B - 7

1.2K 132 41
                                        

Seharian ini pikiran Dinda di penuhi dengan isi pesan yang dia terima dari Hendery. Segala sesuatunya jadi terasa tidak nyaman untuk Dinda. Meskipun ia sudah berusaha untuk bersikap biasa saja, tapi dia tidak bisa mengenyahkan rasa sesak yang terus saja bercokol di dadanya.

Tidak....

Tidak akan ada hal buruk yang akan terjadi padanya dan pada keluarga kecilnya.

Kalimat itu terus Dinda gunakan sebagai sugesti untuk menguatkan dirinya sendiri.

"Bundaa...."

"Ah... Iya A...." jawab Dinda sedikit gelagapan karena nada suara Haechan yang sedikit meninggi ketika memanggil dirinya.

"Ih.... Bunda dari tadi nggak dengerin Aa ngomong ya..?"

" Maaf A.... Bunda tadi lagi mikirin sesuatu. Aa ngomong apa tadi sayang?"

Haechan mengerucutkan bibirnya. "Aa tadi bilang.. Aa mau main hp dulu boleh enggak? Nantu malem baru Aa kerjain PR Biologi nya....."

"Tapi kan sekarang waktunya buat Aa bobo siang"

"Satu jam aja Bun..... Boleh ya Bunda.... Please.... please..Aa mohon" rayu Haechan sambil menggoyang-goyangkan lengan Dinda.

"Tiga puluh menit dan mainnya gak boleh sambil tiduran...." putus Dinda.

"Lima puluh menit deh Bun. Aa mau tanding soalnya. Aa harus menang soalnya Aa sama Abang lagi nabung buat beliin kado ulang tahun Daddy..... Boleh ya Bunda....." rayu Haechan. Berusaha menawar keputusan Dinda barusan.

"Janji cuma lima puluh menit ya A... ? Habis itu Aa langsung istirahat..."

Seperti biasanya, Haechan menganggukan kepalanya dengan cepat supaya keinginannya terpenuhi.

"Ya udah.... Aa boleh main hp...."

"Yeaayyy !!! Thank you Bunda.... Calangeo.... I love you to the moon and back, Bunda"

Haechan bersorak. Tidak hanya serentetan kalimat manis, Haechan juga mengecup kedua pipi Dinda sebelum dia bergegas pergi dari ruang makan untuk melaksanakan misinya.

Tertinggal Dinda yang duduk sendirian di ruang makan yang cukup besar itu. Matanya terus menatap punggung sang anak yang mulai hilang dari jarak pandangnya. Dinda kemudian menarik napas panjang dan akan beranjak bangkit dari kursi untuk mulai membersihkan alat-alat makan yang tadi digunakan oleh Haechan.

Dinda tampak fokus dengan kegiatan bersih-bersihnya  sampai tiba-tiba ponselnya bergetar. Dinda menjeda kegiatannya sejenak untuk melihat notifikasi yang baru saja masuk ke ponselnya.

Notifikasi masuknya sebuah pesan baru dari nomor dengan kode luar negeri dan nomor tersebut tidak tersimpan di dalam direktori ponsel Dinda.

Dinda tidak ingin membaca pesan itu.

Lebih baik dia hapus saja pesan tersebut tanpa harus membacanya lebih dulu.

Tapi, saraf-saraf motoriknya ternyata tidak mematuhi perintah yang dikirimkan oleh otaknya.

Bukannya menghapus pesan, jari Dinda justru membuka pesan baru tersebut.

Hi, I miss you..

Dinda merasa matanya memanas. Jantungnya berdegup dengan sangat cepat. Meski nomor yang mengirimkan pesan tersebut tidak tersimpan di ponselnya, tapi Dinda tahu siapa yang mengirimkan pesan tersebut.

Bentala (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang