Malam itu juga Alex memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju taman hiburan yang ia kunjungi pagi tadi. Hendak mencari kebenaran atas apa yang gadis itu ucapkan. Tak peduli dengan pengendara lain yang membunyikan klakson dan memakinya karena ia terlalu ugal-ugalan.
Beberapa orang security siap mengintrogasi Alex yang baru turun dari mobilnya. Ini sudah malam, tentunya taman hiburan itu sudah tutup sedari tadi. "Ada keperluan apa tuan?" Tanya salah satu security.
"Biarkan saya masuk" jawab Alex dingin
"Maaf, tidak bisa tuan. Sekarang sudah tutup, sebaiknya anda datang lagi besok"
Alex mengeluarkan sejumlah uang yang nilainya tidak bisa dibilang sedikit dari sakunya. "Akan kuberikan ini jika kalian membiarkanku masuk". Beberapa security itu memandang satu sama lain karena ucapan Alex. Setelahnya mereka saling mengangguk setuju.
"Baiklah tuan, kami akan mengizinkan anda masuk. Tapi jangan merusak sesuatu yang bisa membahayakan orang lain"
"Tak akan"
Memasuki taman hiburan itu, perasaan Alex makin tak karuan. Haruskah? Haruskah ia mencari tahu rahasia orang lain hanya untuk dirinya sendiri?
Alex memandangi deretan tabung-tabung kecil itu. Ia tahu gadis itu sudah beberapa kali membuat harapan disini. Tapi disana kertas yang berwarna hitam tidak hanya satu atau dua. Sehingga Alex harus memikirkan cara yang efisien agar tidak harus memeriksanya satu persatu. Pertama, ia meneliti ciri-ciri tabung yang tadi pagi, Alex masih mengingat letaknya. Cirinya yaitu kertas hitam yang digulung dan diikat menggunakan tali berwarna merah.
Meskipun sudah tahu ciri-cirinya, ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Dengan banyak sekali kertas berwarna hitam dan penerangan yang minim membuatnya semakin sulit.
Setelah mencari sekitar 17 menit, akhirnya 3 tabung itu sudah berada ditangan Alex.
***
Keesokan harinya, Moon terbangun dengan kepalanya yang terasa pusing. Ingatannya juga kabur sehingga ia sama sekali tidak mengingat kejadian kemarin. 'kenapa bisa pusing gini, dan aku gak ganti baju. Kemarin aku ngapain?' batinnya.
Tak mau ambil pusing, Moon langsung pergi mandi, berharap ingatan akan segera kembali. Dan benar saja, Moon menjadi kesal setelah mengingat semuanya. Ia pun mendial salah satu nomor di ponselnya.
"Hallo" suara Veronica menyahut dari ujung telepon. "Sebelum kau marah, aku akan minta maaf terlebih dahulu. Maaf, cuma bercanda kemarin"
"Hmm"
"Dingin banget. Kalau begitu sebagai permintaan maaf, hari ini gak akan ada misi. Tapi harus tetap ke kantor, ada yang ingin kubicarakan"
"Apa yang terjadi setelah aku mabuk?"
"Kau hanya tak sadarkan diri sampai acara selesai. Dan..." Veronica tertawa kecil sebelum melanjutkan. "Kau sempat meracau. Tapi cuma sebentar sih"
"Siapa yang mengantarku ke apartemen?"
"Tentu saja Alex. Aku yang memberitahunya unit apartemen mu" jawab Veronica santai. "Jangan bertanya lagi, lebih baik kau segera kekantor". Setelah itu Veronica langsung mematikan teleponnya.
Jawaban Veronica membuat Moon sangat menyesali kelalaiannya itu. Apakah perbuatannya kemarin sangat aneh hingga Veronica tertawa, apakah ia mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak ia katakan?. Dan mengapa harus Alex yang mengantarkannya pulang.
.........
Kantor Eagle Corps tampak ramai saat Moon sampai. Para agent sibuk bersiap untuk melaksanakan misi yang mereka terima. Moon berjalan menuju ruangan Veronica dengan sesekali agent lain menyapanya ramah. Semua memang biasa saja, tapi Moon merasa mereka semua aneh.
Percayalah, sebenarnya mereka hanya menyapa seperti biasanya. Itu hanya perasaan Moon yang masih memikirkan kejadian kemarin karena itu diluar kendalinya.
Sesampainya di depan pintu ruang pimpinan itu, Moon mendengar tawa kecil Veronica sedang bercanda dengan seorang perempuan. Sebenarnya Moon tidak ingin mengganggu, tapi mengingat Veronica menyuruhnya untuk cepat datang, ia tetap mengetuk pintu.
"Masuk" sahut Veronica dari dalam.
Ternyata perempuan yang berbincang dengan Veronica adalah Bella. Menyadari ada yang datang, Bella terlihat berpamitan kepada Veronica dan dibalas anggukan darinya.
Senyuman tersungging di bibir Bella Ketika berbalik melihat Moon. Perempuan itu melangkah keluar dari ruangan sembari dengan sengaja menyenggol bahu Moon saat berpapasan di ambang pintu.
Mendapat perlakuan seperti itu, Moon tidak bereaksi apapun. Meladeninya tak berguna sama sekali, hanya akan membuat moodnya semakin buruk.
"Kulihat Bella seperti sudah mengenalmu kemarin. Apakah benar?" Tanya Veronica.
"Iya"
"Bukankah dia sangat lucu, ia sempat mengira kau bukan seorang agent" Veronica tersenyum mengingat kejadian itu. "Bella itu ceria dan lucu ya?"
"Di luarnya saja, kalau aslinya..." gumam Moon pelan yang lebih seperti bisikan
"Apa? Bicaralah lebih keras!" Sela Veronica yang tidak bisa mendengarnya dengan jelas
"Lupakan. Apa yang ingin kau bicarakan?"
"Yah... Sayangnya bukan berita baik" jawab Veronica. "Tentang alat komunikasi itu, masih belum diketahui siapa orang dibaliknya. Ini sudah terlalu lama. Sudah setahun ini kita mencari tapi belum ada titik terang. Menurutmu apakah kita melewatkan sesuatu?"
Moon berpikir dengan keras. Masalahnya ia pun tak tahu apa yang terlewat sehingga belum juga ditemukan. Veronica membenarkan posisi duduknya antusias ketika melihat Moon akan menjawab. "Entahlah, aku tak tahu"
"Harusnya aku bisa menduga kalau itu jawabanmu" Veronica kembali menyenderkan punggungnya di kursi dengan lesu. "Sudahlah. Tak perlu terburu-buru"
"Mendingan kau temui Alex saja, kau telah merepotkan dia kemarin. Sudah tidak ada lagi yang ingin Kubicarakan" Veronica berbohong. Ia ingin Moon kemari hanya untuk melihat keadaannya saja. Bercandanya itu menurutnya tidak baik.
"Dimana dia?"
"Mungkin di kafetaria"
Moon akhirnya pergi ke kafetaria untuk mencari Alex. Bukan karena perintah Veronica, melainkan niatnya kekantor itu selain untuk menemui Veronica juga untuk menemui Alex. Tidak sulit untuk menemukan lelaki itu. Dia duduk dimeja bagian ujung kafetaria dengan tangannya yang sibuk mengetik di laptopnya.
"Hai" sapa Moon kemudian ia duduk di kursi depan Alex. Alex hanya melirik sebentar lalu kembali fokus pada layar laptopnya. "Apa aku mengganggumu?"
"Tidak" jawab Alex tanpa menoleh.
Moon sangat bingung harus berbicara apa lagi. Ia tak tahu bagaimana memulai pembicaraan agar bisa berterimakasih atas kejadian kemarin. Beberapa saat terjadi keheningan, tak ada yang ingin membuka suara sampai tugas yang Alex kerjakan selesai. Alih-alih menutup laptopnya, Alex malah mengetik asal hanya agar terlihat sibuk.
"Terimakasih telah mengantarkan ku kemarin. Dan maaf telah merepotkan mu" Moon akhirnya menyerah dengan keheningan itu. Sedari tadi ia melihat keluar dinding kaca sambil berpikir kata-kata yang pantas. Tapi hanya itulah yang berhasil terpikirkan olehnya.
"Iya"
"Apa aku mengatakan sesuatu yang tidak baik kepadamu kemarin?"
"Tidak" jawab Alex sambil menutup laptopnya. "Aku akan ke toilet sebentar"
..........
Alex membasuh muka berkali-kali dengan air sampai ia menatap bayangannya sendiri di cermin. "Hebat. Kau benar-benar melakukannya. Bodoh!"
"Ini semua sama sekali bukan kesalahannya, tidak sedikitpun. Kau yang telah berharap. Dan sekarang kau melampiaskan kekecewaan mu padanya. Egois! Bodoh!" Ucap Alex lagi pada dirinya sendiri.
"Sekarang kembali padanya. Jangan rusak hubungan kalian sebulan ini. Kalian hanya rekan. Bersikaplah profesional!"
.
.
.Haii!
Lagi bingung banget mau nulis apa:)
Makasih yang udah baca<3
See you^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
Ficción General"Moon" sebuah julukan sekaligus nama samaran seorang sniper handal yang disegani kawan maupun lawan. Tugasnya dalam diam,senyap,dan Tidak terlihat. Lawan hanya tau namanya tidak dengan wujudnya. Bahkan mereka semua tidak tahu nama aslinya. Dia adala...