B - 13

1K 123 37
                                    

Warning : 3138 words !!!












Haechan berlari dari kamar menuju ke arah mini bar dimana ibunya sedang membuatkan susu untuk dirinya di sana.

"Aa.. ngapain sih lari-lari gitu? Nanti jatuh loh...." Dinda menegur Haechan dari balik mini bar.

"Ini Bun.... Dari tadi hp Bunda bunyi terus.... Dari Uncle Dimas.... Buruan Bun.... Aa kebelet pipis nih...." Haechan mengulurkan ponsel milik Dinda sambil menekukkan kedua kakinya ke arah dalam. Tampak sekali anak itu sedang menahan sesuatu supaya tidak mengalir lebih dulu sebelum dia menyelesaikan urusannya yang lain.

Melihat tingkah Haechan yang seperti cacing kepanasan itu, Dinda langsung menerima ponsel dari tangan Haechan kemudian dengan kecepatan cahaya, Haechan menghilang dari hadapan Dinda.

"Kenapa Dims?" Dinda langsung bertanya tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu.

"..."

"Oh iya... Teteh belum ngabarin kamu ya? Maaf ya Dim.... Habisnya Teteh panik banget. Tapi tenang aja... Abang udah nggak apa-apa kok"

"..."

"Dapet enam jahitan di kepala sama ada beberapa luka lebam di badannya. Hari ini rencananya Abang juga mau ada general check up ulang. Semalam Teteh juga jaga di rumah sakit kok. Tapi ini Teteh ke hotel dulu sebentar soalnya kan Aa bobonya di hotel bukan di rumah sakit. Habis ini Teteh sama Aa bareng ke rumah sakit...."

"...."

"Enggak usah Dims.... Kamu nggak usah nyusul ke sini. Kamu kan juga baru pindah ke Bandung.... Tenang aja, everything is oke. Ada pak Iwan juga di sini kok. Besok mungkin Daddy nya anak-anak juga bakal nyusul"

"...."

"Thank you Dims.."


💚


Tak lama dari Dinda yang pamit pulang sebentar, berganti Jaehyun yang datang untuk menjenguk Hendery sambil membawakan sarapan kesukaan Hendery. Saat ia sampai di kamar Hendery, kamar VVIP itu sudah dipenuhi oleh teman-teman Hendery. Kira-kira ada sepuluh orang yang usianya sepantaran Hendery yang mana sebagian besar dari mereka berjenis kelamin perempuan sedang mengerubungi tempat tidur Hendery.

Jaehyun hanya melambaikan tangannya ke arah Hendery kemudian dengan dagunya dia menunjuk ke arah sofa tunggal yang ada di sudut ruangan. Hendery memberikan gestur oke dengan jari-jarinya sebelum dia kembali sibuk dengan pengunjung ruang rawatnya hari ini.

"Heh Luke !!! Lu ngapain sih pake bawa-bawa mereka ke sini segala ? Berisik tahu !!! Gue butuh ketenangan biar cepet sembuh....." bisik Hendery pada salah satu temannya yang berdiri paling dekat dengannya. Dia menarik kerah baju temannya itu supaya ucapannya tadi tidak terdengar oleh teman-temannya yang lain.

"Mereka yang maksa ya! Pake acara ngancem-ngancem nggak mau bantuin tugas essay gue kalo gue nggak ajak mereka ke sini.... Itu cuma sebagian yang gue ajak. Masih banyak fans-fans lu yang ngantri buat jengukin lu di sini... "

Hendery berdecak sebal.

"Ckckck...... Udah buruan... Suruh mereka semua cepet balik deh"

Di antara enam anggota geng Hendery yang lain. Lucas adalah yang paling dekat dengan Hendery. Bagaimana tidak, kalau Lucas sudah berteman dengan Hendery sejak mereka masih bayi merah dan kedua ibu mereka yang kebetulan berasal dari almamater kampus yang sama bertemu di salah satu klinik dokter  anak yang terkenal untuk imunisasi. Sejak saat itu mereka berdua sama sekali tidak terpisahkan.

Bentala (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang