Wanita itu berjalan kesana-kemari di roof top dengan perasaan kalut. Melempar ponselnya begitu saja karena nomor yang ia hubungi saat ini tidak aktif.
Sekitar 30 menit lalu, pihak informasi memberitahu kepadanya tentang sinyal bantuan yang dikirimkan Moon. Tentu saja Veronica panik bukan main. Sebelumnya ini tak pernah terjadi sama sekali.
Ditambah dengan tidak adanya helikopter saat ini, membuat kekhawatiran Veronica bertambah berkali-kali lipat. Mereka tidak bisa mengirimkan bantuan dengan cepat. Agent yang membawa helikopter pun tidak bisa dihubungi.
Matanya mulai berkaca-kaca. Jika kini tidak ada agent-agent lain disana, ia pasti sudah menangis. Veronica terlalu takut terjadi sesuatu yang buruk pada gadis dingin itu.
"Lihat! Helikopter!" Salah satu agent berseru sambil menunjuk sebelah barat.
Perhatian Veronica teralihkan, melihat arah yang ditunjuk. Di sana ada helikopter yang mendekat, tapi bukan helikopter milik markas.
Veronica masih memperhatikan helikopter itu, hingga ia bisa melihat siapa penumpangnya. Seketika hatinya menjadi lega karena Gadis itu terlihat baik.
Kini helikopter itu sudah siap mendarat. Menimbulkan hembusan angin yang cukup kuat.
Melihat Moon yang turun dari helikopter, Veronica langsung berlari dan memeluk gadis itu dengan erat. Ia sangat bersyukur Moon masih bisa pulang dengan selamat.
"Kau baik-baik saja?" Veronica bertanya dengan masih memeluk Moon.
Merasa pertanyaannya tidak akan mendapat jawaban, Veronica mengedarkan pandangan ke segala arah. Mendadak bingung ketika tak mendapati seseorang yang ia cari.
Veronica melepaskan pelukannya, berganti menatap gadis dihadapannya.
"Dimana Alex?""Alex masih disana. Ini salahku---"
"Bukan, ini bukan salahmu. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri" Bryan memotong ucapan Moon. Ia tak suka melihat orang yang menyalahkan dirinya sendiri, padahal itu bukan kesalahan siapapun.
Di perjalanan tadi, Bryan tak mendengar sepatah katapun dari bibir gadis itu. Ia mengira Moon adalah tipe orang yang tidak akan merasa bersalah jika diposisi seperti itu, tidak seperti dirinya atau kebanyakan orang lainnya. Tapi ternyata gadis itu sama saja.
"Kau siapa?" Wajah pemuda itu tampak begitu asing di mata Veronica.
"Aku Bryan-- aku bisa menjelaskan nanti. Sekarang berilah perawatan pada Moon. Dia terluka"
Veronica tersentak. Karena terlalu khawatir, ia sampai tak menyadari ada perban yang membalut bahu kiri gadis itu.
"Claire. Tolong obati luka----""Aku bisa melakukannya sendiri" setelah mengatakan itu dengan datar, Moon langsung pergi dari sana.
Menghela nafas, Veronica sangat mengerti bagaimana perasaan Moon. Dibalik wajah datar dan dingin gadis itu, Veronica yakin Ada kekhawatiran dihatinya.
.......
"Jelaskan sekarang" Bryan menelan saliva nya susah payah mendengar perintah Veronica. Tatapan tajam wanita itu berhasil mengintimidasinya.
"Ba-baiklah"
Bryan mulai menjelaskan bagaimana ia bisa disana dan pertemuannya dengan kedua agent itu. Sampai akhirnya ia menjelaskan tentang keadaan yang menimpa Alex. Membuat Alex tidak bisa langsung pulang bersamanya.
"Saat Moon pergi keluar sebentar, Alex meminta bantuan kepadaku. Dia menunjukkan alat yang ada di lehernya. Alat yang akan meledak jika melewati batas yang ditentukan. Sayangnya itu model yang terbaru, jadi hanya bisa dibuka dengan remote. Lalu dia memintaku untuk meninggalkannya dan membawa Moon keluar dari sana" jelas Bryan panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
General Fiction"Moon" sebuah julukan sekaligus nama samaran seorang sniper handal yang disegani kawan maupun lawan. Tugasnya dalam diam,senyap,dan Tidak terlihat. Lawan hanya tau namanya tidak dengan wujudnya. Bahkan mereka semua tidak tahu nama aslinya. Dia adala...