~21 Second meeting

17 2 0
                                    

Hari ini sudah empat hari berjalannya operation X. Setelah kemarin mereka sudah berhasil menagkap kelompok teroris yang membahayakan bagian timur, kini saatnya mereka melakukan misi yang lebih berat lagi. Yaitu untuk membubarkan sebuah perusahaan ilegal yang memproduksi senjata-senjata terlarang dan menjualnya di pasar gelap.

Mereka harus menyiapkan strategi yang matang sebelum bertindak, karena perusahaan itu sangat berbahaya. Banyak senjata yang asing, sehingga masuk kedalamnya sama saja seperti masuk dalam jebakan. Juga penjaga disana sangat terampil bela diri.

Sebagian besar agent ikut serta dalam misi tersebut, namun tidak dengan Moon,Bryan dan 3 agent lainnya yang harus menjalankan misi lain. Misi yang sebenarnya dianggap sepele oleh mereka, hanya mengawasi saja. Moon sengaja dimasukkan ke misi itu karena ia baru pertama kali dan masih dibawah umur. Walaupun kemampuannya diatas rata-rata, tapi para agent Susana bersikap seakan seorang kakak pada adiknya, selalu mengutamakan keamanan dan melindunginya.

"Kerahkan kemampuan kalian dalam misi ini. Jangan membuat keputusan yang gegabah, berpikir sebelum bertindak. Jaga sesama rekan, dan usahakan kembali dengan selamat. Paham?!" Tegas David selaku kapten.

"Yes, captain!" Seru mereka bersamaan.

Semua agent mulai berhamburan keluar, sementara sang kapten menghampiri Bryan terlebih dahulu. Memberi tahu beberapa hal sebelum akhirnya juga beranjak pergi.

Kemudian Bryan menghampiri keempat agent lainnya termasuk Moon. Lelaki itu diberi kepercayaan untuk memimpin misi kecil ini.

"Emm.." Bryan bergumam sambil melihat tab ditangannya lalu beralih menatap ke empat rekannya. "Bingung mau ngomong apa" ucapnya terlampau jujur sambil terkekeh pelan.

Semua juga ikut terkekeh, kecuali Moon tentunya. Mereka terdiri dari 3 agent laki-laki dan dua agent perempuan. Masing-masing bernama Noah, Harry, dan Ruby.

Bryan memperlihatkan layar yang menunjukkan foto sebuah denah tempat yang akan mereka tuju. "Ini tempatnya. Untuk misi ini kita mau bagaimana? Maju bersama-sama, atau berpencar?"

"Mungkin akan lebih efektif bila kita berpencar, karena tempatnya lumayan luas" jawab Ruby.

"Aku setuju. Lebih baik ada tiga orang yang masuk ke markas utama, yang lain di dua gedung disampingnya" timpal Harry menatap satu persatu rekannya bergantian.

"Baiklah. Aku, Ruby, dan Harry yang ke markas utama. Moon dan Noah ke gedung tersebut, karena kalian adalah sniper. Jadi sekalian berjaga-jaga, bagaimana?" semuanya membalas dengan anggukan setuju.

Mereka semua bergegas pergi. Moon pergi bersama Noah dengan satu mobil karena tujuan mereka berdekatan. Selama perjalanan pun mereka tak banyak bicara, hanya diam satu sama lain. Karena gadis dan lelaki itu sama sama irit dalam berbicara.

Moon turun dari mobil setelah sampai di sebuah gedung tujuan. Ia masuk kedalam dengan hati-hati. Walaupun begitu ia tak tahu bahwa sudah ada yang menunggu dan mengawasinya dari kejauhan.

Gadis itu harus menyusuri banyak anak tangga untuk sampai dilantai 16, cukup melelahkan memang. Pasalnya gedung tersebut sudah cukup lama dibiarkan kosong sehingga tidak ada akses listrik dan lift tidak berfungsi. Padahal didalamnya masih terlihat bersih dan terawat.

Kini sniper sudah siap dan gadis itu mulai mencari lokasi rekannya menggunakan teropong. Ketemu, ternyata mereka juga sudah sampai Di tempat tujuan.

"Zttt..ktkr..Boy come in. Mei, Net, do you copy?" Suara Bryan terdengar dari earphone. Itu adalah nama samaran mereka. Mei untuk Moon, Net untuk Noah, dan Boy untuk Bryan. Ia sendiri yang membuat nama itu.

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang