apa-apa-AAAAA!!! MAYAAAT!!!"


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
In The RefrigeratorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang