B - 10

1K 130 33
                                    

Haechan sedang bermain bulu tangkis bersama Iwan di taman dekat garasi rumah saat sedan mewah warna hitam keluaran pabrikan asal Inggris milik sang Daddy memasuki carport yang ada di bagian depan rumah.

"A.... Daddy tuh.." ucap Iwan memberitahu Haechan yang melihat mobil Johnny lebih dulu.

"Trik lama ah, Uncle..... Aa udah game point ini...."

"Enggak A.... Uncle lagi nggak bohongin Aa...Itu beneran Daddy....."

Haechan kemudian menoleh dan saat yakin bahwa yang datang itu memang benar ayahnya, Haechan melempar raketnya dengan asal lalu berlari ke arah Johnny.

"Dadddyyyyyy !!!!!!" panggil Haechan.

Senyum Johnny mengembang sempurna. Ia memberikan tasnya kepada sang supir lalu merentangkan tangan bersiap untuk menangkap bayi beruangnya itu.

"Aa..." ucap Johnny saat Haechan berhasil memeluknya.

"Daddy....Daddy kok lama banget sih pergi ke Amerikanya? Kemarin kata Daddy perginya cuma empat hari. Tapi ini jadinya malah delapan hari. Daddy nggak kangen ya sama Bunda sama Aa juga?"

"Kangen kok.... Cuma kan di sana ada banyak kerjaan yang harus Daddy selesein. Makanya jadi empat kali dua deh...."

Haechan masih mencebikkan bibirnya.

Tangan Johnny terulur, menjepit bibir Haechan yang sedang mengerucut dengan ibu jari dan jari telunjuknya.

"Masa Daddy nya  baru pulang disambut pake acara manyun begitu sih? Kan Daddy kerja juga buat beli mainannya Aa yang mahal-mahal itu... Buat bayar sekolahnya Abang.... Buat bayar skin care nya Bunda...."

"Uangnya buat beli mainannya Aa aja.... Bunda udah cantik, nggak usah dibeliin skin care lagi Dad...."

"Berani ngomong gitu sama Bunda ?"

Haechan menggelengkan kepalanya cepat.

"Daddy kerja buat penuhin kebutuhannya Abang, Aa sama Bunda.... Aa ngerti kan ?"

Haechan mengangguk.

"Ngerti Dad..... Ya udah, Aa nggak manyun lagi deh...." ucap Haechan. Dia langsung merubah ekspresi wajahnya yang tadinya cemberut menjadi tersenyum lebar ke arah Johnny.

Johnny juga tersenyum lebar melihat raut wajah yang ditampilkan oleh Haechan lalu mencium pucuk kepala Haechan, tapi kemudian hidung mancung Johnny mengernyit.

"Aa kok bau matahari sih?"

"Iya.... Soalnya Aa tadi lagi main badminton sama Uncle Iwan. Aa udah mau menang Dad pas Daddy datang tadi...."

"Main badmintonnya jangan sekarang dong A... Pas udah sore aja.... Masa Aa panas-panasan gini mainnya ? Pingsan loh nanti..."

"Enggaklah Dad.... Aa kan kuat... "

Johnny mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mengusap kepala Haechan.

"Ya udah.... Mainnya nanti lagi ya.... Sekarang masuk yuk.."

"Gendong"

Tanpa menolak,  Johnny sedikit menurunkan tubuhnya agar sang anak bisa naik ke punggungnya.

"Tuuttt...tuttt..." ucap Haechan sambil menggerakan tangannya naik turun


"Aa kok berat banget sih sekarang? Padahal cuma Daddy tinggalin delapan hari loh...."

Bentala (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang