~14 worse situation

20 4 0
                                    

Alex memejamkan matanya ketika tembakan itu dilepaskan. Ternyata dia belum mati. Alex tak tahu apa yang terjadi, mungkin tembakannya meleset. Apapun itu ia bersyukur masih diberi kesempatan untuk hidup.

Perlahan Alex membuka mata. Seketika matanya membulat saat melihat apa yang didepannya. Peluru itu tidak meleset, tapi Moon yang melindunginya.

Ditengah keterkejutannya, Alex segera berlari saat tangannya ditarik oleh Moon karena dibelakang mereka ada banyak orang yang mengejar. Jujur, kini Alex menghawatirkan keadaan Moon yang terkena tembakan di bahu kirinya. Tapi sekarangpun keadaan mereka masih belum aman.

Ada 3 jalan didepan mereka. Kanan, kiri, dan lurus ke depan. Hendak berlari lurus, namun dari kejauhan terlihat gerombolan orang yang mendekat. Mereka berhenti sejenak.

"Kita berpencar" kali ini Moon yang membuat keputusan. Mungkin itu akan membuat orang-orang itu lebih sulit untuk mengejar mereka.

Walaupun hatinya tidak rela harus berpisah dengan Moon, Alex tetap mengiyakannya. Ia membiarkan gadis itu berlari terlebih dahulu, dan melepaskan beberapa tembakan untuk menarik perhatian. berharap agar lebih banyak orang yang memilih untuk mengejarnya daripada mengejar Moon.

Itu berhasil, terbukti kini hanya ada sekitar seperempat dari mereka yang mengejar Moon.

Moon menoleh kebelakang ketika ia merasa sudah jauh dari kejaran mereka. Menoleh ke kiri dan menemukan lubang yang bisa digunakan untuk bersembunyi. Ia pun masuk kedalamnya.

Didalam sana, ia bisa melihat kaki orang-orang itu yang berjalan melewati tempatnya dengan pelan. Sepertinya mereka kehilangan jejak Moon. Setelah mereka jaraknya sudah lumayan jauh dari sana, ia keluar dari tempatnya. Mengendap-endap untuk mengambil senjata listrik yang dibawa salah satu orang itu dipunggungnya.

Moon mengambilnya dengan kasar, membuat mereka berbalik dengan cepat. Namun belum sempat mengambil tindakan, Moon sudah menembakkan senjata listrik itu kearah mereka. Membuat 4 orang itu seketika pingsan ditempatnya.

"Oh. wow" senjata itu lebih mengesankan dari yang Moon kira. Pantas saja hanya satu orang dari mereka yang membawa senjata tersebut. Tak ingin menyia-nyiakan senjata sebagus itu, Moon membawanya dan menggunakannya sebagai senjata utama. Selain karena cepat, senjata itu juga hanya membuat orang pingsan. Tidak langsung mati.

Kemudian Moon membuka peta untuk mengetahui keberadaan Alex. Berjalan lurus, kekiri, dan kekanan adalah tempat yang paling mungkin untuk menemukan Alex.

Tapi untuk menuju ke sana tidaklah mudah. Ia harus sering mengendap dan menembaki orang-orang yang menghalangi jalan. Hingga setelah 13 menit menyusuri kapal, dari kejauhan Moon melihat Alex yang nampak kesakitan duduk bersandar di dinding. Ia pun segera menghampirinya.

"Kau terluka?" Alex tak langsung menjawab pertanyaan tersebut, masih memegangi leher belakangnya yang terasa amat nyeri karena lagi-lagi terkena pukulan.

"Biar kuperiksa" tangan Moon terulur untuk memeriksa leher lelaki itu yang tertutup baju turtleneck nya. Namun tanpa disangka Alex malah menepis tangannya.

"Aku tak apa" Alex mengatakan itu dengan datar. Sedangkan hatinya kini menggumam kan kata maaf berkali-kali pada gadis itu. Jika keadaannya tidak seperti ini, ia akan sangat senang dengan perhatian yang Moon berikan.

"Kita harus mengirim sinyal bantuan ke markas. Kita tak mungkin bisa bertahan 4 jam lagi disini. Mereka terlalu banyak dan pasti akan menghabisi kita" ucap Alex

Moon mengeluarkan alat pemancar sinyal bantuan dari kantongnya. Tapi lampu pada alat itu berwarna merah yang berarti tidak bisa digunakan karena tidak ada sinyal. Padahal saat akan memasuki kapal tadi, benda itu masih berfungsi.

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang