~4 old friend

59 5 15
                                    

Malam yang seharusnya menjadi waktu untuk beristirahat bagi Moon, lagi-lagi arus digunakannya untuk mengerjakan misi. Apalagi kini ia akan mulai bekerja tanpa batasan waktu.

Moon memasukkan beberapa barang kedalam backpack yang akan dibawanya. Ia juga menyiapkan sapu tangan yang sudah diberi obat bius untuk berjaga-jaga. Namun ia tidak meletakkannya di backpack melainkan di saku celana bagian kanan.

"Aku akan segera pergi, apa kau tidak akan pulang?" Tanya Moon sembari mengikat rambutnya.

"Tidak. Aku akan menungggumu disini sampai kau kembali" jawab Veronica yang masih duduk di balkon.

...

Aroma kue yang khas seketika menusuk hidung saat Moon memasuki sebuah toko kue. Ia memutuskan untuk membeli beberapa kue untuk menjadikannya sebagai buah tangan. Moon pikir akan aneh jika dia berkunjung ke rumah teman lamanya dengan tangan kosong. Dan juga agar tidak menimbulkan kecurigaan terhadap dirinya.

Setelah selesai membeli kue, Moon kembali memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Sehingga dengan cepat ia telah sampai di rumah Riana. Moon membawa backpack dan kue tadi.

Moon menarik nafas panjang sebelum mengetuk pintu. Pintu diketuknya selama beberapa kali, tapi tidak ada jawaban. Moon masih terus mengetuk sampai pintu itu pun dibukakan oleh seseorang. Seorang perempuan yang terlihat berantakan. Wajahnya terlihat lelah, kantung matanya hitam, tapi ia tetap tersenyum.

"Hai Riana" sapa Moon mencoba untuk ramah

"Moon?"

"Iya, kebetulan tadi aku jalan-jalan dan aku ingat kau tinggal disekitar sini" Moon menyodorkan sebuah paper bag kepada Riana "ini kue buatmu"

"Thanks, masuklah" ucap Riana sambil berjalan masuk. Moon mengikuti di belakangnya.

Saat Moon memasuki rumah Riana, samar-samar Ia mencium bau anyir seperti darah. Moon merasa ada yang tidak beres. Lagipula penampilan Riana sangat berbeda dengan dulu.  Moon mengingatkan dirinya sendiri untuk lebih waspada.

Riana menyuruh Moon untuk duduk diruang tamu selagi ia membuatkan minuman untuknya. Moon meletakkan backpack disampingnya untuk memberi jarak. Ia mengamati sekeliling, tidak ada yang aneh dari rumah itu, nampak bersih. Tapi kenapa ada bau darah?

Tak lama kemudian, Riana kembali dengan membawa nampan berisi dua cangkir kopi. "Silahkan diminum, kamu suka kopi kan?"

"kamu masih ingat ya? Terima kasih" Moon berbohong, padahal ia tidak pernah bilang tentang itu, bahkan ia tidak begitu suka kopi. Moon tetap mengambil kopi itu dan meniupnya karena masih panas. Dan lagi-lagi tercium aroma yang tidak mengenakkan dari kopi tersebut, aroma almond. 'Ternyata kau ingin membunuhku ya, Riana. Sayang sekali. tentunya tidak semudah itu' batinnya.

Moon berpura-pura meminumnya dan meletakkan kembali. Riana mengernyit melihat Moon hanya meminum sedikit "kenapa hanya minum sedikit?"

"Masih panas" jawab Moon singkat tapi masih mempertahankan keramahannya. "Oh iya... Kamu sibuk apa akhir-akhir ini?"

Riana sempat terdiam beberapa saat setelah mendengar pertanyaan Moon. "A--aku...."

Brakk.....

Tiba-tiba pintu depan terbuka dengan kasar karena angin yang berhembus kencang, sehingga mengagetkan mereka berdua. Angin kencang itu juga mampu membuka pintu ruangan yang berada didepan Moon.

Mata Moon terpaku pada ruangan yang baru saja terbuka. Didalamnya terdapat hal yang sangat mengerikan. Sebuah mayat seorang nenek tua yang bersimbah darah dengan pisau masih menancap di dadanya.

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang