Awan keabuan menghiasi langit Chasm City, mungkin hujan akan turun pagi ini. Suasana seperti ini membuat orang enggan untuk keluar, memilih menghabiskan akhir pekan dengan kehangatan rumah. Hanya sedikit yang terlihat berlalu lalang di jalanan, dan Moon adalah salah satunya.
Justru Moon menyukai suasana seperti itu. Sepi, tak banyak suara kendaraan, dan yang paling penting menurutnya adalah sendirian. Sudah lama ia tidak sendirian seperti ini, Moon selalu dihujani banyak misi setiap harinya.
Taman hiburan. Itulah tempat yang menjadi tujuan Moon sekarang. Sudah menjadi kebiasaan baginya saat libur bekerja ia akan pergi ke taman hiburan tersebut.
Seperti yang Moon inginkan, taman hiburan itu nampak sepi. Bahkan banyaknya orang disana bisa dihitung dengan jari.
Sebenarnya hanya ada satu kegiatan yang akan Moon lakukan disini. Bukan untuk bermain wahana atau hal menyenangkan lainnya, melainkan tujuannya hanya satu yaitu jembatan harapan. Mungkin kedengarannya memang aneh, tapi Moon selalu melakukannya saat kemari.
Saat Moon berjalan,ia tak sengaja ditabrak oleh seorang lelaki yang terlihat tidak baik. Ada lebam dan luka di pipi kanannya. "Sorry" Lelaki itu hanya menatap Moon sejenak dan meminta maaf, kemudian langsung pergi. Moon acuh saja, mereka pun tidak saling mengenal. Tapi apa kalian tidak asing dengan lebam itu? Yeah itu dia.
Sampailah Moon di tempat tujuannya. Jembatan yang indah dengan banyak tabung akrilik kecil bening tergantung dan berisi kertas yang berwarna warni. Biasanya satu orang akan memilih satu warna kertas untuk seterusnya. Dan hitam adalah warna yang Moon pilih beberapa bulan lalu saat ia pertama kali kesini.
Tik..tik..tik..
Rintikan hujan yang mulai turun dari langit membuat Moon mendongak. "Ramalan cuaca hari ini benar" gumam Moon. Ia tidak membawa payung atau semacamnya. Moon tak peduli, ia tetap pergi ke mesin penjual kertas otomatis itu walaupun letaknya dibawah hujan.
Sayangnya mesin itu tidak berjalan dengan normal. Moon sudah memasukkan koin dan memilih kertas berwarna hitam, namun kertasnya tak kunjung keluar. Hujan semakin deras dan Moon belum berhasil mendapatkan kertasnya. Padahal ia sudah memasukkan koin yang baru.
"Jangan hujan-hujanan, nanti sakit" suara seorang lelaki yang Moon kenal terdengar dibelakangnya bersamaan dengan gadis itu tidak merasakan rintikan hujan lagi.
Dan benar, saat Moon menoleh ia mendapati Alex yang sedang membawa payung di tangan kanannya. "Butuh bantuan?"
"Tidak" jawab Moon singkat dan kembali fokus pada mesin tersebut. Klik~ akhirnya mesin itu berfungsi.
Karena melihat Moon, Alex menjadi ingin melakukannya juga. Ia memasukkan koin dengan tangan kirinya dan memilih kertas berwarna putih. Kemudian Alex mengajak Moon untuk berteduh sekaligus menulis harapan di tempat yang sudah disediakan.
"Kau sering melakukan ini?" Tanya Alex melihat Moon yang sedang menulis dengan pena bertinta putih.
"Ya, beberapa kali"
"Apa harapanmu?"
"Rahasia"
Alex tersenyum mendengar jawaban Moon. Tentu saja ia tak akan memberitahunya, Alex hanya iseng saja. Lalu lelaki itu memandang wajah datar Moon yang menurutnya sangat cantik. Ah, gadis itu sudah berhasil mengambil hatinya walaupun hanya dalam satu bulan ini. Bahkan saat pertama kali mereka bertemu getaran itu sudah ada.
Alex berpikir untuk menyatakan perasaannya secepat mungkin sebelum ada orang lain di hati Moon. Besok adalah harinya. Ia juga sudah menyiapkan bunga yang indah untuk besok. Walaupun ada sedikit rasa takut dihatinya untuk mengungkapkan, takut jika ia ditolak dan membuat hubungan mereka kembali canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
General Fiction"Moon" sebuah julukan sekaligus nama samaran seorang sniper handal yang disegani kawan maupun lawan. Tugasnya dalam diam,senyap,dan Tidak terlihat. Lawan hanya tau namanya tidak dengan wujudnya. Bahkan mereka semua tidak tahu nama aslinya. Dia adala...