B - 9

1K 123 14
                                    

Setelah menguatkan tekadnya serta mengumpulkan keberanian, Dinda akhirnya memutuskan untuk mendatangi Jaehyun di alamat yang diberikan oleh Jaehyun lewat pesan singkatnya.

Sebuah apartemen mewah yang ada di kawasan SCBD.

Pasti ada banyak hal yang sudah terjadi dalam hidup Jaehyun delapan belas tahun belakangan ini hingga Jaehyun yang dulu kemana-mana hanya dengan berjalan kaki, naik sepeda onthel atau angkutan umum kini mampu membeli sebuah unit di salah satu apartemen termahal yang ada di kawasan Jakarta Selatan ini.

Kedatangan Dinda sepertinya sudah diantisipasi oleh Jaehyun Pasalnya begitu Dinda menanyakan soal unit apartement Jaehyun pada petugas resepsionis, dia langsung diantarkan oleh petugas tersebut sampai di lantai tempat unit apartement Jaehyun berada.

Lantai paling atas.

Penthouse.

Dinda mengepalkan kedua tangannya saat dia berdiri dalam diam di depan pintu unit apartement Jaehyun. Segala macam emosi bercampur dalam hati Dinda. Untuk menenangkan dirinya, Dinda menarik napas panjang lalu menghembuskannya. Dia melakukan hal itu beberapa kali, sampai akhirnya tangan kanannya terangkat lalu salah satu jarinya menekan tombol bel yang ada di bawah plang besi berbentuk segi empat yang mencantumkan nomor unit apartement.

Dinda menahap napasnya. Detik-detik saat dia menunggu pintu apartement Jaehyun terbuka membuat dadanya terasa sesak.

Sama seperti ketika pertama kali Dinda melihat Jaehyun menghampiri ibunya saat di depan gerbang sekolah dulu, Dinda merasa semua objek yang ada di sekitarnya bergerak dalam gerakan lambat. Dinda terpaku di tempatnya.

Pria itu..

Pria yang pernah sangat ia cintai.

Pria yang pernah ia bayangkan akan menjadi akhir dari perjalanan cintanya, membangun keluarga bahagia dan menghabiskan sisa hidup bersama.


Pria paling tampan yang pernah ia lihat. Bahkan Sampai saat ini pun, Dinda masih merasakan hal yang sama. Tidak ada yang biasa nenyaingi ketampanan Jaehyun. Fitur wajahnya semakin sempurna dengan jejak-jejak usia yang mulai tampak. Dia bahkan terlihat Jauh lebih tampan dengan pakaian mahal yang membalut tubuh pria itu.

Sedikitpun sama sekali tidak terlihat bekas-bekas kemiskinan dari sosok Jaehyun yang berdiri di hadapan Dinda saat ini. Siapa yang akan menduga bahwa pria yang terlihat mewah dan berkelas itu tak pernah membeli pakian baru sampai usianya dua puluh tahun. Dia selalu hanya memakai pakaian bekas. Entah pakaian itu adalah pemberian orang yang kasihan padanya atau ia membelinya di toko yang khusus menjual pakaian sisa ekspor.

Siapa yang bisa mengetahui kalau pria berlesung pipi itu pernah hanya memakai sandal jepit  ke sekolah karena dia benar-benar tak punya uang untuk membeli sepasang sepatu baru karena sepatu lamanya yang sudah tak bisa diperbaiki lagi.

Siapa yang mengira, kalau pria dengan tubuh tinggi tegap itu hampir dikeluarkan dari kampus karena menunggak uang kuliah sampai tiga semester.

Jaehyun terlihat sangat berbeda. Kecuali untuk wajahnya yang tampan, sorot mata pria itu, serta senyum yang terulas di wajahnya. Sorot mata yang selalu menampakkan kesedihan, juga senyum yang selalu berusaha untuk ditampilkan demi menutupi kesedihannya.

"Hai Bee.... Ayo masuk... I've been waiting for you....." Jaehyun membuka pintu apartemen lebih lebar dan menggeser tubuhnya untuk memberi akses agar Dinda bisa masuk ke dalam.

Ketika Dinda melangkahkan kakinya ke dalam unit apartement Jaehyun, hal pertama yang ditangkap oleh kedua netra Dinda adalah penerangan di apartemen Jaehyun cukup temaram. Tidak terlalu terang tapi juga tak gelap. Cocok dengan warna hitam dan putih yang mendominasi hampir seluruh interior yang ada di dalam unit.

Bentala (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang