Seharusnya, hari ini Johnny dan Hendery sudah kembali ke New York karena besok adalah hari senin dan Hendery harus kembali masuk ke sekolah. Namun, hujan yang terus turun tanpa henti mulai jam empat sampai jam tujuh pagi tadi, membuat sepasang anak dan ayah itu enggan untuk beranjak dari kasur apalagi sampai keluar dari selimut hangat yang saat ini membungkus tubuh mereka berdua.
"Bang... Kita pulang ke New York nya nanti sore atau besok saja ya."usul Johnny
Hendery yang masih sama mengantuk dan malasnya dengan ayahnya pun hanya menganggukan kepalanya. Johnny lalu menggeser posisi tidurnya supaya lebih dekat dengan sang putra kemudian mengecup kepala Hendery. Tangannya bergerak untuk menepuk-nepuk bagian paha anak sulungnya itu.
"Astaga... Anak Daddy sejak kapan kamu tumbuh besar kayak gini ?"
Hendery tersenyum. Dia ikut menggeser tubuhnya dan memeluk pinggang sang ayah. Terasa nyaman sekali.
"Dulu.... Waktu Abang masih kecil... Abang kalau pahanya atau bokongnya di puk-puk kayak gini, biarpun tadinya Abang itu nggak ngantuk pasti jadi langsung tidur. " kenang Johnny. Ia menjadikan tangannya sebagai bantalan kepalanya.
"Pernah ya Bang.... Daddy dimarahin sama Bunda. Gara-garanya, waktu itu harusnya kamu makan, tapi karena Daddy puk-puk, jadinya kamu malah tidur. Tahu sendiri kan Bunda gimana kalau udah manyun? Duh.... Sama sekali nggak ada manis-manisnya deh. Daddy dicemberutin sama Bunda sehari penuh. Sampai Daddy bela-belain beliin tas baru buat Bunda biar Bunda nggak manyun lagi."
Hendery kembali tersenyum mendengar cerita sang ayah.
"Bujukin Bunda biar nggak ngambek lagi berat di ongkos ya Dad ?"
Johnny tergelak
"Ya nggak juga.... Daddy seneng aja manjain Bunda kamu...."
"Cerita lagi dong Dad.... Abang berasa lagi didongengin nih sama Daddy...."
Johnny menyamankan posisinya sebelum melanjutkan cerita nostalgia masa kecil Hendery.
"Abang masih inget nggak? Waktu abang kelas satu SD, waktu itu Abang masih belum bisa nulis. Padahal teman-teman Abang yang lain sudah bisa nulis semua. Terus pulang sekolah abang langsung nangis, pas banget waktu itu Daddy yang jemput Abang...."
"Inget banget Dad.... Abang nangis soalnya nggak bisa nulis Ini Ibu Budi..."
"Nah, Daddy langsung tanya dong kenapa Abang pulang sekolah malah nangis? Terus Abang bilang kalau Abang diledekin sama temen-temen sekelas Abang. Abang juga bilang, waktu Abang diledekin, nggak guru-guru yang tahu makanya nggak ada yang belain Abang."
" Abang inget apa yang langsung Daddy lakuin hari itu?"
"Daddy langsung beli sekolahnya kan, Dad? Sekolahnya sekarang ada di bawah Yayasan yang diawasin sama Bunda...." jawab Hendery
Johnny tersenyum geli dan menganggukkan kepalanya membenarkan jawaban dari putra sulungnya itu.
" Daddy langsung beli sekolahnya. Habis Daddy beli..."
"Daddy dimarahin sama Bunda..." sela Hendery.
Johnny tertawa kecil lalu mengangguk.
"Tapi sebenarnya, hari itu Daddy lebih marah sama Bunda. Daddy bilang ke Bunda, nggak ada yang boleh bikin anaknya Johnny Suh itu sedih apalagi sampai menangis. Nggak satu orang pun yang boleh merendahkan anak-anaknya Johnny Suh dan Dinda Wisesa...."

KAMU SEDANG MEMBACA
Bentala (Sudah Terbit)
Fiksi PenggemarCerita tentang cita, cinta dan luka Beberapa part di unpublish untuk kepentingan penerbitan Highest rank : #1 in huanghendery (06112022) #1 in leehaechan (06112022) #1 in cita (06112022) #1 in johnnysuh (25112022) #4 in doyoung (1122022) #2 in doyou...