Moon berada di atap sebuah gedung,sedang menjalankan misi untuk mengincar seorang peretas dari astro yang berhasil meretas data pribadi miliknya. Sebelum identitasnya terungkap dan jatuh ditangan musuh,ia harus segera menemukan orang itu. Moon sudah mengetahui seperti apa wajah peretas tersebut,berkat informasi yang didapatkannya dari Veronica-pemimpin Eagle Corps yang sangat dekat dengan Moon. Bahkan Veronica tahu nama asli Moon.
Moon menutup sebelah matanya. Fokus pada scope disnipernya. "I got you". Moon membidik seorang pria berambut cokelat dan berkulit putih yang terlihat sedang tergesa gesa. Moon memfokuskan snipernya pada orang itu. Dan.. Gotcha , tepat sasaran. Seperti biasa,misinya selalu berhasil dengan mulus.
Moon seketika menoleh ke belakang karena mendengar suara langkah kaki yang mendekat.
"Kerja bagus" ucap seorang wanita berambut panjang tergerai yang mengenakan setelan jas berwarna hitam. Dia adalah Veronica Harper.
Moon terkejut karena melihat Veronica yang ternyata berada di sana. "Kenapa kau ada disini?"
"Aku sengaja mengikutimu kemari untuk melihat bagaimana kau menyelesaikan misi kali ini. Ternyata kau masih seperti biasanya. Good job" Veronica menepuk pelan pundak Moon "Sekarang pulang dan istirahatlah,kau telah menyelesaikan banyak misi hari ini. Dan, aku punya sesuatu yang spesial besok"
Moon hendak membuka mulut untuk menanyakan apa yang di maksud spesial oleh Veronica. Tapi Moon mengurungkan niatnya untuk bertanya,karena tahu bahwa Veronica pasti tidak akan memberitahunya sekarang. Moon segera menutup mulutnya dan mengangguk pelan. Moon membereskan snipernya,bergegas untuk pulang. Moon berpamitan kepada Veronica,dibalas anggukan olehnya. Moon segera pulang meninggalkan Veronica yang masih berdiri disana.
Moon menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Ia melirik ke jendela, melihat bulan purnama yang bersinar terang. Hal yang paling dia suka adalah bulan,seperti namanya. Bulan selalu bersinar walaupun kegelapan selalu menyelimutinya. Ketika melihat bulan ia selalu teringat pada seseorang. Moon sangat ingin bertemu dengannya,walaupun itu sangat sulit. Dia ada dimana sekarang? Apa dia masih hidup? Bagaimana dengan janjinya? Apa dia masih mengingatku?. Pertanyaan seperti itu selalu muncul dipikirannya.
...
"Mom lihatlah bulan itu,sangat indah bukan?" ucap seorang anak kecil bersama kedua orang tuanya yang sedang bersantai di balkon sebuah rumah
"Iya,cantik sepertimu Alice" jawab ibu anak itu.
Brakk..
Suara keras terdengar dari pintu depan. Seperti suara pintu yang di buka secara paksa,diikuti suara tembakan yang terdengar. Hingga akhirnya sekelompok orang tak dikenal berhasil masuk ke balkon, tempat dimana Alice dan orang tuanya berada. Ternyata mereka semua adalah pasukan perang dari negara lawan. Alice ketakutan melihat mereka menodongkan pistol kearah kedua orang tuanya.
Dor..dor..dor..
Tubuh Alice membeku ketika melihat orang tuanya yang sudah ditembak mati tepat di depan matanya sendiri.
"Mom!" Moon terbangun dengan nafas memburu dan keringat yang memenuhi keningnya. Ia memegangi dadanya yang terasa sesak. Kemudian menarik nafas panjang dan menghembuskan dengan pelan untuk menenangkan diri.
"Mimpi itu lagi" moon mengusap kasar wajahnya. Ternyata ia ketiduran. Moon segera bangkit dan langsung menuju kamar mandi. Menyalakan shower, membiarkan aliran air membasahi tubuhnya.
Setelah selesai mandi,Moon duduk di kursi balkon. Ia memandangi cincin bulan sabit di jari telunjuknya. Cincin itu merupakan hadiah dari ibunya dulu. Hanya itu satu satunya barang peninggalan dari orang tuanya.
***
Moon menghentikan mobilnya di kawasan pemakaman yang nampak sepi. Ia turun dengan membawa dua buket bunga berwarna putih ditangannya. Moon berjalan menuju dua makam yang bersebelahan. Ia menurunkan tubuhnya dan duduk di samping salah satu makam.
Ellie Jizelle
"Happy birthday Mom" ucap Moon sambil meletakkan buket bunga diatas makam sang ibu. "maaf,sudah lama aku tidak kesini. Akhir akhir ini aku sibuk dengan pekerjaanku. Apa kau bahagia disana? Kuharap begitu"
Setelah itu Moon membalikkan tubuhnya ke arah makam yang berada disamping makam ibunya. Ia juga meletakkan buket bunga diatas makam itu.
Albert Jizelle
"Hai Dad. Apa kau juga bahagia disana?. Atau mungkin kau sedang merayakan ulang tahun Mom bersama?. Kenapa tidak mengajakku?" Ucap Moon.
Moon berdiri memandang kedua makam itu. "Good bye Mom,Dad. Aku pergi dulu ya. Maaf gak bisa lama lama" Ia pergi meninggalkan area pemakaman dan langsung menuju kantor.
Saat Moon sampai di kantor,ia langsung menemui Veronica di ruangannya. Karena dari tadi Veronica terus menghubunginya untuk segera bergegas.
"Kenapa kamu lama sekali" Moon yang baru masuk tidak disambut dengan sapaan melainkan omelan dari Veronica. Padahal saat ini dia belum terlambat.
"Bukankan aku belum terlambat?" Ucap Moon dengan melihat jam yang menunjukkan pukul 7.45 , padahal batas waktu untuk masuk kantor adalah jam 8.
"Memang belum,tapi kan aku menyuruhmu untuk cepat datang. Dan kau lama sekali" Ujar Veronica
Tok...tok..tok..
Terdengar suara ketukan pintu yang mengalihkan perhatian Veronica. "Masuk" seru Veronica. Lalu terbukalah pintu itu menampilkan seorang pria muda tampan berambut hitam dengan kulit putih dan berbadan tinggi.
"Selamat pagi Ms. Harper" sapa pria itu
"Akhirnya kau datang juga,Alex. Apakah misi kemarin berjalan dengan lancar?" Tanya Veronica kepada pria tersebut. Pria itu adalah Alex Gideon. Salah satu agent di eagle Corps yang bertugas menyusup ke markas musuh sebagai mata-mata ataupun untuk mengambil data.
"Tentu saja" jawab Alex singkat. Sebenarnya sekarang Alex sedang khawatir karena tidak biasanya ia dipanggil ke ruangan Veronica. Didalam pikirannya selalu terlintas bahwa dia telah melakukan kesalahan dan akan dipecat hari ini juga. Tapi Alex bisa menyembunyikan kekhawatirannya dengan sangat baik. "ada apa anda memanggilku kemari?"
"Gadis yang berada disampingmu itu adalah Moon. Ia adalah salah satu agent di Eagle Corps ini". Veronica mengalihkan pandangannya ke arah Moon. "Dan Moon. Dia adalah Alex Gideon. Dia juga agent disini"
Alex menatap dalam wajah dingin Moon dari samping. Ia baru pertama kali melihat Moon. Selama ini ia hanya mendengar nama Moon dari perbincangan orang orang,tetapi kini ia bisa bertemu langsung dengannya. Secara tiba tiba jantung Alex berdetak kencang. Walaupun wajah Moon terlihat dingin,tapi kecantikannya tidak bisa tertutupi.
"Dan..". Veronica melanjutkan perkataannya "Kalian sekarang resmi menjadi rekan satu tim"
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
General Fiction"Moon" sebuah julukan sekaligus nama samaran seorang sniper handal yang disegani kawan maupun lawan. Tugasnya dalam diam,senyap,dan Tidak terlihat. Lawan hanya tau namanya tidak dengan wujudnya. Bahkan mereka semua tidak tahu nama aslinya. Dia adala...